POV: Dion
Satu bulan sebelum pesta kelulusan di adakan, aku Dion seorang mahasiswa di sebuah Universita X tengah berkumpul bersama Agus, Tio dan Cara di sebuah gedung yang nantinya akan di gunakan untuk wisuda guna mensurvei tempat tersebut.
Sembari melihat-lihat segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat acara wisuda yang akan di adakan bulan depan telah sesuai, kami berencana untuk menampilkan sebuah pertunjukan musik yang sudah kami persiapkan sebelumnya.
Di sini kami ber-4 mengambil jurusan yang berbeda-beda. Aku dan Agus mengambil jurusan bisnis. Tio mengambil jurusan perfilman dan Cara mengambil jurusan seni. Meski jurusan kami berbeda, kami di satukan dalam satu hobi yakni musik yang kami realisasikan dengan membentuk sebuah band.
Kami melalui tiap semester yang menurutku sedikit berat dengan mereka, suka duka yang kita lalui serasa bagai bumbu kehidupan yang menambah kenikmatan sebuah arti persahabatan kami.
Yah meski aku ta' begitu menyukai jurusan yang ku pilih namun dengan bersama mereka semua bakalan baik-baik saja, itu yang ada dalam otak ku saat itu. Keinginan orang tua yang memintaku untuk menjadi penerus dari perusahaan mereka membuatku mau ta' mau untuk mengambil jurusan tersebut, sebuah jurusan yang sama sekali ta' aku mengerti dari awal semester hingga hari ini.
Aku sudah berupaya untuk membrontak dan mengelak untuk melanjutkan jurusan yang ayah pilihkan namun ayah selalu tau cara untuk menahlukkanku, bahkan beliau ta' senggan untuk mencabut beasiswa yang Agus dapat dari universitas demi memenangkan permainan ini.
Apa hubungan Ayah dengan beasiswa Agus?? ya..Ayah adalah donatur terbesar dalam yayasan universitas ini yang sudah pasti berperan penting dalam segala suatu keputusan yang ada di universitaa kami. Dan Agus bisa masuk ke universitas ini pun berkat beasiswa karena keadaan keuangan keluarganya yang ta' memungkinkan bagi dia untuk bisa masuk ke kesini dengan mudah.
Begitulah cara kerja dunia ini, dimana uang, jabatan ketenaran bisa menjatuhkan orang ta' berpunnya.
Berbeda dengan Agus, teman ku lainnya yaitu Tio, dia anak orang kaya, terpandang yang juga di gadang-gadang penjadi penerus perusahaan ibunya yang sudah menjadi singel mom.
Dalam band kami Cara adalah anggota cewek satu-satu nya, ia sering menjadi pusat perhatian karena berkumpul dengan kami. Ta' di pungkiri kami memiliki ketenaran, wajah yang mumpuni. Bisa di bilang sih begitu.
Selain Cara yang berparas cantik, ia juga di kenal sebagai anak seorang dokter yang terkenal di kota ini, ta' ayal banyak cowok-cowok yang mengincar dia. Namun beruntungnya kami ia ta' sekalipun berniat berhubungan dengan cowok lain, selain kami.
Apakah itu suatu hal yang harus aku banggakan?? mungkin bagi orang lain itu akan membuat mereka iri tapi memang aku suka.Sikap ia selalu ada untuk kami, jadi pelerai, penyemangat maupun pengganti ibu kami yang begitu bawel saat kami ta' bisa ia atur.
Dalam persahabatan kami ada sebuah perjanjian ta' bertulis yang menyatakan bahwa kami ber-4 ta' bisa untuk berpacaran dalam satu band sampai kami lulus dari universitas ini, alasannya simpel hanya ga' mau merusak keharmonisan dalam persahabatan kami.
Kami pun mengiyakan janji itu dengan saling mengaitkan jari kelingking kami sebagai simbolnya. Awalnya kami ta' berfikir bahwa janji itu berat namun nyatanya berbeda bagi ku. Setelah apa yang kami lalui hingga detik-detik menjelang kelulusan perasaanku berubah ada rasa yang menginginkan lebih dari sekedar sahabat dari salah satu sahabatku ini.
Terbersit fikiran jelek untuk melanggar janji itu, toh janji itu akan segera berakhir ta' akan ada yang keberatan kan??
Dion: aku ingin mengutarakan isi hati ku setelah ini. ( isi dalam fikiranku )
Dalam perkumpulan ini kami memilih cafe yang berada di dekat gedung yang kami reserfasi guna membahas bahan lagu yang akan kami tampilkan dalam wisuda bulan depan sambil mengobrol ringan.
Kafe ini begitu epik, gaya interiornya yang moderen dengan indor serta outdornya yang kece membuat kita makin betah berada di sana.
Di sana kami memesan minuman dan makanan ringan berupa kentang goreng pendamping perbincangan kami.
Tio duduk di sebelah ku sedang kan Cara duduk bersebelahan dengan Agus.
Cara memulai diskusi kali ini, iya yang terlihat paling bersemangat di antar kita soal penampilan kami, secara dia anak seni yang mencintai hobinya ini.
Cara: Aku sudah menyiapkan daftar lagu untuk kita tampilkan di acara lulusan, giman menurut kalian?? ( menyodorkan sebuah buku catatan berisi daftar lagu beserta tannga nadanya)
Tio: Dion kamu suka yang mana?? ( dengan nada rengekannya sembari memegang sebelah lengan ku, kelakuannya itu sudah ta' membuatku kaget lagi, ia memang cowok tapi entahlah di bertingkah seperti cewek setiap berada di dekat ku )
Dion: lepas nggak!! ( sembari melepas gandengan tangannya yang ada di lengan ku )
Tio: nggak mau...( mengeratkan ikatannya sambil mendekatkan tubuhnya ke lenganku yang membuat ku sedikit ga' nyaman )
Dion: lepas sekarang juga atau aku akan pindah tempat duduk sekarang!! (memperingatkanya dengan sedikit menggertak )
Tio: uuuhhh... dasar jahat. (melepaskan ikatan tangannya dan memanyunkan mulutnya yang kira-kira bisa di kucir kalau-kalau aku bawa kuciran rambut saat iti saking monyongnya )
Agus: sudahlah!! kalian itu jangan membuat gaduh, kasihan Cara yang sudah menyusun daftar ini dengan susah payah. ( dengan nada datarnya seperti biasa )
Cara: gitu dong kaya' Agus yang begitu perhatian. ( dengan senyum sumringahnya yang siapa saja yang melihatnya bakal meleleh di buatnya )
Agus: ga' usah begitu biasa aja Car. ( mencoba merendahkan diri )
Dion: yohhh... teruss belain aja pahlawan mu itu. ( dengan nada sinis ku yang ku buat-buat )
Agus: kamu juga Yon ga' perlu bertingkah seperti anak kecil deh!! ( bak ayah yang lagi menasehati anaknya yang bandel seperti aku )
Aku suka sifat Agus yang seperti ini, dia itu orangnya bijaksana, ga' sombong, suka rendah diri trus yang aku sukai ia adalah orang yang menjadi tempat curahan hatiku serta unek-unek yang ada dalam pikiran ku terlebih lagi dia selalu memberi solusi untuk sebagian besar masalku, ta' ayal Cara juga peduli sama dia.
Tio: makannya kamu tuh sama aku aja Yon, biar Agus sama Cara. ( mulai mendekat lagi )
Dion: awas lo ngedeket lagi, aku pergi nih!! ( sentilku pada Tio yang makin kesini ganjen aja )
Agus: cukup deh, cepet lihat listnya trus satu anak pilih satu lagu untuk kita pelajari bersama.
Cara: benar kata Agus, dah capek-capek nih mikirnya, kalian pada ngacauin lagi. Dah cepetan pilih satu- satu.
Berasa ya di sini tuh jiwa kepemimpinan Agus, dengan kalemnya dia bisa mengatur kami, apalagi si Tio yang selalu buat onar.
Akhirnya kami sudah memilih masing-masing satu lagu yang akan kami tampilkan di wisuda kelak. Aku memilih lagu bertema rock biar suasana bisa rame dan meriah, Agus memilih lagu pop romance, Tio dengan lagu slownya kemudian Cara memilih aransemen lagu dangdut.
Gokil ga' tuh?? si Cara unik deh katanya mau buat aransemen pakai lagu dangdut koplo yang lagi ngetren saat ini. Oke sih menurut gue biar ada sensasi tersendiri buat latian kami kdepannya.
Kami pun sepakat untuk mencoba lagu-lagu tersebut dan akan memilih dua lagu yang bakal kita tampilin di acara wisuda kelak.
Setelah itu kami mengobrol santai sembari menghabiskan makanan dan minuman yang kami pesan, Cara yang suka sekali dengan kentang goreng terus-terusan mengunyah kentang itu yang telah di cocolnya dengan saos pedas, ta' kaget sih kalau soal makanan favoritnya ia ta' malu untuk segera melahap makanan tersebut.
Melihatnya yang makan dengan lahap membuatku tersenyum sendiri, ketika itu ada noda saos yang belepotan mengenai pinggiran bibirnya, dengan reflek aku mengusap bibirnya yang terkena saos.
Dion: ga' perlu buru-buru kali makannya Ca. ( mengelap ujung bibirnya yang terkena caos dengan jari jempol ku )
Seketika dia terpaku dan mengusapnya kembali setelah ku.
Cara: oh.. aku bisa sendiri ( terlihat tersipu )
Tio yang melihatnya sedikit kecewa dengan perhatianku pada Cara saat ini. Tiba- tiba terdengan bunyi sms dari dalam ponsel ku.
" Jangan berpaling dari ku atau aku tidak akan tinggal diam 👽"
Dari nomor yang ta' ku kenal, siapa dia?? kulihat Tio dan Agus juga sama- sama memegang ponsel. Apa salah satu dari mereka?? tapi aku punya nomer keduanya. Trus siapa?? Atau ada orang lain yang mencoba bermain-main dengan ku??
*****