16 Home Sweet Home

*****

STELLA!

Tibalah saat-nya, aku menjadi Queen of the Night. Ratu tuan Galih. Maka Aku hanya tinggal menunggu jemputan. Entah Galih atau sopir lagi yang akan menjemput ku kali ini.

Dan 5 menit saja aku menunggu dengan sabar di teras rumah, lalu bunyi klakson mobil Alphard milik keluarga Galih terdengar---buat ku terhentak dan mendongak menatap penuh harap mobil itu.

Aku bergegas bangkit, berjalan menuju pintu mobil yang sudah terbuka lebar. Dan itu dilakukan oleh Pak Yusuf, sopir pribadi keluarga Galih yang sering menjemput ku kalo ada keperluan seperti malam ini.

Dan yah, seperti biasa, kali ini pun masih sama Pak Yusuf lah yang menjemput-ku.

Pak yusuf tersenyum menatap ku "Selamat malam Non" sapa-nya ramah.

"Malam Pak" jawab-ku sembari memasuki mobil, dan tak lupa aku membalas singkat senyuman Pak Yusuf sebelum mendaratkan bokong-ku dikursi.

"Non terlihat sangat cantik dan anggun malam ini" suara Pak Yusuf yang memuji-ku membuat-ku kembali melebarkan senyuman.

Aku membenarkan belahan dress dibagian paha sebelah kanan gaun-ku yang terlalu lebar sehingga menampilkan paha-ku begitu banyak. Aku hanya ingin berusaha sopan pada Pak Yusuf.

"Seperti keinginan Tuan Galih Pak" jawabku terus terang dengan posisi duduk yang sudah lebih nyaman.

Pak Yusuf tersenyum lewat spion depan "Non ternyata jago berdandan yah" puji-nya lagi.

Aku terkekeh "Begitulah pak, gue cuman suka malas aja dandan kalo hari biasa gue suka casual aja. Guekan udah terlalu cantik takut kecantikan gue malah overdosis pak"

Begitu aku menggodai Pak Yusuf, dan berhasil beliau terkekeh mendengar kelakarku.

Pak Yusuf menggeleng lengkap dengan tawa kecilnya "Bener kok Non. Non Stella memang benar-benar cantik. Bapak belum pernah melihat wanita secantik Non Stella. Adik aden saja cantik tapi tidak secantik Non Stella.." terangnya, dan membuatku menyeringai.

"Hey Pak, jangan begitu nanti bapak dipecat. Bagaimana mungkin bapak membandingkan kecantikan anak majikan bapak dengan orang lain. Bapak ini ada-ada saja." ucapku membercandai Pak Yusuf.

Pak Yusuf ternyata jago menghibur. Bukti-nya Beliau mampu mengubah Mood-ku yang buruk menjadi Good Mood! Bisalah Pak Yusuf jadi Mood Booster ku!

"Tapi ini benar non." Pak Yusuf masih ber sikukuh dengan pendapatnya. Aku hanya mengangguk pasrah.

"Gue belum pernah ketemu adik Galih Pak." ujarku tiba-tiba saat Pak Yusuf baru saja terdiam.

"Oh iya Non, bapak juga jarang ketemu juga karena Non Tiara sekolah di Singapur, ini juga baru balik karena liburan, jadi malam ini dia ikut makan malam bersama Non Stella juga." tutur Pak Yusuf menerangkan dengan semangat menggebu-gebu. Aku tersenyum.

"Ohyah, baguslah" ucapku.

"Ehh Kok ke daerah ini Pak, bukannya rumah Galih daerah menteng yah ?" tanya-ku ketika melihat arah mobil yang kejalur lain, bukan arah rumah Galih.

"Oh kita ke kantor dulu Non, jemput aden."

"Oh gitu" aku mendengus saat mendengar ucapan Pak yusuf.

Jadi maksudnya, saat mengundang-ku makan malam dirumahnya, ia masih sempat-sempatnya ke kantor???

Hufff dasar Tuan disiplin! Aku mengganti julukan-ku lagi untuk-nya!

Ketika aku sibuk menggerutu, Pak Yusuf hanya senyum-senyum. Lalu Beliau memberhentikan mobil depan pintu masuk.

Dan kini, aku baru menyadari siapa Galih (kekasihku), ternyata dia benar-benar anak Presdir di Perusahaan ternama ini.

Itulah mengapa dia begitu angkuh dan perfeksionis. Lihat saja sekarang bagaimana para pegawai dan staf ayah-nya memperlakukan-nya bak seorang Pangeran.

Dan lamunanku buyar oleh kehadirannya disisiku. duduk tepat disebelah-ku. Dan ini menjadi kali pertamanya, aku dan dia dimobil ini. Disopiri oleh Pak Yusuf.

Kalo biasanya hanya ada aku dijok belakang, dan Pak Yusuf yang menyopiri-ku.

Situasi saat ini, membuatku merasa bak Pasangan-pasangan dari Negeri Kerajaan.

Aku memang kaya, tapi sepertinya. Galih jauh lebih kaya raya dari-ku.

Lihat, tubuh-nya yang berbalut tuksedo sangat memukau, bak Putra Mahkota Inggris. Diluar dugaan ku ia akan mengenakan setelan itu malam ini. Padahal biasanya ia hanya mengenakan setelan jas ketika bekerja di kantor.

Lalu kenapa malam ini ia mengenakan tuksedo? apa ada hal yang penting di kantornya malam ini sehingga mengharuskan-nya berseragam se-mewah itu?

Atau jangan-jangan pakaian itu sengaja ia kenakan untuk dinner malam ini?

Entahlah, Galih yang punya jawaban-nya!

Aku hanya bisa tertunduk malu, mengamati seksama tubuhku, dan baru kali ini aku merasakan ada rasa minder dalam diri-ku.

Gaun pink mewah yang ku kenakan serasa masih kurang, ketika bersanding dengan Tuksedo Galih.

Atau Galih yang teramat tampan, sehingga membuat Tuksedo itu terlihat Istimewa?

Ahh Entahlah, aku si gadis primadona sekolah saja sampe se-unconvi ini karena seorang Galih.

"Hey Honey" ucapnya lalu mengecup mesrah pipi-ku membuat-ku terhentak, kaget.

Selain sebutan-nya yang begitu mengganjal di pendengaran-ku, ia juga berani mengecup pipiku malam ini tanpa pamit. Galih mulai melewati batas dari perjanjian awal hubungan kami.

Aku ingin marah tapi ku tahan, ada Pak Yusuf yang sejak tadi memerhatikan kami dari spion depan.

"Eh yah hi" balasku akhirnya dengan sedikit terbata-bata seraya memberi senyum simpul pada Galih sebagai penutup rasa jengkel yang menyelimutiku.

Galih ikut tersenyum seraya menatapku begitu lekat "Beautiful" bisiknya ditelingaku sembari mengecup singkat pipiku untuk kedua kalinya--aku terbelalak, dan spontan melirik Pak Yusuf. Dan untunglah Pak Yusuf sedang asyik mengobrol dengan security.

Aku menatap-nya melotot, Galih hanya tersenyum.

Aku mendengus kesal, mengingat sebenarnya aku belum mendapat permohonan maaf darinya setelah insiden malam itu dirumahku.

" Sorry." bisiknya kemudian.

Aku megernyitkan kening, bingung "Huh???"

"Itukan yang lo mau?" tanyanya.

"Emmm.... hummm" jawabku singkat lalu membuang pandanganku kesisi kanan jendela.

Galih menggenggam erat tangan-ku yang ku kepal diatas pangkuanku "Sudahlah, gue minta maaf" ucapnya.

"Gue gak mau makan malam pertama ini lo cemberut, kasihan gaun mahal yang lo kenain sekarang bisa ikutan bersedih!" lanjutnya.

Aku merasakan keringat ditelapak tanganku "Im ok." ucap-ku berusaha terlihat tenang.

"Baguslah." ucap-nya dan semakin mengeratkan genggaman tangan-nya. Membuat jantung-ku dag dig dug.

"You are Sweety" godanya.

Aku mengernyitkan dahi, memintanya untuk diam---sebab aku merasa malu oleh tingkah-nya.

"Apa an sih ada Pak yusuf tuhh." Aku berusaha mengalihkan fokus. Namun ia hanya mengabaikan ku. Yahh Begitulah Galih!

*****

Aku dan Galih sudah berada dimeja makan bersama Ayah ibu dan juga adik Galih , Tiara.

Makan malam ini begitu hangat. Orangtua Galih ternyata tidak seperti yang aku bayangin sebelum-nya, Yang angkuh dingin dan tegas seperti Konglomerat Pada umum-nya. Papa ku contohnya. Dan tentu malam ini aku bahagia, ini membuat rasa ku pada Galih mungkin akan berubah lebih baik dari sebelum-nya.

Begitu juga dengan Tiara. Tiara sangat menyenangkan. Dia riang dan ceria. Ribut seperti lulu. Aku senang bisa memiliki adik sepertinya. Dia cantik walopun memang kecantikan-nya tidak setara dengan-ku (Haha maafkeun aku yang teramat PEDE ini!).

Namun, untuk anak Sultan yah dia sudah sangat cantik apalagi yang dia kenakan seluruhnya hypebeast alias branded (You Know Lah, kalo udah bahas hypebeast, kasta mana lagi yang sanggup belanja dengan nominal selangit kalo bukan mereka anak para Konglomerat/Sultan??? Nothing! kecuali mereka yang punya simpanan, bukan simpanan di Bank tapi, melainkan simpanan di dompet para Om-om Genit, hehe JK).

Maka makan malam ini diakhiri dengan makanan penutup--dessert oreo yang super manis, Cocok untuk membuat bobot badanku bertambah. Aku memang bukan tipe cewek yang senang diet. Karna badan ku emang gak pernah melebihi 50 kg dan itu menurutku masih aman.

But, jangan bayangkan aku gadis dengan bobot 50 kg dan tinggi badan 175 cm tapi yah, sebab aku hanya 160 cm dengan BB 48 Kg?

Well! kira-kira segitu Lah!

"Terimakasih tante om untuk undangan makan malamnya." ucapku sebelum hidangan penutup habis.

"Iya sayang. Kami senang bisa bertemu denganmu. Bukan begitu Pak ??" Ibunda Galih yang menjawabku.

Ayah Galih mengangguk, menyetujui "Off course!" lalu beliau menatapku " ohya bagaimana kabar orangtuamu. Ayahmu Pak Killey bukan ??" tanyanya.

Dan pertanyaan Ayah Galih barusan membuatku sedikit melongo.

Ohh Ternyata Ayah Galih mengenal Papah?

apakah Galih yang menceritakan tentang Papah pada Ayah-nya?

Otakku berpikir keras!

"Oh iya Om benar. Papah lagi di Ausy sekarang." jawabku apa adanya.

"Kalau ibumu ?" Ibunda Galih kini yang mengajukan pertanyaan tentang Mamah. Apakah kedua-nya sudah mengenal kedua orangtuaku dan mengetahui cerita tentang otangtuaku yang telah bercerai??

Padahal aku belom cerita banyak pada galih. bahkan ku pikir Galih acuh tentang itu. Lantas kenapa Ia sampe bercerita tentang Papah dan Mamah?

Aku tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Ibunda Galih "Mami juga di ausy tan."

"Apa mereka kembali.?"

Deg!

Seketika jantung-ku berhentih berdetak sepertinya Ayah dan Ibu Galih tahu dengan Jelas bagaimana situasi orangtuaku.

Aku tertunduk malu "Gak om." jawab-ku dengan suara bergetar.

Aku merasakan belaian lembut di pundak-ku, dan saat mendongak keatas, aku melihat Ibunda Galih disisiku "Sudahlah sayang kehidupan selalu seperti itu tidak ada yang terus baik-baik saja. Jadi kamu harus kuat. Tante dan om percaya kamu anak yang hebat dan pintar pasti kau bisa membawa diri dengan baik."

Begitu ibu Galih memberi ku nasehat sambil memeluk bahuku dan menciumi keningku. Hatiku terasa tenang dan aku meneteskan air mata.

Tiba-tiba terlintas wajah mami. Aku merinduhkannya Tuhan!

Aku balas pelukannya lebih erat sembari berbisik.. "makasih tante"

Beliau mengangguk lalu melepaskan pelukan "Iyah sayang." ucapnya lalu menoleh pada Galih "Galih jaga Stella baik-baik, jangan coba kau sakiti. Ibu dan ayah yang akan memarahimu!" lanjutnya dengan intonasi mengancam. Aku tersenyum.

"Iya ibu. Tenang!" Balas Galih.

"Kalo begitu kau bisa antarkan stella pulang sekarang!" Pinta Ibunda Galih.

"Ibu Stella menginap disini saja" sanggah Galih secepatnya.

Dan mendengar ucapan galih, aku menyikut lengan kiri galih, tidak lupa memplototinya.

''Sudahlah. Dirumah juga lo sendiri mending disini sama gue" ujar Galih dan aku semakin memplototinya.

" Eh sama Tiara maksud aku" lanjutnya.

Aku menatap Galih ingin menolak "Tapi...." ucapku yang terhenti karena Galih mencengkram tanganku kuat. Aku terdiam.

"Iya sayang kalo kau dirumah sendiri lebih baik disini saja bermalam, besok Galih mengantarmu pulang, kau bisa tidur dikamar Tiara, Tiara pasti akan senang"

"Bagaimana pun kau anak gadis, tante dan om tidak mau kalo kau sampai kenapa-napa!"

"Paham, kan maksud tante?"

Aku hanya menelan ludah sepanjang Ibunda Galih berbicara.

Bagaimana tidak, jika semua yang Beliau katakan ialah se-album permintaan, yang tidak Lain bak sebuah Wejangan yang membuatku tak bergeming, aku hanya mengangguk setuju. Tak berani menolak!

avataravatar
Next chapter