webnovel

TIPL - Tidak Mengizinkan

Setelah jauh dari tempat semula, Peyvitta melepaskan tangannya yang semula menggandeng tangan Bima dengan begitu romantis.

"Huft, lelah juga bersandiwara." Hembusan napas Peyvitta sudah seperti orang yang selesai mengerjakan pekerjaan yang berat.

Peyvitta melirik ke arah di mana Bima berada, melihat ekspresi yang tengah Bima pasang, membuat Peyvitta begitu mengernyit tanda tanya.

Kening Peyvitta masih mengernyit sebab dia sama sekali tidak mengerti dengan alasan yang membuat Bima memperhatikannya dengan tatapan yang seperti itu.

"Bapak kenapa memperhatikan saya seperti itu?"

Beberapa kali, Peyvitta mengedip-ngedipkan matanya tidak menyangka kalau Bima menatapnya seperti orang yang benar-benar merasakan yang namanya kebingungan.

"Kenapa kamu bertingkah seperti itu dan mengaku kalau kamu pacar saya?" tanya Bima menggunakan nada yang cukup serius.

Bagaimana Bima tidak merasakan yang namanya kebingungan saat Peyvitta melakukan hal seperti tadi kalau pada saat di dalam mobil saja Peyvitta sampai hendak mengumpat saat Bima mengatakan bahwa Peyvitta harus bersikap seperti pacarnya?

Semua itu benar-benar membuat Bima kebingungan, tapi untung saja Bima tidak membantah atau menanyakannya saat di depan mereka, karena kalau seperti itu nanti Peyvitta bisa malu.

"Bukankah sebelumnya Bapak yang menyuruh saya untuk bertingkah layaknya pacar Bapak?" tanya Peyvitta yang masih begitu ingat dengan jelas akan apa yang sudah Bima bahas sebelumnya.

Memang Bima masih ingat dengan hal tersebut sampai akhirnya Bima menganggukkan kepalanya. "Ya, tapi kenapa sampai menyuruh mereka menjauh dari saya?" tanya Bima lagi.

Sebenarnya kalau Peyvitta semula menyetujui apa yang sudah dirinya ucapkan, dia tidak akan kebingungan, tapi kan? Semula Peyvitta seolah menolak apa yang sudah Bima ucapkan.

"Memangnya kenapa? Salah ya? Mereka emang siapa-nya Bapak? Gebetan ataukah selingkuhan? Apa jangan-jangan mereka semua simpanan Bapak atau salah satunya adalah is—

Kalimat Peyvitta dengan seketika terpotong sebab Bima yang langsung berucap, "Gak usah kebanyakan nebak." Bima tidak suka dengan pembahasan dari Peyvitta.

Semua yang Peyvitta tanyakan tidak ada yang benar, apalagi kalau sampai jauh-jauh ke istri. Bima sama sekali belum pernah menikah, tidak mungkin dia mempunyai istri.

"Gak salah kan saya bersikap seperti itu? Karena kalau saya pacar Bapak, maka saya tidak akan mengizinkan banyak perempuan menggoda Bapak."

Dengan santai Peyvitta menjelaskan hal ini, karena memang dia tidak akan mengizinkan banyak perempuan menggoda pacarnya.

Bima tersenyum kecil mendengar penjelasan Peyvitta. Senyuman yang baru saja Bima tunjukkan membuat Peyvitta mengernyit dengan tanda tanya yang sangat besar.

"Kenapa Bapak malah senyum seperti ini?"

Rasanya semua yang Bima lakukan barusan semakin membuat Peyvitta merasakan yang namanya tanda tanya dengan tanda tanya yang bukan merupakan tanda tanya kecil.

"Terserah saya," ujar Bima yang memang dia tidak akan memikirkan tanggapan Peyvitta mengenai apa yang dirinya lakukan.

Mendengar betapa entengnya Bima menjawab, membuat Peyvitta membelalakkan matanya. "Lah, tahu bakalan kaya gini saya tidak akan bersikap seperti tadi."

"Kenapa?" tanya Bima yang merasa penasaran kenapa Peyvitta terlihat seperti orang yang begitu menyesal sudah melakukan hal tersebut.

"Gak papa," jawab Peyvitta cepat sambil menggelengkan kepalanya.

"Terima kasih," ujar Bima sambil menatap Peyvitta fokus.

Memperhatikan keindahan wajah Peyvitta, terlebih pipi Peyvitta yang sekarang terlihat memerah setelah beberapa saat dirinya ditatap dengan tatapan yang begitu intens oleh Bima.

Peyvitta menghembuskan napasnya dengan penuh kekesalan. "Hm, sama-sama."

Bima semakin memperhatikan Peyvitta. Indahnya langit malam menjadi saksi betapa dalamnya Bima menatap Peyvitta, memang benar-benar Bima memperhatikan Peyvitta dengan tatapan yang begitu detail.

"Pak," panggil Peyvitta sambil menatap Bima.

"Iya?" Nada bicara yang baru saja Bima ucapkan terdengar begitu lembut, bahkan senyuman milik Bima mendadak terukir dengan sendirinya.

"Jangan terus memperhatikan saya dengan tatapan yang seperti ini!" larang Peyvitta.

Semakin lama dirinya ditatap oleh Bima dengan tatapan yang seperti ini, semakin membuat Peyvitta merasakan sebuah hal yang sulit untuk dideskripsikan, terlebih dirinya merasa begitu malu saat ditatap seperti ini oleh Bima.

Melihat Peyvitta yang sudah blushing, membuat Bima semakin asyik menikmati keindahan wajah perempuan yang ada di hadapannya.

"Kenapa?" Bima masih berbicara dengan menggunakan nada yang terdengar begitu enteng.

"Gak papa. Asal Bapak tahu, saya melakukan hal yang tadi semuanya tidak ada maksud ke arah yang lain, selain karena dua hal. Pertama, saya kasihan pada Bapak yang sedari tadi terus digoda sama mereka dan yang kedua, karena Bapak yang menyuruh saya bertingkah layaknya pacar Bapak."

Peyvitta memilih untuk menjelaskan semua hal yang menjadi dasar utama kenapa dirinya sampai bertingkah seperti tadi, karena Peyvitta tidak mau ada kesalah pahaman yang timbul antara dirinya dan juga Bima.

"Ya."

Glek

Entah kenapa Peyvitta malah menjadi sulit berpaling dari Bima, sekarang dirinya juga malah ikut memperhatikan detail wajah Bima.

Memerhatikan wajah Bima yang terukir dengan indah dan cukup membuat banyak perempuan tertarik pada dirinya.

Gak heran kalau banyak orang yang bisa jatuh hati pada pandangan pertama saat melihat wajah lo, karena gak bisa dibohongi kalau ada keindahan di wajah lo.

Peyvitta sendiri tidak bisa mengatakan kalau paras Bima itu biasa saja, karena tidak perlu diakui, wajah Bima memang terbilang tampan, apalagi malam ini dengan outfit yang sangat mendukung.

Melihat tatapan Bima yang semakin melekat ke arahnya, membuat Peyvitta semakin merasakan sesuatu hal yang sulit untuk dideskripsikan.

Jantungnya berdebar dengan cukup kencang sekarang, dia sulit untuk menahan perasaan yang mendadak menghampiri dirinya saat ditatap intens seperti ini.

Jangan sampai gue jatuh hati sama dia.

Rasanya tidak ingin kalau dirinya harus jatuh cinta pada Bima, karena ada bebera faktor yang tidak memungkinkan dirinya untuk jatuh cinta pada seorang Bima.

"Pipinya kenapa memerah?" tanya Bima sambil mengukirkan senyumannya yang terlihat begitu indah.

Mendapatkan pertanyaan yang menyatakan kalau pipinya memerah, Peyvitta mencoba untuk keluar dari tatapan fokusnya pada wajah Bima dan menjadi memikirkan bagaimana agar pipinya tidak blushing.

"Kenapa, hm?"

Bima semakin memperhatikan wajah Peyvitta yang sekarang semakin terlihat memerah dengan ekspresi yang terlihat kalau Peyvitta menjadi tegang saat dirinya ditatap serius oleh Bima.

Ah, kenapa gue harus seperti ini sih?

Peyvitta kebingungan sendiri dengan apa yang mendadak dirinya rasakan sekarang. Semuanya sungguh membuat dirinya kebingungan serta setengah malu saat bersama dengan Bima.

"Pak, bisa tidak kalau Bapak tidak usah memperhatikan saya dengan tatapan yang seperti ini?" tanya Peyvitta dengan setengah ragu.

"Kamu takut jatuh cinta pada saya?"

Glek

Dengan seketika saliva Peyvitta turun bersamaan dengan dirinya yang merasa kaget dengan pertanyaan Bima kali ini, tapi dia kesulitan untuk mengalihkan pandangannya dari wajah Bima yang enak untuk dipandang.

Apakah Peyvitta akan jatuh cinta pada Bima?

Kalau iya, bagaimana dengan Leo?

Van_Pebriyancreators' thoughts
Next chapter