105 Eps.66

Jam mata kuliah Shea hari ini sudah selesai, sekarang Shea sedang berada di toilet untuk membersihan wajahnya, fikiran nya masih tak menentu bayang-bayang kejadian pagi tadi masih melintas di benak nya.

Shea terperanjat saat pintu toilet di buka secara paksa, nampak sosok Aleena dan kedua temannya sudah berada di hadapan nya

" kalian mau ngapain? " tanya Shea dengan bingung

" gue mau buat perhitungan sama Lo " Aleena menginstruksi pada kedua temannya untuk memegangi kedua sisi tangan Shea

" eh kalian apa-apaan sih, lepasin tangan gue " Shea mencoba memberontak tapi Sarah dan Dewi sama-sama kuat memegang pergelangan tangan nya.

" ini adalah hukuman buat Lo, karena Lo udah ngedeketin Alvarez " bentak Aleena, ia menyunggingkan kan sudut bibirnya menatap Shea dengan sinis

" maksud Lo apa huh???? "

" diem Lo!!!! nggak usah banyak omong " ucap Dewi

*****

" Shea kemana sih... kok ngilang gitu aja " gumam Janet,

Janet mengedarkan pandangannya pada setiap sudut kampus, sampai ia menangkap tubuh tegap Alvarez yang berjalan ke arahnya

" Lo kok sendirian, Shea mana? " tanya Alvarez

" tadi terakhir di bilang mau ketoilet, tapi masak iya, ketoilet aja hampir satu jam " jawab Janet

Alvarez mengambil ponselnya dari dalam saku, lalu mencoba menghubungi ponsel shea namun hanya suara operator yang berdendang di telinga nya.

* ponselnya nggak aktif, apa dia udah pulang duluan " gumam Alvarez

" tu anak nggak mungkin pulang duluan, soalnya tadi dia bilang mau nebeng sama gue, eh dianya malah ngilang " Janet tampak berfikir

Alvarez dan Janet di buat bingung, saat melihat para mahasiswa berlarian menuju toilet ujung koridor

" ada apaan yah? kok pada lari-lari ke ujung koridor " gumam Janet,

" eh tunggu bentar, ada apaan sih kok pada rame-rame di ujung koridor? " tanya Janet pada salah satu mahasiswa yang hendak berlari ke arah sana

" itu Aleena lagi berantem sama Shea di toilet " jawab mereka, kemudian berlari ke ujung koridor

Alvarez dan Janet saling melirik, kemudian mereka berdua langsung ikut berlari ke ujung koridor

******

" rasain Lo..... ini akibat nya kalo Lo mengusik milik gue " Aleena tertawa sumbang sambil menyiramkan air kotoran pada tubuh Shea

Mereka yang melihat, tak ada yang berani melawan Aleena dan kedua temannya, mereka hanya jadi penonton sambil menutup hidung karena bau yang menyengat

" ha-ha-ha..... mampus Lo " Aleena dan kedua temannya tertawa terbahak bahak

" nggak akan ada orang yang nolongin Lo " ucap Sarah

" lepasin gue brengsek!!!! kalo berani jangan main keroyokkan.... " bentak Shea

BYUrRRRR

Aleena kembali menyiram kan air kotoran pada tubuh Shea, sambil tertawa

" BERHENTI!!!!!!!!!!!! "

Suara bariton itu, mengejutkan Aleena dan kedua temannya mata mereka terbelalak saat melihat sosok Alvarez berdiri di depan pintu toilet, raut wajah nya sudah di penuhi dengan amarah, sorot matanya sangat tajam

" mampus " gumam Sarah dan Dewi serentak

Aleena langsung membeku, ia tak dapat menggerakkan tubuhnya, wajah sudah terlihat pucat pasi, Alvarez langsung mengambil ember yang ada ditangan Aleena dengan paksa lalu membanting ember itu kelantai

GLETUKkkkkkkk

" astaga Shea .... " Janet langsung menghampiri Shea yang sudah basah kuyup karena air kotoran, Janet sedikit menutup hidung nya karena bau busuk yang menyengat

" kalian bertiga apa-apaan sih!!!!!! norak tau nggak!!!!! " Janet mendorong Sarah dan Dewi sampai tubuh mereka menghantam dinding

" Rez gu- "

" DIEM LO!!!!!! " tunjuk Alvarez pada wajah Aleena

Wajah Aleena sudah pucat pasi, melihat amarah dari wajah Alvarez

" Jan.... Lo pergi ke butik depan kampus, cari baju yang paling mahal buat Shea " ucap Alvarez dengan dingin, sambil mengeluarkan sebuah ATM dari dompet nya

" no pin nya? "

" 0908** "

Tanpa membantah lagi, Janet langsung berlari keluar untuk mengerjakan perintah Alvarez, sedangkan Shea masih tak bergeming matanya sudah memerah menahan tangis dan malu

" apa Lo fikir ini lucu " ucap Alvarez pada Aleena dengan sarkas

" Rez.... gue ngelakuin ini karena gue cemburu sama Lo... gue suka dan cinta sama Lo " ucap Aleena dengan gugup

" EMANG LO SIAPA????? " bentak Alvarez, membuat tubuh Aleena mundur dua langkah kebelakang

" kalian semua bubar!!!!!!!!! " teriak Alvarez pada semua mahasiswa yang menjadi penonton di depan pintu.

" kecuali kalian bertiga!!!! " ucap Alvarez memandang Aleena dan kedua temannya secara bergantian

Alvarez memandang Shea yang masih diam membisu, Ia melepaskan kemejanya dan hanya meninggalkan kaos oblong yang masih menutupi tubuh suspek nya.

Bau menyengat dari tubuh Shea sama sekali tidak menggangu indra penciuman Alvarez

" jangan deket-deket gue, gue bau " ucap Shea

Alvarez tak mempedulikan ucapan Shea, ia menutupi tubuh Shea yang basah karena air kotoran dengan kemejanya

" Rez.... gu- " Aleena kembali mengatupkan bibirnya saat kembali mendapatkan tatapan tajam dari mata Alvarez

" Rez, gue ngelakuin ini karena gue sayang sama Lo..... gue cemburu Shea deket-deket sama Lo " Aleena kembali memberanikan diri untuk bersuara

" tapi yang udah Lo lakuin itu buat gue jadi ilfil sama Lo " ucap Alvarez dengan nada penuh penekanan

Tak lama kemudian Janet pun kembali, dengan membawa paper bag di tangan nya

" She .... ini baju ganti buat Lo..... buruan Lo ganti baju Lo " Nafas Janet masih tersengal-sengal karena ia berlari-larian

Tanpa mengeluarkan satu katapun, Shea mengambil paper Bag berwarna coklat dari tangan Janet dan langsung mengganti pakaian nya. Tatapan mata Janet beralih pada ketiga gadis di hadapannya, amarah sudah menggebu-gebu di ubun-ubun nya.

" sebenarnya apa masalah Lo huh.... " Janet mendorong Aleena hingga ia tersungkur ke lantai

" Janet Lo apa-apaan sih " lerai Sarah dan Dewi

" diem Lo berdua!!!!!! " bentak Janet dengan keras

" itu semua karena Shea.... cewek nggak tau diri itu " pekik Aleena dengan hampir menangis

Alvarez yang mendengar itu membuat darah nya mendidih, ia menghampiri Aleena lalu mencengkram kedua rahang Aleena dengan kencang, membuat nya meringis kesakitan.

Janet, Sarah dan Dewi di buat tercengang karena Alvarez melakukan hal kasar pada Aleena

" jangan pernah, Lo hina Shea!!!! " ucap Alvarez dengan penuh nada penekanan, Aleena melihat sorot mata Alvarez sudah seperti ingin membunuhnya

Tak lama kemudian, Shea pun kembali muncul dan sudah berganti pakaian dengan rambutnya yang masih basah karena ia langsung mandi di toilet sebelah perpustakaan, ia melihat Alvarez yang masih mencengkeram kedua rahang Aleena dengan kencang.

" Shea... Lo udah ganti baju? " tanya Janet yang sudah melihat Shea di ambang pintu

Pandangan Alvarez beralih pada Shea, ia langsung melepaskan cengkraman nya dari wajah Aleena secara kasar lalu menghampiri Shea.

" are you okay? " tanya Alvarez dengan lembut, Shea hanya mengangguk matanya masih tertuju pada Aleena yang sudah menangis dan masih terduduk dilantai

Alvarez langsung memeluk tubuh Shea tanpa permisi, Shea tidak memberontak malah justru itu membuat nya sedikit merasa tenang dan bau maskulin dari tubuh laki-laki itu mampu mereda kan emosinya.

" I will always be with you " bisik Alvarez, mendengar bisikan itu tanpa sadar Shea melingkar kan kedua tangannya pada pinggang Alvarez, mendapat respon dari Shea Alvarez mengusap lembut puncak kepala Shea

Tak lama kemudian, Alvarez melepaskan pelukannya lalu kembali menatap Aleena dan kedua temannya secara bergantian

" kalo kalian bertiga masih gangguin Shea... itu artinya, kalian juga berurusan sama gue " ucap Alvarez dengan dingin, ia menggandeng tangan Shea lalu berlenggak keluar dari toilet diiringi oleh Janet.

Sekarang Alvarez, Shea dan Janet sudah berada di kantin.

" Lo tau nggak, rasa pengen gue cakar tu muka mereka bertiga " ucap Janet dengan geram

" udah lah, gue juga nggak apa-apa cuma masih sedikit syok aja " balas Shea

" thanks ya... kalian berdua udah bantuin gue, kalo nggak ada kalian berdua, gue nggak tau bakalan jadi apa nantinya " ucap Shea lagi

" sebenarnya kalo satu lawan satu gue yakin Lo pasti menang, tapi mereka curang main nya keroyokan " balas Janet,

Alvarez masih diam tak berbicara, ia terus menatap wajah Shea dengan intens.

" gue tu kaget, tiba-tiba mereka masuk ke toilet terus yah gitu deh..... " Shea mengangkat kedua bahunya, menghela nafas lelah

" Lo pulang bareng gue " ucap Alvarez, dan tanpa ada aba-aba Alvarez langsung menarik tangan Shea meninggalkan Janet sendiri di kantin

" wah parah tu anak berdua.... gue main di tinggal gitu aja.... " ucap Janet kesal

" Woy ini makanan sama minuman siapa yang bayar!!!!!!!! " pekik Janet namun Alvarez dan Shea sudah terlalu jauh hingga mereka tak dapat mendengar ucapannya lagi.

******

Yesaya dan keluarga nya sekarang sudah berada di salah satu hotel berbintang di ibukota, mengecek semua persiapan untuk acara pertunangan antara Yesaya dan Valentine besok malam.

" gimana Valentine, apa kamu suka dengan semua decor nya? " tanya Mariam

" iya Oma, aku suka banget " mata Valentine memandang takjub sambil mengitari pada setiap sisi sudut ballroom tempat pesta akan diadakan di dampingi oleh Mariam

Yesaya tak mengeluarkan sedikitpun pendapatnya, yang ia fikirkan adalah bagaimana caranya lari dari pertunangan ini

" Yesaya.... " Sentuhan lembut dari Bella menyadarkan Yesaya dari lamunannya

" ma..... " gumam Yesaya

Bella bisa melihat kesedihan yang terpancar dari putra sulungnya, ia tersenyum hangat pada Yesaya sembari mengusap wajah putra nya dengan lembut

" aku harus gimana ma? "

" untuk sekarang, kita nggak bisa ngelakuin apa-apa sayang... mama minta maaf karena mama nggak bisa bantu kamu "

Bella memeluk putranya, memberikan sedikit kekuatan untuk Yesaya agar ia bisa melewati keadaan yang mempermainkan kisahnya.

" kita nggak bisa menentang semua kehendak Oma kamu, karena beliau sudah terikat dengan keluarga Retore... " gumam Bella sembari mengurai pelukannya pada Yesaya

" papa tau kamu pasti bisa lewati ini semua " ucap Antonio, sedangkan Morgan hanya diam ia tak tau harus mengatakan apa pada kakaknya.

" oh ya Yesaya... Oma minta, tolong kamu temani Valentine ke toko bunga Andara untuk mengambil pesanan bucket bunga Oma karena kurir mereka nggak masuk, jadi biar kita ambil sendiri " ucap Mariam yang menghampiri Yesaya dan Bella

Yesaya tak menjawab, ia hanya mengangguk lalu melangkah pergi diiringi oleh Valentine di belakang nya

" mereka pasangan yang serasi kan? " tanya Mariam pada Bella

Bella hanya tersenyum kecil, ia tak ingin beradu argumen dengan mantan mertua nya itu, karena jika ia menjawab itu sama saja menabuh genderang perang

" hanya Valentine yang cocok menjadi pendamping Yesaya di masa depan, dia gadis yang cantik, baik, dan berkelas " ucap Mariam lagi.

Bella tak ingin berlama-lama di dekat mertuanya, ia lebih memilih meninggalkan mertua nya untuk mengecek perlengkapan yang lainnya dibandingkan mendengar ocehannya. Sedangkan Antonio dan Morgan hanya mengekori Bella dari belakang.

avataravatar
Next chapter