2 Awal yang Baru

Kepalaku pusing sekali. Serasa ada sesuatu yang asing dijejalkan ke otakku dengan paksa. Awalnya aku tidak mengerti, tapi perlahan aku mulai dapat memahaminya.

Ini adalah ingatan seorang remaja bernama Arai. Aku hanya bisa mencerna sebagian dari ingatannya untuk saat ini. Dia adalah anak laki-laki berumur 18 tahun yang baru keluar dari akademi militer di kota bernama Zira.

Sebenarnya dia harus mengikuti 2 tahun lagi pendidikan, untuk bisa lulus. Tapi surat yang diterimanya seminggu lalu memaksanya untuk keluar dari akademi lebih awal.

Tony, ajudan ayahnya mengabarkan bahwa ayahnya telah meninggal dunia. Berita ini sangat memukul Arai.

Setelah mengundurkan diri dari akademi, dia bergegas pergi ke sebuah desa bernama Rona di tepi Hutan Everfog bersama rombongan kecil karavan yang juga akan melewati desa itu.

Tapi di tengah perjalanan, karavan mereka diserang oleh gerombolan bandit. Arai juga ikut bertempur melawan para bandit. Tetapi nahas, empat anak panah menembus tubuhnya. Dia mati karena itu.

Tak sempat membaca ingatan Arai lebih jauh, aku baru sadar bahwa dadaku terasa sangat nyeri. Sepertinya sakit kepalaku yang sangat mengalihkan rasa nyeri di dada, perut dan pahaku. Dua anak panah menembus dadaku, satu di perut dan satu di paha. Untungnya aku tidak lagi mengalami bleeding. Jika tidak aku akan mati.

Mungkin karena kebiasaanku sebagai gamer, secara insting aku mengakses ramuan merah dari dimensi penyimpananku. Lalu sebotol ramuan merah secara ajaib muncul di genggamanku.

Aku tercengang. Apakah aku masih di dalam game?

Tapi aku menyadari bahwa kondisiku tidaklah ideal. Tidak ingin membuang waktu, aku lalu meminum ramuan merah di tanganku. Semoga saja ramuan ini bekerja.

Perasaan hangat mengalir dari perutku ke seluruh tubuhku. Setelah itu aku mencabut keempat anak panah tadi.

Ugh, Ini cukup sakit.

Satu-persatu aku mencabut keempatnya. Setelah semuanya tercabut, keempat luka itu perlahan menutup. Aku tidak suka melakukannya. Ini membuat pakaianku kotor.

Aku lalu memastikan dugaanku dengan mencoba membuka panel karakterku. Dan ternyata berhasil.

Arai

Level: 1 (89/100 to level up)

Species: manusia

Faksi: Kerajaan Basara

Kelas: poison dragon avatar

HP: 130/130

MP: 65/65

Kekuatan: F

Stamina: G

Kecepatan: E

Indera: E

Spirit: G

Kharisma: F

Managemen: D

Konstitusi:

•Kebal terhadap debuff: tidak akan terpengaruh oleh segala jenis debuff.

•Potensi naga: Pertumbuhan semua stat +30%.

Skill:

• Debuff enchantment (level 1): dapat memberikan karakteristik debuff tertentu kepada sebuah senjata atau benda lainnya. Konsumsi mana: 10, durasi: 1 jam.

Jenis debuff yang tersedia:

Slow (level 1): makhluk yang terkena serangan memiliki kemungkinan 30% respon dan kecepatannya akan melambat selama 3-5 detik.

•Heavy blow (level 1): menimbulkan kerusakan sebesar 120% terhadap makhluk. Konsumsi mana: 5, cooldown: 1 menit.

Poison dragon avatar? Woa... Bukankah ini kelas unik? Jadi naga tadi bernama poison dragon huh? Tunggu, ini bukan saatnya untuk senang.

Rasanya aku ingin menangis. aku telah menggunakan ramuan merah tadi untuk memulihkan 130 HP. Ramuan itu bisa memulihkan 1.000 HP.

Ini benar-benar pemborosan! Tapi karena aku tidak memiliki ramuan merah lainnya, aku terpaksa menggunakan ramuan ini. Harga ramuan itu lumayan mahal.

Dengan melihat dimensi penyimpanan dan panel karakter itu, aku menjadi yakin aku masih di dalam game 'Ancient Glory'.

Tapi tunggu dulu, nama Arai dan ingatannya membuatku mempertimbangkan juga bahwa aku telah bertransmigrasi ke dunia lain.

Setelah HP-ku pulih, sakit kepalaku sedikit demi sedikit mereda. aku mulai dapat mendengar pertarungan yang masih terjadi di sekelilingku. Teriakan dan rintihan terdengar jelas olehku. Aku menyadari bahwa aku berada tidak jauh dari medan pertempuran. Hal yang tidak aku pertimbangkan sebelumnya.

Sial! Aku berbuat ceroboh! Untung tidak ada orang yang melihat tindakanku tadi. Uh~, semoga benar-benar tidak ada yang menyadari.

Aku lalu menoleh ke kiri, aku terkejut melihat mayat seorang pemuda berumur sekitar 15 tahun yang berada cukup dekat denganku. Matanya yang terbuka menatap ke arahku. Dari ekspresinya, aku dapat membayangkan kengerian dan ketidak relaan yang dialaminya. Di leher dan dadanya terhujam tiga batang anak panah.

Tidak tega, aku menutupkan matanya dengan tanganku. Semoga kau dapat beristirahat dengan tenang.

"Hah~," Aku menghela nafas panjang. Aku tidak pernah terbiasa dengan hal semacam ini. Inilah salah satu alasan aku benci bertarung bersama NPC. Ups, aku pun sekarang bisa dibilang seorang NPC.

*Haaahhh~*

Aku lalu memeriksa sekelilingku dan menemukan sebuah pedang standar militer di sebelah kananku. Karena aku tidak terbiasa menggunakan pedang, aku mencari di dimensi penyimpananku, senjata yang bisa aku gunakan. Dalam situasi dimana hidup dan matiku dipertaruhkan, Aku tidak ingin menggunakan senjata yang aku tidak familiar dengannya.

Aku lalu mengambil busur pemulaku dan anak panah kualitas rendah yang selalu aku gunakan untuk melatih skill-ku. Keistimewaan perlengkapan pemula adalah mereka tidak memiliki durabilitas. Jadi aku tidak perlu memberikan perawatan kepada mereka.

Hampir semua gamer berlatih untuk meningkatkan level skill mereka dengan menggunakan senjata pemula mereka, karena ini akan menghemat biaya perawatan perlengkapan mereka.

Aku tidak punya pilihan lain, karena senjata yang bisa aku gunakan saat ini hanyalah busur ini. Sedangkan perlengkapanku yang lain hanya bisa dipakai oleh gamer level 6 ke atas. Saat ini aku merasa seperti orang kaya yang terdampar di pulau terpencil. Sebanyak apapun hartaku tidak bisa aku gunakan untuk bertahan hidup.

Aku lalu merangkak pelan-pelan ke arah kereta kuda. Setelah sampai, aku menjumpai beberapa anak-anak dan wanita yang sedang berlindung di balik kereta.

Mereka terlihat panik saat melihatku.

"Hei! aku juga bagian dari caravan ini. Jangan panik!" Aku berkata.

Mereka hanya dapat mengangguk pelan, tanpa berani berbicara. Ada beberapa wanita yang melihatku dengan tatapan menyalahkan. mungkin mereka menganggapku ingin lari dari pertempuran.

Aku tidak memperdulikan mereka setelah itu. Aku sudah cukup kebal dengan reaksi para NPC.

Setelah itu, aku berlari kecil menuju hutan yang tidak jauh dari kereta kuda itu. Maaf nyonya-nyonya, medan pertempuranku berada di hutan.

Setelah memasuki hutan, aku menarik nafas panjang. Bagiku, yang sebelumnya memiliki kelas sebagai hunter, hutan adalah taman bermainku.

"Ok, Mari mulai pestanya!," Aku tidak sabar menumpas para bandit itu.

***

"Lihat mereka semakin terdesak. Sebentar lagi dengan serangan terakhir, mental mereka akan down, dan mereka pasti akan menyerah," seorang bandit berkata kepada temannya. Temannya mengangguk.

Aku berada sekitar tujuh meter di belakang mereka. Aku hitung jumlah mereka sekitar 30 orang. 10 orang ditugaskan di belakang untuk memberikan bantuan, jika gerombolan di depan memerlukan bantuan anak panah. Tentu saja 10 orang tersebut membawa 10 busur.

Mereka rupanya tidak berani untuk melepaskan anak panah, karena pertempuran di depan mereka sungguh kacau.

Aku sendiri tidak bisa melihat pertempuran di depan, karena aku berada di belakang para pemanah ini. Mereka pasti tidak menduga, ada musuh di belakang mereka.

Rencanaku sebenarnya sederhana. Aku akan melemparkan bom asap kepada mereka sehingga mereka kebingungan dan tidak bisa lagi menentukan dimana arah serangan sebenarnya. Dan setelah itu, hehehe... Aku harap mereka akan menyukainya.

Aku menunggu sejenak hingga mereka benar-benar larut melihat pertempuran di depan mereka. Sambil menunggu, aku mengeluarkan beberapa item.

[Smoke bomb]

Katagori: langka

Fungsi: mengeluarkan asap tebal setelah dilempar dengan radius 5 meter. Berpotensi menimbulkan efek 'blind' selama 1-3 menit kepada makhluk dibawah level 6.

Ini adalah item yang cukup mahal. Sebuahnya dihargai satu juta rupiah. Aku tidak memiliki pilihan lain selain menggunakannya, karena orang bodohpun tahu seseorang tidak mungkin bisa mengalahkan 10 orang sekaligus, apalagi jika level mereka satu atau dua level di atasku.

Kenapa aku yakin level mereka di atasku? Seperti gamer, NPC juga bisa level up dengan cara membunuh makhluk hidup lain. Dan profesi seperti bandit, kemungkinan besar pernah membunuh. Sehingga level mereka pun akan satu ataupun dua kali lebih tinggi daripada orang biasa seperti aku. Tentu ada cara yang lebih beradab untuk level up. Tapi mungkin akan kita bicarakan lagi nanti.

Setelah melihat bahwa mereka semua sudah terfokus dengan pertempuran di depan mereka, aku melemparkan 5 bom asap di tengah-tengah mereka.

Beberapa bandit tersebut kaget melihat ada benda yang jatuh di antara mereka. Tapi semua itu sudah terlambat.

*Boom* *Boom* *Boom* *Boom* *Boom*

"Apa ini, asap?"

"Serangan dari belakang! Bersiap membalas!"

"Mataku! Kenapa panas sekali!?"

"Uhuk... Uhuk... Uhuk..."

Kelima bom asap tersebut meledak secara berurutan. Aku tahu mereka akan panik. Aku tidak akan membuang kesempatan ini. Aku lalu menghujani mereka dengan anak panah. Lalu bunyi yang merdu terdengar olehku.

*Ding*

[Selamat anda telah naik ke level 2]

Seketika itu aku merasa tubuhku bertambah kuat, panca indraku bertambah tajam dan sepertinya staminaku bertambah.

Aku berhasil membunuh salah satu bandit tersebut. Experience yang aku butuhkan untuk naik level memang tidak terlalu banyak, hanya tinggal membunuh satu orang tadi sudah cukup.

Tapi aku berharap aku bisa naik ke level 3 setelah membunuh ke-10 bandit tersebut. karena membunuh humanoid memberikan experience dua kali lipat dari monster normal. Ditambah lagi dengan perbedaan level 1 hingga 2 kali, akan memberiku banyak experience.

Apa mereka pikir mudah untuk lari keluar dari kepungan asap tersebut? Aku melempar 5 bom asap, karena tahu satu bom asap saja akan sangat mudah bagi mereka untuk keluar dari kepungan asap itu. Tapi dengan lima bom asap, ceritanya akan lain.

Asap itu tidak hanya membuat mata panas dan buta untuk sementara. Aku mempelajarinya beberapa tahun yang lalu, Jika beberapa bom asap di lempar secara bersamaan. Maka asap yang dihasilkan akan sangat pekat, sehingga akan membuat orang di dalamnya sesak nafas.

Tidak hanya itu. Luas area persebaran asap juga akan bertambah, jika lebih dari satu bom asap dilemparkan.

Sekarang aku hanya perlu menghujani mereka dengan anak panah, hingga mereka semua mati. Dan kawan mereka yang bertempur di depan tidak akan dapat mundur dengan mudah, karena para laki-laki anggota karavan yang bertempur dengan mereka tidak akan membiarkan mereka mundur begitu saja.

Selain itu, memberikan waktu bagi para bandit untuk berkumpul memungkinkan mereka untuk mereorganisasi serangan mereka. Dan para pemanah itu akan lebih mudah menyasar laki-laki anggota caravan, jika barisan mereka memiliki jeda dengan para bandit.

Seperti yang aku duga, selama 2 menit aku menyerang para pemanah tersebut, tidak ada bandit yang bertarung di depan yang berhasil mundur. Kerja bagus teman-teman!

Satu dua pemanah berhasil keluar dari kepungan asap tersebut, tapi aku berhasil membunuh mereka dengan mudah.

Hingga akhirnya 5 menit berlalu, ketebalan asap tersebut menjadi semakin tipis. Aku melihat tubuh-tubuh para bandit pemanah tergeletak di beberapa tempat. Beberapa anak panah menembus tubuh mereka. Ada 3 orang yang masih hidup, tapi karena pengaruh debuff blind dan kekurangan oksigen, aku dapat dengan mudah membereskan mereka dengan beberapa anak panah. Dan dugaanku benar-benar terjadi.

*Ding*

[Selamat anda telah naik ke level 3]

***

avataravatar