webnovel

Eps.65

Hari yang indah, di pagi yang cerah tanpa melewati batas waktu dan tanpa melawan keadaan..

Pagi ini Shea bangun lebih awal dari biasanya, membersihkan kamar nya seorang diri lalu menyiapkan sarapan untuk keluarga nya dengan di bantu oleh Ajeng.

" wah wah wah sepertinya pagi ini mommy melihat sebuah keajaiban " ucap Shalu menghampiri Shea yang sedang menata meja makan

" lagi rajin loh buk, Shea nya " tambah Ajeng

Sedangkan yang di singgung hanya bersenandung ria tak menghiraukan orang-orang disekitarnya.

" non.... ada kiriman bunga lagi " ucap Bik Yasmin sambil menyodorkan bucket bunga mawar putih pada Shea

Ajeng dan Shalu hanya saling lempar pandangan .

" bibik liat nggak orang yang kirim ini? " tanya Shea

" cuma seorang kurir dari toko bunga non "

" emmmmmm bik nanti kalo besok kurirnya kirim lagi, tolong tanyain dari toko bunga mana ya "

" baik non "

Shea langsung membawa bucket itu kedalam kamarnya, meletakkan di atas nakas.

" sebenarnya siapa sih yang suka kirim bunga ini... " gumam Shea

" kenapa dia harus sembunyi-sembunyi " ujar nya lagi.

( mendung tak berarti akan selalu turun hujan )

Shea kembali menatap bunga mawar putih itu setelah membaca sepucuk surat yang di selipkan di sela-sela bunga.

****

" Rez... Lo nggak ke kekampus hari ini? " tanya Galang yang sudah berada di ruangan Alvarez

" kampus, nanti jam sepuluh " jawabnya singkat, matanya fokus pada berkas-berkas di atas mejanya

TOK TOK TOK

Dengan hati-hati, Dian membuka pintu ruangan Alvarez

" maaf Pak saya mengganggu, tapi ada seseorang yang mau bertemu dengan Pak Varez " ucap Dian

" siapa? " tanya Gilang yang mewakili Alvarez

" seorang wanita pak " jawab Dian dengan sedikit gugup

Alvarez dan Gilang saling melirik, lalu ia memberikan kode melalui matanya pada Dian untuk keluar dari ruangan

" siapa ya? apa mungkin Shea... tapi nggak mungkin " gumam Alvarez

" Udeh... kelamaan mikir, temuin aja dulu " saran Gilang.

Dengan langkah cepat ia keluar dari ruangan nya menuju lobby, ia masuk kedalam lift pribadinya agar lebih cepat sampai ke lantai utama, sesampainya di lobby aura muram menyelimuti wajah tampan Alvarez.

" mau ngapain Lo kesini? " tanya Alvarez tanpa basa-basi

" Karena kamu nggak pernah angkat telfon dari aku " jawab wanita berparas bule itu

" to the point aja " Alvarez sudah tak ingin berlama-lama berbicara padanya

" kamu kenapa sih Rez.... " wanita itu lebih mendekatkan tubuhnya pada Alvarez.

Tanpa menghiraukan, orang-orang disekitar dengan berani Clara membelai lembut wajah Alvarez, dimulai menyentuh hidung panjang milik Alvarez berlanjut menyentuh bibirnya.

" gila tu cewek berani banget " batin Gilang yang bersembunyi di balik dinding

" aku kangen sama kamu " bisiknya tepat di telinga Alvarez

Alvarez tak bergeming, ia hanya menatap Clara tanpa ekspresi, saat Clara hampir mendarat kan bibirnya pada bibir merah muda milik Alvarez tiba-tiba

PRANGGGGGG

Alvarez dan Clara sama-sama terlonjak kaget kala mendengar suara berisik itu, mata Alvarez terbelalak dan dengan spontan ia langsung mendorong tubuh Clara kesamping, saat ia melihat sosok wanita mungil memandang nya dengan sorotan mata yang sulit untuk di artikan.

" owh shitt " upat Gilang dalam hati dan masih berada di tempat persembunyian nya

" maaf... gue nggak bermaksud ganggu kalian "

" Shea..... " batin Alvarez

" sekali lagi gue minta maaf " Shea terlihat gugup, ia berjongkok dan segera membersihkan makanan yang sudah berserakan di lantai

Alvarez langsung menghampiri Shea, tanpa mempedulikan Clara lagi.

" biar gue bantuin " ucap Alvarez

" nggak usah, biar gue sendiri... " ucap Shea, dengan cepat ia membereskan makanan yang sudah jatuh di lantai.

" sekali lagi gue minta maaf udah lancang ganggu kalian " ucap Shea sambil beranjak untuk berdiri diiringi oleh Alvarez

" seharusnya makanan ini, buat Lo sarapan tapi sekarang udah nggak layak di makan... next time gue masakin lagi " ucap Shea dengan tersenyum canggung

Saat Shea hendak beranjak pergi, dengan cepat Alvarez menahan pergelangan tangan Shea.

" Lo mau kemana? " tanya Alvarez

" ke kampus, gue ada mata kuliah jam sembilan " jawab Shea sambil sedikit melirik ke arah Clara yang sudah memandang nya dengan tak ramah

" Lo bawa mobil? "

" tadi di anter Papi, soalnya mobil gue lagi masa perbaikan "

" biar gue anter "

" nggak usah... lagian disini ada pacar Lo, gue nggak enak sama dia " ucap Shea sembari melepaskan tangan Alvarez dari pergelangan tangannya

" gue juga mau ke kampus jadi kita bareng aja, dan gue nggak suka penolakan " ucap Alvarez dengan tegas.

" Rez..... kamu mau ninggalin aku sendiri disini? " tanya Clara dengan kesal

" gue nggak minta Lo dateng kesini " jawab Alvarez dengan dingin menatap Clara dengan tajam

" dan satu lagi She.... Clara bukan pacar gue " kali ini Alvarez berbicara pada Shea

" Lo tunggu disini sebentar, gue ambil laptop gue dulu di ruangan " ucap Yesaya

" nggak perlu, nih udah gue bawain laptop kesayangan Lo " tiba-tiba Gilang sudah menghampiri Alvarez sembari membawa laptop milik Alvarez

" thanks.... pagi ini gue berhutang Budi sama Lo " ucap Alvarez pada Gilang, lalu ia kembali menarik tangan Shea meninggalkan kantor.

Gilang menatap Clara yang masih diam mematung saat melihat Alvarez menarik pergelangan tangan Shea dengan agresif, Gilang menyunggingkan sudut bibirnya tersenyum sinis pada Clara

" sebaiknya Lo nggak usah deketin Alvarez lagi.... " ucap Gilang sinis

" bukan urusan Lo " balas Clara dengan sarkas, lalu dengan cepat berjalan keluar meninggalkan Gilang.

******

Shea masih tak mengeluarkan suaranya, ia masih terbayang akan adegan yang hampir saja ia saksikan tanpa sensor.

" Shea... " suara lembut Alvarez menyapu fikiran kotor nya

" Hmmmmmm "

" Lo ngelamun? "

" hah.... nggak kok "

Shea masih memeluk rantang makanan nya, ia menghela nafas lelah saat makanan yang susah payah ia masak sudah tak layak di makan lagi

" thanks udah mau masakin gue "

" tapi percuma, makanan nya udah nggak bisa di makan lagi " ucap Shea lirih sambil memalingkan wajahnya keluar jendela

" yang penting niatnya " .

Sebenarnya bukan hanya karena makanan yang sudah tak layak lagi di makan, tapi kejadian yang terjadi di depan matanya yang membuat hatinya sedikit kacau

" kita udah sampe " ucap Alvarez yang kembali menghapus semua lamunan Shea

" oh... udah sampe ya " balas Shea yang seperti orang linglung, ia pun turun dari mobil sport milik Yesaya

" Shea tunggu..... " Alvarez setengah mengejar Shea

" ya ada apa? " tanya Shea dengan tampang cengok nya

" Lo mau kemana? "

" ke kelas "

" tapi itu bukan arah kelas Lo "

" hah....????? " Shea semakin seperti orang bodoh, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

" owh iya, gue salah jalan... " ucapnya

" Lo kenapa sih? "

" gue nggak apa-apa kok " balas Shea

" Shea..... " pekikan Janet, membuat Shea dan Alvarez dengan serentak membalikkan badan mereka mengarah asal suara

Janet memperhatikan Alvarez dari ujung kaki sampai ujung kepala, karena ini adalah pertama kalinya ia melihat laki-laki tampan itu mengenakan pakaian formal.

Benar saja, saat ini Alvarez memakai kemeja berwarna biru malam dengan lengan baju ia gulung sampai siku dan dasi yang melingkar di lehernya sedikit longgar dengan kancing paling atas sudah terbuka

" O M G.... fix Alvarez beneran ganteng.... Yesaya mah lewat..... " batin Janet,

" kok kalian bisa bareng? " tanya Janet

" soalnya gue nggak bawa mobil, jadi dia ngajakin gue bareng " jawab Shea

" terus Lo ngapain bawak rantang makanan? " tunjuk Janet pada rantang yang di berada dalam pelukan shea

Alvarez memandang wajah Shea dengan intens, dan itu juga tak lepas dari pandangan Janet.

" tadi gue buatin Alvarez sarapan, tapi gue nggak sengaja jatuhin rantang nya... jadi makanannya ke buang percuma " jawab Shea dengan menundukkan kepalanya

Janet menahan tawanya, melihat tingkah malu-malu Shea saat ini.

" yuk kekelas.... gue nggak mau berurusan sama dosen killer " ucap Shea sembari menarik tangan Janet untuk pergi.

Alvarez masih diam membeku, menatap Shea dari balik punggungnya yang semakin lama menjauh dari pandangan nya.

*****

Yesaya baru saja tiba di kantornya, ia masih memikirkan bagaimana ia bisa lari dari pertunangan nya dengan Valentine.

" apa ini cara Lo nyambut kedatangan adik Lo huh pak CEO!!!! " suara lantang itu membuyarkan semua fikiran Yesaya.

Yesaya tersenyum lebar saat melihat wajah adiknya yang sudah berdiri di depan pintu ruangan nya

" hei..... brother " Yesaya menghambur kedalam pelukan adik sekaligus musuh bebuyutan nya

" kenapa Lo nggak ngabarin gue, kan biar bisa gue jemput di bandara "

" nggak ngabarin apaan, coba Lo liat ponsel Lo. masih hidup atau udah tamat riwayat nya "

Alvarez mengambil ponselnya yang sudah tak bernyawa di atas meja kerjanya, ia melebarkan senyumnya pada sang adik.

" nggak usah cengar-cengir Lo.... pokoknya Lo harus jelasin Kenapa Lo bisa mau ngelakuin pertunangan konyol ini ke gue tanpa terkecuali.... " ucap Morgan dengan nada mengancam

Dan sekarang mereka sudah berada di salah satu caffe dekat kantor, Morgan sudah tidak sabar menunggu semua cerita dari Yesaya Kenapa ia memutuskan untuk bertunangan dengan wanita yang sama sekali tak ia cintai.

Setelah Yesaya menceritakan semuanya, Morgan termenung mencerna inci demi inci dari apa yang Yesaya katakan.

" jadi, Valentine ngancem mau bunuh diri? "

" bukan hanya ancaman, dia udah pernah ngelakuin itu sebelum nya... dan itu yang buat gue terima permintaan dia "

" udah psyco tu cewek..... terus gimana sama Shea? "

Yesaya hanya menggeleng, mengusap wajahnya dengan kasar sebelum ia menjawab

" udah pasti dia kecewa sama gue... bahkan dia udah ngebuang kalung pemberian dari gue... dan bilang kalo hubungan gue sama dia udah berakhir " jawab Yesaya dengan putus asa

" huh... gue nggak nyangka kalo hubungan kalian harus berakhir kayak gini " Morgan menyeruput kopi hitam di hadapannya

" mama gimana? " tanya Yesaya

" awalnya mama seneng, karena mama Fikir Lo mau tunangan sama Shea.... tapi saat mama denger nama cewek lain yang bakalan tunangan sama Lo, mama syok banget.... " jawab Morgan

" terus sekarang mama sama papa dimana? "

" mama sama papa di rumah lama, karena papa nggak mungkin pulang kerumah Lo... apa lagi ada Oma Lo dan cewek itu " jawab Morgan ketus

" Lo tau sendiri, gimana bencinya Oma Lo sama bokap gue " sambung nya.

" eh Lo inget Antonio itu juga bokap gue dia yang udah didik gue dari kecil, walaupun beliau bukan Bokap kandung gue " balas Yesaya dengan nada kesal, Morgan hanya tersenyum mendengar penuturan dari Yesaya.

Next chapter