1 Bab 1

Butuh waktu kurang lebih 40 menit bagi dinda untuk menempuh perjalanan dari

rumahnya, disebuah kota kecil untuk sampai ke sekolah, Dinda membuka kaca jendela bus memejamkan mata dan membiarkan udara pagi menerpa wajahnya.

Saat matanya perlahan membuka kembali, ia menarik napas mengisi tubuh nya dengan udara yang sama. Di sepanjang jalan, dedaunan menari-nari mengikuti arah angin seakan-akan mereka mengantarkannya ketempat tujuan.

Dinda berpikir, jika ia harus menghabiskan 40 menit waktunya hampir setiap pagi, melawati rute yang sama bukankah lebih baik jika ia menikmatinya?

Dinda sangat menyukai alam di pagi hari, saat mentari mulai muncul kepermukaan dan burung-burung berkicau di angkasa .

Saat bus yang ditumpangi ia berhenti disebuah halte, Dinda turun dengan senyuman karena tahu besok ia akan mengalami hal yang sama lagi.

Kini ia bersiap-siap menunggu bus lain yang akan mengantarnya ke sekolah perjalanan 10 menit berikutnya benar-benar berbeda dari sebelumnya.

Dedaunan berganti menjadi gedung-gedung pencakar langit yang mampu menahan terpaan angin.Tak berapa lama kemudian ia tiba di depan sekolahnya. Sebuah bangunan luas 3 lantai yang sudah berdiri berpuluh-puluh tahun.

Bukannya tidak ada sekolah di tempat dinda tinggal hanya mama ingin pendidikan yang terbaik untuknya. Walaupun, itu berarti perjalanan 40 menit menuju sekolah setiap hari .

Dinda tidak keberatan ia akan melakukan apa saja untuk mama. Sebagai orang tua tunggal mama sudah banyak berkorban untuknya yang membuatnya keberatan, justru para siswa yang ada disekolah itu. Mereka sudah mengenal satu sama lain sejak TK sampai SMA dan dinda sebagai orang asing yang saja masuk awal juli tahun sebelumnya tidak bisa langsung cocok dengan mereka.

Ditambah lagi rumah nya berjarak 30 km dari sekolah membuatnya mendapatkan predikat "Siswi Kampungan".

Dinda hanyalah murid biasa tapi hari ini nasib akan mempertemukan nya dengan orang yang luar biasa.

Semua bermula ketika Dinda duduk di bangku taman sekolah sambil membaca buku fisika yang berada di depannya. Rumus-rumus Newton dari buku tersebut memenuhi pikiran nya dan Dinda menghembus lemas.

Ia mendongak melihat dedaunan diatasnya, Lalu menutup matanya perlahan.

Beberapa hari yang lalu ia membaca di sebuah situs di internet bahwa Newton mendapatkan teori tentang gravitasi ketika sedang duduk di bawah pohon dan sebuah mangga menimpa kepalanya .

Dinda tersenyum tipis ia duduk di bawah pohon sekarang tetapi tidak ada satupun rumus dari buku tersebut yang dapat ia mengerti.

"Aku rasa aku tidak akan mendapatkan inspirasi dibawah pohon seperti Newton" ucapnya dalam hati sehelai daun jatuh mengenai dahinya.

Dinda membuka mata perlahan ia masih harus menghapal rumus-rumus dalam bab tersebut.

Jika ia mau mendapat nilai bagus saat ulangan fisika setelah istirahat ini. Artinya, ia harus menghapal semuanya dalam sisa waktu 5 menit.

"Ini benar-benar tidak mungkin ," desahnya lagi "kenapa Newton harus menciptakan rumus sebanyak ini?". Bel tanda masuk kelas berbunyi. Dinda bergegas bangkit dari bangku taman dan berlari menuju kelasnya.

Tiba-tiba tubuhnya menabrak seseorang membuat genggaman tangan nya terbuka dan buku fisika nya jatuh ke lantai.

"Maaf " Katanya perlahan lalu matanya bertatapan dengan sepasang mata cokelat terindah yang pernah ia lihat, setelah itu Ia hampir tidak bisa berkata-kata, jantungnya berdegup kencang napasnya tak beraturan

Si pemilik mata cokelat indah itu tersenyum lembut lalu membungkuk dan mengambil buku fisika yang terjatuh dilantai kemudian memberikannya kepada Dinda.

" Ini buku mu? " katanya ramah Dinda mengambil bukunya dari tangan di depannya. "Thanks" ,ucapnya.

Lalu pria itu tersenyum dan meninggalkan Dinda yang masih tertegun beberapa saat.

Dinda memandang punggung pria itu saat dia berlari dan menghilang di balik pintu. Kemudian pandangan nya jatuh pada buku ditangan nya dan ia bergegas menuju kelas.

Saat ulangan berlangsung, Dinda tidak bisa berkosentrasi pada soal-soal yang berada dipapan tulis. Pikirannya melayang pada pertemuannya dengan si pria bermata cokelat ditaman tadi. Ia ingin tahu siapa pria tersebut.

Dalam perjalanan pulang Dinda senyum kecil menghiasi wajah gadis belia itu, ia tahu hari ini adalah hari yang paling berkesan disekolah.

Hari ini untuk pertama kalinya ia bertemu seseorang yang ia sukai di sana.

Sesampainya di rumah seperti biasa ia mengangkat jemuran, menyetrika, kemudian membersihkan ruang tamu setelah itu ia mengambil tas sekolah dan mengerjakan pekerjaan rumahnya. Ketika jam dinding menunjukan pukul 05:00 sore, ia merapikan tasnya dan beranjak ke dapur untuk memasak dan menghangatkan makanan untuk nanti makan malam bersama ibu

Lalu ia membawa handuk untuk mandi. seperti yang biasa ia lakukan di kamar mandi Dinda bersenandung perlahan. Sekeluarnya dari kamar mandi pintu depan terbuka, seorang wanita paruh baya dengan rambut cokelat memasuki ruangan .

" Ibu baru pulang?" tanya Dinda tersenyum ibu pun ikut tersenyum

" Kau terlihat gembira hari ini ada sesuatu yang menyenangkan di sekolah tadi? "

Sambil mengambil tas ibu untuk diletakkan dimeja Dinda tersenyum lagi. "Aku bertemu seseorang hari ini."

Ibu menatap anak perempuan nya dengan kening berkerut "Pria ,ya?" tanyanya.

Ibu memegang tangan Dinda "Apakah sudah saatnya ibu menjelaskan tentang bahaya hubungan antara laki-laki dan perempuan kalau kamu tidak berhati-hati?"

Dinda memegang tangan ibu sambil tertawa lebar.

" Ibu tidak perlu berpikiran sejauh itu, dia bahkan belum mengenal ku."

"Tapi kamu ingin mengenalnya,bukan?" Tanya ibu.

Dinda mengangguk polos. Ibu menatap putrinya dan menarik napas panjang dalam hati ia selalu merasa Dinda masih kecil dan perlu bimbingannya.

Tapi kini dinda mengatakan ia menyukai seseorang. Tentu ibu sedikit risau dan menatap Dinda putrinya menyakinkan diri bahwa putrinya itu sudah dewasa.

"Berjanji lah pada ibu, kalau ingin mulai pacaran kamu harus memberitahu ibu." Kata ibu mengingatkan.".

Dinda mengangguk "Aku berjanji akan memberitahu ibu."

"Dan saat itu ibu akan memberitahu mu tentang bagaimana berpacaran yang sehat ," Ujar ibu.

"Ibu percaya padamu " balas ibu " Tapi ibu tidak percaya begitu saja pada cowok yang akan menjadi pacarmu."

Dinda dan ibu ke ruang makan "Ibu tidak perlu khawatir aku bahkan belum tau namanya ." Dinda menarik kursi dan menyuruh ibu duduk "Ibu pasti capek jadi sekarang lebih baik ibu makan dulu"

Ibu melihat makanan sudah tersaji dimeja makan dan tersenyum selama makan malam berlangsung ibu memandangi Dinda dan berkata dalam hati betapa beruntungnya ia memiliki putri seperti Dinda Ibu mengangguk "Masakan

mu enak sayang". Dinda membalas pujian ibu dengan senyum hangat

setelah makan ibu menuju kamar mandi dan Dinda mencuci piring dan itu terjadi setiap hari nya. Dinda tidak keberatan dengan semua tugas rumah yang harus dia kerjakan ia mencintai ibu dan ia akan melakukan apa saja untuk membuat ibu bahagia.

Sementara itu, dikamar tidur sebelah ibu membuka sebuah kotak di laci meja nya. Air mata mengalir membasahi pipi nya. Ia mengambil sebuah kartu yang di beli nya siang tadi.

Tak berapa lama kemudian ibu mengambil pena, dan menulis sesuatu. setelah selesai, ia memasukan kartu tersebut ke dalam kotak dan menutup kotak itu kembali. Dikamar berbeda, Dinda tersenyum. Sebelum tidur ia bertekad untuk mengetahui siapa nama pria yang ditemuinya siang tadi. Mata nya nya perlahan menutup dengan seulas senyum di bibirnya.

avataravatar
Next chapter