30 Tiga puluh

Shenling bangkit berdiri dan menepis tangan si pelayan yang hendak menampar dirinya. Tatapannya tertuju langsung kepada Lanshang.

"Lancang!" bentak Bibi Huan.

"Beraninya seorang pelayan rendah sepertimu menatap Tuan Putri!"

"Kenapa memangnya?" tanyanya sambil menatap tajam perempuan tua tersebut.

"Kau juga bukan siapa-siapa. Sadarlah kau juga hanya seorang pelayan!"

Lanshang bangkit berdiri dan bergegas menghampiri Shenling. Kedua gadis itu saling bertatapan sengit

"Kalau begitu, apa perlu aku yang menamparmu?" tanyanya.

"Aku adalah tuan putri negeri ini. Kedudukanku jauh lebih tinggi daripada siluman penggoda lelaki sepertimu!"

Tangan berjari ramping itu terangkat tinggi. Bersiap untuk melayangkan tamparan. Akan tetapi, tangan Shenling juga terangkat untuk menahan.

"Aku tidak mau lagi diperbudak oleh kalian. Memukulku seenaknya, meski aku tidak bersalah," ucapnya.

"Lagipula kau juga tidak berubah. Kau tetap orang yang sama. Licik dan penuh tipu daya. Berpura-pura baik, padahal kau jahat. Kau selalu melakukan berbagai cara untuk memfitnahku. Dan sekarang kau juga melakukannya, karena menginginkan Leewan," ujar Shenling sambil tersenyum sinis.

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti. Sekarang lepaskan tanganku!" bentak Lanshang, tetapi Shenling masih mencekal erat.

"Beraninya kau melakukan ini pada putri kerajaan!"

Bibi Huan ikut membentak. Ia lalu mengendikkan kepala kepada pelayan yang masih berdiri di sana.

"Tunggu apa lagi, Pelayan Bodoh? Cepat pegang dia!" perintahnya. Gadis muda itu mengangguk. Namun meski dia berusaha menjauhkan Shenling dari Lanshang, Shenling tetap saja mencekal tangan Lanshang erat.

"Lepaskan tanganku!" gertak Lanshang sekali lagi sambil meronta.

"Melakukan ini aku pastikan kau akan dihukum berat!"

"Bukankah itu yang kau inginkan?"

Bibi Huan tidak tinggal diam melihat itu. Beliau kemudian menyuruh para pelayan di luar untuk masuk.

"Cepat masuk. Seorang pelayan telah berani menyerang Tuan Putri. Cepat tangkap dia!"

Para pelayan itu bergegas masuk dan menarik paksa Shenling menjauh. Cekalan itu akhirnya terlepas dan para pelayan tetap memegang kedua tangan Shenling dengan erat.

Lanshang melihat bilur merah berbentuk jemari di pergelangan tangan. Dia kemudian menatap Shenling sambil tersenyum penuh kemenangan. Shenling balas menyeringai.

"Masih berani kau menertawaiku? Awalnya aku ingin bermain denganmu agar hidupmu tersiksa, tapi rupanya kau memilih untuk mati. Tenanglah, tidak akan kubiarkan kau mati dengan mudah. Aku akan membuatmu menyesal pernah berada di dunia ini," ucap Lanshang.

"Kelicikanmu tidak pernah berubah. Lakukan saja yang kau bisa, kau tidak akan pernah bisa membunuhku," sahut Shenling.

"Baiklah, sekarang ayo buka mulutmu. Buka. Cepat buka!" seru Lanshang sambil mencengkeram pipi Shenling dan memaksa gadis itu membuka mulut untuk menjejalkan racun.

Tiba-tiba, jendela terbuka lebar. Angin berhembus masuk. Tidak lama, Xiaoxiao ikut melompat masuk dan menggigit tangan Lanshang yang memegang racun berbentuk hitam bulat tersebut dengan kuat.

Sontak gadis itu menjerit kesakitan. Dia kemudian melihat pergelangan tangannya yang berdarah dan jatuh tidak sadarkan diri. Para pelayan kebingungan dengan kejadian tersebut. Mereka melepaskan Shenling dan sibuk menolong Lanshang.

Bibi Huan mendadak tersadar. Ia menoleh ke tempat tadi Shenling berdiri dan mendapati gadis itu tidak berada di sana. Rubah tersebut juga tidak ada.

"Gadis itu. Pergi ke mana dia? Cepat cari dan temukan dia. Aku akan memberitahu Yang Mulia Raja tentang ini!" perintahnya. Ia lalu memerintahkan seorang pelayan untuk berjaga di samping tempat tidur Lanshang dan bergegas keluar.

***

Seorang pengawal tergopoh melaporkan peristiwa tersebut kepada Leewan yang sedang berada di kediamannya.

"Apa maksudmu? Bagaimana bisa hal itu terjadi?" sergah Leewan seraya bergegas.

"Itulah yang kudengar. Pelayan itu menyerang tuan putri dan menyebabkan beliau terluka parah dan tidak sadarkan diri."

Dalam sekejap, Leewan sudah tiba di kediaman Lanshang. Di sana telah ada raja, ratu, ibu suri, dan juga Lanzhou. Sang tuan putri sendiri sedang diobati oleh tabib istana.

"Bagaimana keadaannya?" tanya sang raja kepada tabib tersebut.

"Lukanya tidak terlalu dalam. Tuan Putri hanya pingsan karena terkejut dan kesakitan. Tuan Putri pasti tidak menduga akan terjadi hal ini. Apalagi sejak belia, Tuan Putri memang takut melihat darah," tutur lelaki tua.

Hal tersebut tetap tidak bisa menenangkan raja. Wajahnya yang memerah menunjukkan amarah teramat sangat.

"Jenderal Leewan, dengarkan perintahku!" ucapnya. Leewan segera berlutut, meski dia tahu perintah itu pasti akan membahayakan Shenling.

"Hamba siap melaksanakan perintah," ujarnya.

"Kerahkan semua prajurit. Cari gadis pelayan itu sampai ketemu. Tangkap dia hidup-hidup, tapi jika dia melawan, bunuh saja dia!"

***

Leewan bergegas keluar dari ruangan. Hatinya terasa berat. Rasanya tidak ingin dia melakukan perintah itu. Apalagi semua masih belum jelas. Semua hanya berdasarkan pengakuan Bibi Huan dan para pelayan di kediaman Lanshang. Tidak ada orang luar yang tahu kejadian sebenarnya, sedang para pelayan itu adalah orang-orang dari sang tuan putri.

'Mereka bisa saja berbohong atau mengarang cerita,' tukas Leewan dalam hati.

'Tapi Shenling bahkan tidak akan bisa membela diri karena raja jelas mempercayai mereka.'

"Leewan!" panggil Lanzhou mengejutkan pemuda itu. Leewan lantas berhenti dan menunggu.

"Leewan, kau tidak akan melakukannya, bukan? Kau tidak akan melukai, apalagi membunuh Shenling," ucapnya.

Leewan masih tetap diam.

"Jangan lakukan, Leewan. Bukankah kau mencintai dia? Kau harus percaya padanya. Aku yakin ada yang salah dengan semua ini!" tegasnya.

"Lalu bagaimana dengan perintah dari ayahmu?"

"Apa itu lebih penting bagimu daripada Shenling?" sergah Lanzhou gusar. Dia tidak menyangka Leewan akan berkata seperti itu. Padahal dia sudah bersiap untuk merelakan gadis tersebut, karena tahu Shenling tidak pernah mencintainya.

"Anda salah mengerti, Pangeran," jawab Leewan pelan.

"Maksudku adalah baginda raja tidak akan menugaskan aku seorang saja. Beliau pasti juga akan mengerahkan jenderal dan pimpinan pasukan lain. Jika mereka menemukan Shenling lebih dulu, maka mereka pasti akan mencelakai dia."

Lanzhou diam sejenak. Pemuda itu tampak berpikir keras.

"Aku akan mencoba membujuk Ayahanda Kaisar. Kau lakukan saja tugasmu. Temukan Shenling lebih dulu dan lindungi dia!"

"Aku akan melakukannya," sahut Leewan sambil mengangguk. Lanzhou kemudian segera berlalu.

Leewan hanya diam menatapnya.

'Dia ternyata benar-benar tulus mencintaimu, Shenling,' ucapnya dalam hati.

***

Xuying yang masih berada di kediaman tertawa senang mendengar kabar tersebut dari seorang pelayan.

"Ternyata aku tidak perlu melakukan apa pun untuk menyingkirkan pengganggu itu. Sekarang aku hanya perlu mencegah dia kembali ke tempat ini. Sebaiknya aku bergegas menemui raja, agar dia tidak menarik perintahnya untuk membunuh gadis itu," ucapnya sambil berlalu.

Dia kemudian menuju ke kediaman raja dengan langkah cepat. Seperti yang diduga olehnya, Lanzhou sedang berusaha membujuk ayahnya.

'Ternyata dia masih saja memiliki perasaan pada gadis itu. Kalau begitu, bagaimanapun caranya, Shenling harus mati!" tekadnya dalam hati. Ia lalu bersiap dan bergegas memasuki ruangan.

avataravatar