webnovel

Eps.40

" kita mau kemana sih" Shea terus memperhatikan jalan dari jendela mobil

" pokoknya suatu tempat yang indah, Lo tenang aja gue nggak bakal culik princess dari kerajaan Alexander " Shea hanya tersenyum

Satu jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di pesisir pantai. Bola mata Shea berbinar melihat indah nya pantai di hadapan nya, untung saja cuaca sedikit mendung

" waw.... menakjubkan " Shea terus memperhatikan suasana sekitar pantai, sedangkan Yesaya menatap Shea dengan penuh cinta

" kita duduk sana yuk " Yesaya terus menggenggam jari-jemari Shea berjalan bersamaan.

" mas.... es kelapa muda nya dua ya " ucap Yesaya pada salah satu pedagang

Mereka sudah duduk di salah satu pondok, menikmati pemandangan ditemani dengan es kelapa muda yang baru saja di pesan oleh Yesaya

" kamu sering kesini? " tanya Shea dengan menyeruput es kelapa muda nya

" iya... dulu, mama sering ngajakin aku kesini... karena disini sejarah cintanya mama dan almarhum papa ku " Yesaya memandang laut luas, desiran ombak yang menyapu pesisir pantai.

" untung aja cuaca agak sedikit mendung, jadi kamu nggak kepanasan " Yesaya mengusap kepala Shea dengan lembut

" oh ya, aku punya sesuatu buat kamu " Yesaya mengeluarkan kotak buludru dari tasnya

" itu apa? " Yesaya tersenyum sembari membuka kotak tersebut, kemudian mengeluarkan kalung berliontin bintang

" ini buat kamu... " Shea terpaku melihat kalung ditangan Yesaya

" cantik " puji Shea menatap lekat liontin

" seperti kamu " balas Yesaya membuat Shea tersenyum bahagia

" aku bantu pakein ya " Yesaya memasangkan pada leher Shea

" terimakasih " senyuman manis dari wajah Shea menyejukkan hati Yesaya

" kamu suka? "

" sangat... "

Yesaya berlari menikmati deru ombak di pesisir pantai

" SHEA.... I LOVE YOU " pekik Yesaya yang menggema, membuat Shea terkejut

" aku nggak akan pernah ninggalin kamu.... dan aku janji, suatu saat kamu akan menjadi milik ku selamanya... dan pantai ini menjadi saksi nya.... " pekik Yesaya lagi

Tanpa terasa butiran kristal bening sudah jatuh dari pelupuk mata Shea

" jangan menaruh harapan padaku terlalu dalam Yes, karena kamu hanya akan merasakan sakit hati teramat dalam " batin Shea

" karena aku nggak tau, apa aku masih bisa hidup lebih lama lagi " tatapan Shea lurus pada Yesaya.

" apa besok aku akan masih bisa melihat senyum bahagia kamu, apa besok aku akan masih bisa menyentuh dirimu yang selalu berhasil membuat ku hangat seperti hari ini, dan apakah aku terlalu serakah jika aku meminta hidup lebih lama lagi pada Tuhan " gumam Shea

Shea berjalan menghampiri Yesaya, yang sudah membentang kan kedua tangannya di tepi pantai menyambut Shea untuk masuk kedalam pelukannya

" I love you.... I love you so much " bisik Yesaya, sedangkan Shea hanya menahan Isak tangisnya.

Entah berapa lama mereka berpelukan hingga hujan sudah membasahi tubuh mereka, namun Shea merasa terselamatkan karena hujan menutupi airmatanya agar Yesaya tak melihat kesedihan yang saat ini Shea rasakan di raut wajah nya.

" Tuhan, jika ini adalah hari terakhir ku bersama Yesaya aku mohon jangan buat dia merasa sedih atas kepergian ku nanti " batin Shea

Mereka sudah kembali ke pondok, menghindari hujan yang semakin lebat, seragam Shea yang sudah basah karena hujan, bahkan karena seragam nya itu basah berhasil memperlihatkan lekuk tubuh Shea yang sexi, dan tubuh Shea sudah bergetar karena kedinginan, Yesaya melepaskan jaket nya untuk menutupi tubuh Shea karena walau bagaimanapun Yesaya laki-laki normal dan dia menjauhi hal-hal yang mungkin saja bisa terjadi.

Setelah hujan reda Yesaya mengantar kan Shea kembali kerumah nya karena hari sudah mulai gelap, hari ini menjadi hari yang paling membahagiakan bagi Yesaya namun berbanding terbalik dengan yang Shea rasakan, banyak rasa ketakutan di matanya yang ia tutupi.

" terimakasih untuk hari ini " Shea masih berusaha tersenyum manis di balik wajah pucat nya

" aku pulang ya, kamu istirahat... karena kamu pasti capek... liat aja muka kamu udah sampe pucet gitu " Yesaya mengusap lembut wajah Shea

" sampe ketemu di sekolah besok" ucap Yesaya kembali memeluk Shea dengan erat, entah kenapa Shea merasa ini akan menjadi pelukan terakhir nya bersama Yesaya

" see you.... " Shea mengurai pelukan mereka,

Shea langsung berjalan masuk kedalam rumah selepas kepergian Yesaya, langkah kaki Shea terasa sangat berat bahkan bumi terasa berputar sangat cepat, penglihatan nya mulai berkunang sampai semua nya benar-benar menjadi gelap.

******

Perlahan Shea membuka matanya, sinar lampu menyilaukan matanya, ruangan yang bernuansa putih itu membuat nya tersadar bahwa ia bukan berada dikamar nya, bau obat pun sudah menusuk indera penciuman nya,dan di punggung tangan nya sudah tertancap selang infus. Shea masih merasakan berat untuk membuka matanya, samar-samar ia mampu mendengar suara yang sangat ia kenal bahkan suara yang sangat ia rindukan.

" Shea... " Shea berusaha mengalihkan pandangannya menuju suara yang memanggil nya.

Butiran kristal bening kembali menetes dari pelupuk matanya, melihat orang yang sangat ia rindukan kini ada di hadapannya, menggenggam erat jari-jemari mungilnya yang sudah pucat

" papi..... " lirih Shea

" iya sayang..... ini papi " Brian menyeka air matanya yang hendak terjatuh.

Tak lama kemudian Anita, Gunawan, dan Shalu pun masuk dan langsung menghampiri Shea

" syukur lah akhirnya kamu sadar sayang " ucap Anita dengan perasaan lega

" aku di mana? "

" kamu di rumah sakit sayang " Shalu membelai lembut kepala Shea

" papi kapan pulang? " lirih Shea

" tadi pagi papi sampai " benar saja, karena sekarang sudah menunjukkan pukul 14.00 siang dan itu tandanya ia juga tidak masuk kesekolah

" itu artinya, kemarin aku pingsan " batin Shea

" kamu kemarin pingsan sayang... kenapa kamu nggak bilang sama Oma kalau kamu sakit " Anita menahan tangisnya, sedangkan Shea hanya diam dengan seribu bahasa

" kamu jangan, terlalu banyak bicara dulu nak.... lebih baik kamu istirahat aja "

" aku kangen sama papi, please stay with me " sorot mata Shea dengan memohon

" papi akan selalu disini nemenin kamu, papi nggak akan ninggalin kamu " Brian mencium punggung tangan putri kesayangannya,

" promise!!!!"

" promise " Shea pun kembali memejamkan matanya

Brian sudah berada di ruang tunggu setelah memastikan kalau Shea sudah benar-benar tertidur nyenyak, rasa sedih yang sudah ia kubur dalam-dalam kini kembali muncul lagi, baru saja ia merasakan bahagia dengan kehadiran Shalu di tengah-tengah keluarganya tapi kenapa Tuhan kembali merenggut kebahagiaan yang Brian rasakan.

" Brian, sebaiknya kamu pulang dulu untuk beristirahat karena kamu baru saja pulang dari luar negeri... biar mama sama papa yang jagain Shea " bujuk Anita

" nggak ma... aku nggak mau ninggalin Shea, aku sudah janji kalau aku akan menemani nya disini "

" mama kamu benar, kamu dan Shalu juga harus istirahat, biar papa yang menunggu hasil pemeriksaan Shea "

" nggak apa-apa kok pa... Shea butuh ayahnya saat ini... apa lagi dengan keadaan nya sekarang " Shalu mengusap lembut pundak pria yang ia cintai

Tak lama kemudian Dokter Abimana pun menghampiri Brian dan keluarga nya dengan membawa hasil CT-scan milik Shea, dan ia sudah menjelaskan penyakit yang di derita oleh Shea.

" untuk langkah pertama, kita harus melakukan kemoterapi terhadap Shea untuk mencegah sel-sel kanker agar tidak menyebar keseluruh tubuh " ucap Abimana

" tapi sebelum itu, kita harus menunggu sampai metabolisme Shea benar-benar sudah stabil dan siap menjalani pengobatan " sambung nya

" Shea sangat membutuhkan support kalian keluarga nya, dan saya harap kalian selalu berada di sisinya selama masa pengobatan " Abimana pun berlalu meninggalkan mereka

******

" kenapa Shea menyembunyikan semua ini dari kita " gumam Brian

" kamu sabar mas " bujuk Shalu

" bagaimana aku harus sabar Shalu, anakku yang aku besarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang dari tangan ku sendiri bahkan binatang kecil pun tidak aku biarkan menyakiti tubuh nya, tapi sekarang, Sheaku harus mengalami penyakit yang mengerikan seperti ini... " sorot mata Brian penuh dengan emosi yang masih bisa tertahan kan

" aku sudah pernah kehilangan ibunya karena penyakit ini... dan sekarang anakku juga ikut merasa kannya.... kenapa Tuhan begitu tidak adil pada ku " Brian sudah tak mampu membendung air matanya lagi

" Kamu jangan menyalahkan Tuhan mas.... semua belum berakhir... kita hanya manusia biasa yang harus menerima nasib dan takdir yang sudah di tuliskan oleh Tuhan " Shalu mencoba meyakinkan Brian untuk tetap kuat

" jika kamu saja tidak kuat, bagaimana kamu akan menghadapi Shea nanti nya " ujar Shalu

Next chapter