webnovel

TIPL - Unknow

Perjalanan sudah di lalui. Mobil yang Peyvitta tunggangi sudah berhenti di tempat yang Peyvitta inginkan. "Makasih banyak ya," ucap Peyvitta dengan begitu tulus dan merasa sangat beruntung sudah diberikan bantuan di waktu yang tepat.

Peyvitta hendak turun, tapi ternyata pintunya dikunci. Alis Peyvitta mengernyit kebingungan. "Tolong buka, saya mau keluar." Nada bicara Peyvitta masih terdengar begitu santai.

Peyvitta kembali mencoba membuka pintu mobil tersebut, tapi hasilnya masih tetap sama. "Kenapa pintunya terus-terusan dikunci?" tanya Peyvitta yang benar-benar tidak mengerti kenapa pintu mobil tersebut tidak bisa dibuka.

"Anda yakin ingin keluar?" tanya orang tersebut menggunakan nada bicara yang terdengar begitu dingin.

Peyvitta menganggukkan kepalanya. "Ya, saya sangat yakin ingin keluar. Tempat ini sudah lumayan jauh dari mereka," jelas Peyvitta yang terdengar cukup masuk akal.

"Lalu apakah anda akan meninggalkan saya begitu saja?" tanya orang itu lagi yang membuat Peyvitta kebingungan kenapa orang itu mengatakan hal yang demikian.

Memang apa salahnya kalau Peyvitta meninggalkan orang tersebut?

"Saya tidak mengenali siapa kamu, terlebih saya sudah mengucapkan terima kasih. Kamu mau apa?" Peyvitta semakin lama malah semakin kebingungan dengan hal ini.

Sebuah senyuman terukir dengan begitu jelas di bibir ornag itu, tapi Peyvitta tidak bisa melihatnya. "Kamu."

Deg

Mendengar kalimat itu membuat pikiran Peyvitta melayang tak tentu arah sambil membawa pertanyaan yang benar-benar berputar di dalam kepalanya. Kenapa orang itu malah menginginkan Peyvitta?

"Kamu siapa?" tanya Peyvitta lagi. Sampai saat ini Peyvitta masih tidak bisa mengenali siapa orang yang sekarang masih duduk di tempat yang sama sambil fokus memperhatikan arah depan dengan kaca mata style yang menempel.

"Yakin, tidak tahu siapa saya?" tanya balik orang tersebut tanpa membuka kaca matanya, bahkan saat Peyvitta hendak mengintip wajah orang tersebut, dirinya seolah tidak megizinkannya.

Peyvitta hanya bisa memperhatikan sebelah kepala orang tersebut beberapa saat sambil fokus memperhatikan telinga orang tersebut. "Ya, saya tidak kenal dengan kamu." Memang sama sekali Peyvitta tidak merasa kenal dengan orang tersebut.

"Semudah itu kamu melupakan saya?"

Di balik kalimatnya, dia tersenyum miring. Dia merasa miris saat Peyvitta bisa dengan mudah melupakannya, padahal dia masih ingat dengan cukup jelas siapa orang yang sekarang berada di dalam mobilnya.

"Melupakan, memangnya kita sebelumnya pernah bertemukah? Saya tidak ingat siapa kamu, kenapa kamu tidak membiarkan saya melihat wajah kamu? Barangkali saya kenal siapa kamu, karena dengan seperti ini saya tidak kenal siapa kamu." Dengan penuh kejujuran, Peyvitta menjelaskan hal tersebut.

"Bukan pernah, tapi selalu bertemu."

Peyvitta menggelengkan kepalanya, Peyvitta tidak bisa menebak siapa sosok laki-laki yang sekarang tengah menggunakan jas yang begitu rapi. "Kalau memang kita selalu bertemu sebelumnya, saya benar-benar lupa siapa kamu."

"Sudah menemukan pengganti?" tanya orang tersebut menggunakan nada yang begitu datar.

Kening Peyvitta benar-benar mengernyit penuh dengan kebingungan. "Pengganti? Pengganti apa yang kamu maksud?" Semakin ke sini Peyvitta malah semakin tidak paham dengan pembahasan orang itu.

"Pengganti saya." Kalimat yang baru saja orang itu ucapkan terdengar begitu dingin di telinga Peyvitta.

Semakin lama Peyvitta malah semakin kebingungan. "Ayolah, siapa pun kamu saya mohon buka pintunya. Saya ingin turun dan makasih atas pertolongannya, apakah kamu ingin sebuah bayaran?" Peyvitta menjadi curiga, sebab orang itu seolah tidak mengizinkan dirinya untuk keluar begitu saja.

"Tidak begitu buruk," ujar orang itu menggunakan nada bicara yang meninggalkan sebuah kesan tanda tanya untuk Peyvitta.

Sudah diduga, ternyata memang orang tersebut menginginkan sebuah bayaran dari apa yang sudah diberikan sekarang. "Kalau seperti itu, kamu ingin berapa?" Peyvitta akhirnya bertanya, karena Peyvitta tidak tahu berapa nominal yang orang tersebut inginkan.

"Tidak tahu," acuh orang tersebut.

Alis Peyvitta mengernyit kebingungan saat orang tersebut malah mengucapkan jawaban yang terbilang cukup aneh untuknya. "Maksudnya apa? Kenapa jawabannyaa malah tidak tahu? Eh-hh atau kamu ingin apa? Ada yang kamu inginkan sekarang?" tanya Peyvitta yang memang ada kemungkinan yang sedang diinginkan bukanlah berupa sebuah uang.

"Ya," jawab orang itu menggunakan nada yang begitu datar.

"Apa itu?" Semakin ke sini Peyvitta semakin penasaran, karena sebenarnya Peyvitta sudah ingin turun.

Semakin lama dirinya bersama dengan orang yang menurutnya misterius ini, dirinya semakin merasakan sebuah kebingungan. Dirinya juga merasa khaawatir dan bercampur dengan sebuah ketakutan di dalamnya.

"Kamu."

Deg

Lagi-lagi jawaban yang orang itu ucapkan sama dengan jawaban yang dia ucapkan saat sebelumnya Peyvitta menanyakan apa yang orang tersebut mau.

Mendengar jawabannya yang masih tetap pada pendiriannya, membuat Peyvitta merasa kesal dan juga jengkel sebab jawabannya masih berupa jawaban yang sama.

"Ayolah, saya serius. Saya tidak sedang bermain-main," ujar Peyvitta dengan penuh kekesalan.

Memang semakin ke sini Peyvitta semakin kesal, terlebih dirinya juga masih dibuat kesal dengan pembahasan yang sudah terjadi antara dirinya dan juga Santosa.

"Makan malam," jawab orang tersebut. Sepertinya dia mengerti kalau sekarang Peyvitta sedang tidak ingin berbasa-basi.

Peyvitta merasa tidak menyangka kalau ternyata jawabannya hanya berupa makan malam. "Baik, di mana? Kapan?" tanya Peyvitta memastikan agar dia tidak kebingungan dalam menentukan hal ini.

"Nanti saya kasih tahu," ujar orang tersebut dengan santai.

Dengan santai Peyvitta menganggukkan kepalanya. "Baiklah, kalau seperti itu saya minta kontak kamu untuk saya hubungi."

Tidak mungkin bukan jika Peyvitta akan menunggu sebuah merpati membawa surat yang di dalamnya berisikan waktu dan juga tempat di mana mereka akan makan malam.

Peyvitta memberikan handphone-nya dengan santai pada orang yang duduk di depannya, orang itu dengan santai menerima handphone Peyvitta dan kemudian mengetikan beberapa angka yang merupakan nomor teleponnya.

"Silakan," ucap orang itu.

"Apa?" Peyvitta tidak mengerti kenapa orang itu malah berucap 'silakan' saat memberikan handphone-nya kembali.

"Keluar," ujar orang itu dengan nada yang begitu datar.

Siapa yang menyangka kalau ternyata maksud dari kata silakan tersebut adalah silakan untuk keluar? Sama seperti kalian, Peyvitta juga tidak pernah mengira kalau akan seperti ini.

Tidak ingin memperbingung keadaan, Peyvitta akhirnya menganggukkan kepalanya. "Terima kasih atas pertolongan yang sudah kamu berikan," ucap Peyvitta yang tidak lupa untuk kembali berterima kasih.

"Ya."

Peyvitta terdiam mematung di pinggir jalan sampai akhirnya dia menyaksikan kalau mobil itu kembali melaju. Peyvitta menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, sekarang Peyvitta merasa kebingungan dengan hal ini.

Sambil berjalan, Peyvitta membuka handphone-nya. Peyvitta terdiam melongo, bahkan sampai menghentikan langkah kakinya saat dia baru saja melihat kontak orang yang sudah menolongnya tadi. Peyvitta menggeleng-gelengkan kepalanya, dia benar-benar tidak menyangka dengan hal ini.

Kenapa namanya 'unknow', sebenarnya dia siapa sih?

Sebelumnya Peyvitta menduga kalau orang tersebut akan menggunakan namanya saat menyimpan kontak dirinya di handphone Peyvitta, tapi ternyata sangat berbeda dengan dugaannya dan hal ini malah menimbulkan sebuah tanda tanya yang besar untuk Peyvitta.

Sebenarnya siapa cowok itu?

Kenapa begitu misterius?

Like it ? Add to library!

Van_Pebriyancreators' thoughts
Next chapter