webnovel

Bab 2

Seperti biasa pagi itu Dinda memasuki halaman sekolah dengan ceria ketika akan memasuki kelas, tatapannya terpaku pada pengumuman di mading sekolah tangan nya menyentuh kaca.

"bukankah dia pria yang aku temui kemarin?" Batin nya.

Dari keterangan di foto tersebut, tertulis bahwa pria yang ia temui kemarin bernama Bara Fahreza anak kelas 11 sama dengan Dinda dalam foto tersebut Bara terlihat sedang memegang piala.

Pandangan mata Dinda beralih pada keterangan selanjutnya nampaknya Bara baru saja memenangkan perlombaan fisika antar Provinsi seminggu yang lalu.

"Permisi ! Permisi ! " teriak suara dari belakang Dinda. Dinda pun bergeser dari tempat nya berdiri.

" Itu Bara ,ya? " ujar wanita yang meminta Dinda bergeser tadi.

" Iya! " balas teman nya.

" Eh, kayak nya dia memenangkan lomba fisika seminggu yang lalu deh "

" Wah gila ! hebat sekali dia sejak SMP selalu juara umum papa dan mama nya kan dokter terkenal, Jihan beruntung sekali punya pacar seperti Bara."

" Mereka memang pasangan serasi Jihan cantik dan Bara tampan."

" Aku dengar mereka sudah kenal sejak TK,

duh seandainya aja aku bisa secantik Jihan " kedua nya berbicara lagi tanpa menghiraukan Dinda yang tengah menunduk.

Dinda terdiam sedih, dia tidak menyangka bahwa pada hari yang sama ia tahu nama pria yang ia sukai ia juga harus menerima kenyataan bahwa pria itu tidak bisa diraih nya.

Pintar, tampan, kaya, populer Bara memiliki segalanya sedangkan dirinya? tidak memiliki semua itu ia hanya gadis biasa.

Dinda tahu ia tidak seharusnya sesedih ini, toh ia belum mengenal Bara.

Tapi mengapa hati nya terasa sakit? sepertinya ia telah menyukai orang yang salah, diwaktu yang salah.

Saat ulangan fisika dibagikan, Dinda hanya bisa meringis memandangi nilai 5 berwarna merah yang menambah kesedihan nya hari ini.

Saat bel istirahat berbunyi, Dinda tidak beranjak dari bangku nya matanya memandangi sepasang anak lelaki dan perempuan di lapangan sekolah yang sedang tertawa tidak lain mereka adalah Bara dan Jihan.

Ia melihat ulangan fisika nya sekali lagi dipandangi nya rumus-rumus yang bertebaran di sana. Pandangan nya jatuh pada sebuah rumus tentang gaya tarik menarik antara dua benda.Tanpa sadar ia mengambil pena nya dan mulai menulis.

Dinda tertawa sedih ironis nya kini ia mengerti apa yang dimaksud oleh Newton dengan rumus itu. Gaya berbanding terbalik dengan jarak, semakin besar jarak antara dua benda maka semakin kecil gaya tarik menarik diantara kedua nya.

"Kamu kelihatan sedih hari ini?" Sapa ibu ketika melihat raut wajah Dinda yang berbeda dengan kemarin. Ibu duduk di samping Dinda dan memeluk nya

Ibu tahu yang dimaksud Dinda anak laki-laki yang disukai nya kemarin " Ibu tahu kamu pasti sedih ".

" Hiks, Dia sangat sempurna bu"Dinda menahan tangisnya pintar, tampan dan memiliki segalanya sedangkan aku...."

" Jangan bicara seperti itu Dinda " kata ibu sambil menatap mata putrinya dengan tegas "Kamu sangat istimewa jangan pernah lupakan itu."

Dinda menatap ibunya dengan sedih " Hanya saja untuk pertama kalinya aku menyukai seseorang, ternyata orang itu sudah milik orang lain."

"Jadi kamu akan menyerah?" tanya ibu.

"Aku tidak akan merebut seseorang yang sudah memiliki pacar bu " kata Dinda tegas.

"Kamu tahu kan kamu punya ibu, apapun yang terjadi " ibu selalu berusaha menenangkan Dinda.

"Aku tahu, ibu " kata Dinda " Tapi sekarang Dinda tidak tahu harus bagaimana ibu pasti ingin aku, menjauhinya bukan?"

"Kamu inginkan, ibu akan mendukung mu ibu hanya berharap kamu mengalami masa SMA dengan penuh kenangan." Ibu membelai rambut Dinda perlahan.

"Ibu memang yang terbaik" kata dinda sambil menghamburkan dirinya dalam pelukan ibu

Ibu tersenyum lembut, lalu menggeleng "ibu tidak ingin kamu mengalami kesedihan lagi tapi itu semua terserah padamu".

"Aku hanya ingin mengenal nya " kata Dinda kemudian .

"Kalau begitu, jadilah temannya kalau sampai saat itu dia tidak menyukaimu, lepaskan lah dia dengan begitu kamu akan memiliki sebuah cinta," Saran ibu.

"Tentu saja kamu akan patah hati, kalau kamu berani jatuh cinta kamu juga harus siap menanggung resiko nya. ibu hanya tidak mau kamu menyesal. lakukanlah apa yang kamu inginkan ibu akan mendukungmu"

" Ibu hanya berharap kamu mengalami masa SMA dengan penuh kenangan tidak seperti ibu " ibu membelai rambut Dinda perlahan.

"Ibu memang yang terbaik " kata Dinda .

ibu hanya tersenyum lembut.

Hari ini hari pertama masuk sekolah setelah liburan panjang, Dinda naik ke kelas 2 Selama ini ia hanya melihat Bara dari kejauhan.

Ia tidak pernah dekat dengan pria itu.Tetapi ia bertekad untuk mengenalnya dan hari ini mungkin saja kesempatan itu bisa datang padanya. Dinda berharap bisa sekelas dengan Bara.

Setiap tahun sekolah membuka 2 kelas untuk jurusan IPA 50 persen kemungkinan Dinda akan sekelas dengan Bara.

Setahun ini Dinda belajar mati-matian untuk bisa masuk IPA walaupun tidak menguasai ilmu pasti, ia berusaha semaksimal mungkin.Ia bahkan berani bertanya kepada guru kalau ada hal yang tidak ia mengerti walau setelahnya ia banyak di cibir. Sebelumnya Dinda adalah siswi yang pemalu tidak pernah berani bertanya.

Dinda menyadari,memang sedikit konyol ingin masuk kelas IPA hanya karena ingin sekelas dengan Bara.Tapi untuk pertama kali nya dalam hidupnya Dinda benar-benar berusaha keras apapun alasannya. Saat wali kelas memberitahunya bahwa ia berhak masuk jurusan IPA, Dinda merasa senang dan bahagia bukan kepalang. Tanpa sabar Dinda memandangi daftar nama yang dipajang di mading sekolah Dinda mencari nama nya terlebih dahulu dan mendapatkan nya didaftar untuk kelas 2 IPA 1.

Lalu jarinya naik, berharap mendapati namanya disana. Setelah melewati 10 orang di atas Bara lalu ia melihat didaftar kelas lain dan mencari daftar ternyata terdapat dikelas 2 IPA 2.

Langkah nya perlahan mendekati kelas yang akan dihuni nya selama satu tahun ke depan dalam hati.

Dinda merasa sedih ia tidak akan mempunyai kesempatan bertemu dengan Bara untuk satu tahun ke depan karena mereka ternyata beda kelas, setelah menaruh tas nya ia menyentuh tembok putih didepan kelasnya perlahan-lahan ia

Sambil menghitung dalam hati langkahnya terbukti di depan kelas 2 IPA 1 ia menarik napas panjang akibat jarak yang memisahkan dirinya dengan Bara.

Bulan berikutnya saat kegiatan ektraskurikuler Dinda melihat Bara bermain basket di lapangan sementara dirinya sedang memasak diruang tata boga sepulang kegiatan ekstrakulikuler Bara selalu pulang bersama Erika yang masuk club marching band. Dinda juga menyaksikan ketika Bara diangkat untuk menjadi ketua osis. Tentu saja karena ia memilih juga Bara untuk menjadi ketua osis disaat semua siswa diminta memasukkan pilihan nya ke kotak suara 2 hari sebelum nya.

Next chapter