webnovel

Bab 16: lantai 1 (8) Forbidden forest

Bukan hal yang mudah untuk menaikkan level Xixie dan Hak, pun aku harus menaikkan levelku sendiri agar bisa menyeimbangi pria bertopeng itu. Kalau-kalau pria itu akan menyerangku lagi suatu hari nanti. Satu, dua, lima hari kami menghabiskan waktu hanya untuk itu. Sementara Gin, bocah itu hanya bisa menaikkan level semampunya walau rasanya itu tidak berarti karena dia tidak bisa bertarung maupun menggunakan Qi. Tapi tidak apa, dia masih terlalu kecil untuk itu. Kurasa dengan tiga orang dewasa di sisinya, sudah cukup untuk melindungi seorang bocah yang hanya bisa menaikkan level ketika musuhnya sedang sekarat.

"Bajumu sangat kotor, jadi butuh beberapa hari untuk mencucinya," ujar Xixie sembari menyerahkan satu setelan bajuku yang jauh lebih bersih dari terakhir yang aku lihat.

Aku menerimanya dengan suka cita, meskipun tidak ada bau pewangi sama sekali, kurasa ini sudah lebih dari cukup. Mengingat saat itu, warna baju ini tidak tampak sama sekali. "Terimakasih, aku berhutang sangat banyak padamu."

"Tidak apa-apa, aku juga sangat terbantu dengan sabun yang kamu dapatkan dengan susah payah," ujar Xixie melambaikan tangannya, seolah menandakan kalau dia tidak masalah dengan itu.

"Hei! apakah kalian tidak bisa lebih cepat?" sahut Hak yang tampaknya sudah tidak sabaran di ujung sana.

Aku berdecih kesal, "Sabar, aku ingin ganti baju!" sahutku tidak kalah sengit dari suara beratnya.

"Baiklah Shima, aku menyusul Hak dulu. Kau cepatlah berganti baju sebelum dia nekat meninggalkanmu," ujar Xixie yang lantas menghampiri Hak.

Aku melihat tubuhnya yang berlalu dari pandanganku, menghela napas berat. Kurasa tidak adil pada mereka yang telah sangat berbaik hati telah menolongku sejauh ini, akan tetapi akan sangat berbahaya untukku dan mereka kalau tahu siapa aku yang sebenarnya. Aku bukanlah Shima, anak kecil yang baru saja menginjak umur sebelas tahun, kerjaannya selain bermain, bergelayut manja pada sang ibu yang sialnya juga merupakan ibuku. Aku adalah Eufony, gadis yang memiliki nama entah apa arti di baliknya, berandalan akut yang sebelumnya tinggal di jalan raya, memiliki pilihan selain terus mencuri atau menjual tubuh ini. Menyedihkan memang, pun sekarang aku harus bertahan hidup di dalam menara mati-matian. Baik itu dari monster maupun sesama manusia.

Setelah berganti baju, kami berjalan menyusuri hutan menuju bagian terdalam. Mengikuti arahan mentari yang mulai tergelincir dari posisi puncak, berjalan juga sekaligus menghabisi monster yang menghalangi jalan kami. Hak dan Xixie yang menebas monster menggunakan pedang pemberianku, dan aku yang menggunakan katana pemberian keluarga Yashahiro. Entah sudah berapa lama kami berjalan, namun beberapa kali kami memutuskan untuk beristirahat sejenak di tengah hutan. Tenaga kami seolah tersedot paksa oleh perjalanan yang sangat panjang ini. Terutama untukku yang enggan untuk mencairkan suasana.

"Hak-san, apakah kita masih jauh dari hutan Terlarang itu?" tanya gin yang memakan sepotong roti hambar.

"Kurasa, tepat setelah matahari tenggelam, kita akan sampai tepat di gerbangnya," ujar Hak yang lantas menghela napas berat. Aku mengeluarkan sebotol air minum dari jendela penyimpanan, menyerahkannya kepada Hak. "Terimakasih," ucapnya pendek yang lantas memenuhi mulutnya dengan air.

"Tapi akan sangat berbahaya kalau kita ke sana saat malam hari," ucap Xixie khawatir.

"Tidur di area perbatasan itu juga cukup berbahaya," Hak menambahkan sembari melemparkan sebotol air yang tersisa setengahnya kepadaku.

Aku menangkap botol itu, "Baiklah, kita akan beristirahat di sini. Hak berjagalah duluan, tengah malam nanti bangunkan aku untuk bergantian."

Hak mendengus, "Jarang sekali kamu bisa baik begitu, kau pasti habis keracunan lagi."

Aku berdecih kesal, "Bagaimanapun juga, aku tidak bisa mempercayai orang yang masih saja banyak gaya saat melawan monster."

"Itu namanya tehnik memainkan pedang, Coklat!" ledek Hak.

"Apapun namanya, menurutku itu adalah kebanyakan gaya."

~***~

Bukan hal yang wajar saat hutan bisa sangat sunyi seperti ini, seharusnya ada satu, atau dua monster yang muncul pada malam hari. Menghampiri tanpa ketakutan terhadap api yang menjilati udara sepanjang malam. Aku menghela napas berat, bukankah ini seharusnya menjadi hal yang patut untuk disyukuri? Tidak perlu ada tenaga lagi yang terbuang hanya untuk mengurusi hewan yang bahkan tidak mengerti apa itu hidup. Melihat wajah buruk rupanya saja sudah membuatku muak akan hal itu.

Sayup-sayup aku mendengar sebuah percakapan singkat dari arah matahari terbit. Karena penasaran, aku menghampirinya sampai suara percakapan itu terdengar jelas di pendengaranku. Sesampainya di tempat aku bisa mendengar semuanya, aku bersembunyi di balik pohon. Berusaha bersikap setenang mungkin tanpa menimbulkan suara, atau niat tertentu. Untuk niat, entah aku hanya menebak. Semuanya bisa jadi mungkin di dalam menara ini.

"Apa kau yakin kita tidak memerlukan senjata, tuan Bertopeng?" tanya sebuah suara berat.

"Tidak perlu, kita tidak memerlukannya. Rumor perihal adanya monster yang tangguh hanyalah berasal dari pemain yang terjebak di dalam ilusi dan berhasil lolos. Bahkan setelah ini, kita tidak akan menemui satu ekor monster apapun," suara yang seolah tertutupi oleh sesuatu menjelaskan.

"Tapi, tuan tahu dari mana perihal itu?" tanya sebuah suara yang terdengar seperti sepantaran dengan Gin, hanya dengan aksen yang berbeda.

"Anggap saja aku mendapatkan bocoran dari pengawas lantai, mahluk yang bertugas mengawasi lantai labirin dan lantai pertama," ujar suara yang tertutupi oleh sesuatu itu.

"Pengawas? Oh, monster goblin bersetelan jas itu?" terka si pemilik suara berat.

Tunggu dulu, kurasa mahluk bersetelan jas hitam itu tidak pernah memperkenalkan dirinya sebagai 'Pengawas lantai.' Gin, Hak, dan Xixie pun tampak tidak pernah diberitahu hal itu, bahkan sekalipun mereka selain pria bertopeng ini. Dia juga tampak tidak berbohong saat membahas 'Pengawas lantai,' ada yang janggal. Kalau diingat-ingat, dia juga tahu kalau aku tidak mungkin bisa mengatasi rintangan di pintu berwarna hitam, dan itu benar adanya ... kalau aku tidak membeli manik perpindahan, mungkin tamat sudah riwayat hidupku. Sialnya, manik itu sudah habis kupakai.

Apa mungkin, dia mendapatkan bocoran perihal menara ini dari awal? Tapi dia dari awal tidak memiliki rekan apapun, pun semua peserta yang masuk bersamanya dia bunuh. Kalau begitu dari siapa dia mendapatkan semua informasi ini? Apakah dari peserta yang berhasil keluar dari menara? Kalau iya, curang sekali. Tapi baguslah, berkatnya aku mendapatkan bocoran.

Aku melangkah pelan tanpa suara, pergi dari sumber percakapan antara Pria Bertopeng itu dengan rekan yang tampaknya baru saja dia dapatkan. Begitu sampai di tempat istirahat, Hak dan lainnya, aku duduk bersandar di salah satu pohon, menatap perapian yang menjilati udara. Menghela napas berat, aku kembali berdiri dan membangunkan Hak, Gin, dan Xixie. Tentu saja mereka mengeluh protes karena membangunkan mereka lebih awal.

"Simpan senjata kalian, ayo kita bergegas naik ke lantai dua sebelum Pria Bertopeng, tidak. Sebelum si Curang itu mendahului."

~***~

Next chapter