webnovel

Ch. 10 Raja Iblis dan Awakening Teknik Racun

Kota Samareand yang berada di kawasan tropis hanya mengenal dua musim, yaitu musim hujan dan musim panas. Walau demikian, intensitas turun hujan sangat tinggi. Hampir di sepanjang tahun hujan akan turun, bahkan di musim panas sekalipun.

Secara geografis hutan di Pulau Lama sangat lembab. Kelembaban ini terjaga dengan sangat baik. Tidak ada aktivitas penambangan dan penebangan pohon liar. Semua dijaga ketat oleh Negara yang tugasnya didelegasikan secara khusus oleh Presiden kepada para Jagawana. Kehidupan masyarakat sudah dianggap sejahtera dengan penemuan sumber daya lain yang tidak mengganggu lingkungan. Dapat dikatakan sangat percuma menambang jika tidak ada yang membeli.

Untuk pangan, masyarakat lebih banyak memakan daging ternak. Selain didampingi dengan suplemen energi yang kaya serat. Sehingga ratusan juta hektar lahan hutan tidak digunakan untuk pertanian. Murni untuk menjaga iklim.

Kawasan tempat tinggal penduduk diatur sedemikian rupa oleh negara dengan konsep Hijau Bersih Sehat. Seluruh bangunan yang ditinggali penduduk di Kota Samareand ditanami berbagai jenis tanaman. Pelanggaran peraturan akan mendapatkan sanksi yang cukup berat, pengambil alihan rumah. Proses pembangunan melalui proses yang cukup rumit karena harus melalui analisis mengenai dampak lingkungan yang dilakukan secara komprehensif. Jika mengganggu ekosistem, pembangunan akan ditolak.

Warga dilarang menggunakan batu untuk bahan bangunan. Semua harus dari kayu. Kecuali gedung-gedung bertingkat di pusat kota yang telah melalui perencanaan yang sangat matang sehingga tidak mengganggu kehidupan. Hal ini telah dilakukan selama 1000 tahun, sejak Kaki Tangan Tuhan menyelamatkan dunia dari kiamat.

Kediaman Keluarga Moftuha

Jeon duduk melamun di meja makan sambil memandang ke arah jendela. Menyandarkan pipinya dengan tangan kanan. Soto daging rusa yang didampingi irisan ketupat sudah dingin. Saat ini Jeon masih khawatir dengan kondisi Aswa. Walau baru pertama kali berteman dengan Aswa, Jeon sudah lama mengenal Aswa sebagai tetangganya. Baginya sudah ada ikatan pertemanan yang terjalin dengan Aswa yang akan sulit untuk diputuskan. Jeon jelas pribadi yang sangat menghargai pertemanan.

 "Pamali melamun di meja makan!!!" Ibu Jeon berteriak di dekat telinganya.

Plukk.. byurr..

Tangan jeon tidak dapat menopang pipinya karena kaget. Tanpa penopang, dahinya dengan bebas membentur tepi mangkok berisi soto. Kuah soto tumpah ke rambutnya yang kemudian merembes ke wajahnya.

Ibu Jeon berubah menjadi monster! "Jeooonnn... Kamu kan sudah besar... cepat mandi sana!"

"Yah, ibu kenapa juga mengagetkan saya?!" Jeon ikut marah kepada ibunya.

"Cepat mandi sana!" Ibu Jeon menunjuk ke arah kamar mandi.

Jeon melayang di udara dengan wajah kerucut ke arah ibunya. Adegan berikutnya kepala Jeon membentur tepi pintu ruang makan. Tidak berapa lama suara benturan pintu kamar mandi dengan kepala Jeon kembali terdengar. "Gadis iniiii..." Wajah ibu Jeon tambah merah padam marah dengan kelakuan anak semata wayangnya.

Markas Bawah Tanah Sekte Kelopak Anggrek Putih

Pukul 14.04

Ansep kaget saat membuka kain kuning dan melihat tubuh Aswa yang sudah tidak ada luka bakar.  Matanya pun sudah tertutup rapi dengan kepala plontos dan wajah seperti remaja yang sedang tertidur. Tidur pulas tanpa mengenakan pakaian.

"Benar-benar kain yang sangat hebat." Ansep tanpa menyadari memuji item yang dimiliki Aswa ini. Membelainya dengan tangan, seperti orang yang ingin membeli. Mengusapnya di pipi seakan ini akan menjadi pertemuan terakhirnya.

"Oh, dia bangun!" Tetua Gusti Amr berseru.

Aswa bangun dari kematiannya!

"Zombie...?" Mata Ansep melotot kaget!

"Bukan! Dia benar-benar hidup kembali!" Tetua kembali berseru.

"Tidak... sebenarnya dia tidak mati." Sambil memandang Aswa, Tetua menyampaikan satu kemungkinan.

"Tapi... Aku sudah memastikan kematiannya dari pemeriksaan terhadap seluruh organ." Ansep terkejut dengan kejadian ini.

"Ada apa ini?" Tetua berpikir sambil memejamkan mata. Selama 200 tahun pengalaman di bumi, ia belum pernah melihat manusia hidup dengan sendirinya.

"Aswa jelas sudah mati!" Logika Ansep berkecamuk dengan realita.

"Kemampuan apa yang ia miliki?" Tetua Amr mencoba mempersepsi apa yang telah ia saksikan. Sambil memejamkan mata ia mulai berpikir.

Mata Tetua Amr tiba-tiba terbuka, menunjukkan mimik terkejut.

"Bakat Iblis! Bukan, ini Raja Iblis!"

Bisa bangkit dari kematian adalah kemampuan yang belum pernah ditemui oleh Ansep dan Tetua Gusti Amr. Namun informasi dari tetua terdahulu yang dimiliki Tetua Gusti Amr membantunya membuat kesimpulan.

"Hanya mereka yang kelak menjadi Raja Iblis yang tidak akan mati sampai cita-citanya tercapai. Tuhan sekalipun akan membiarkannya melakukan apa yang mereka suka!!!" Kata-kata ini muncul dalam benak Tetua Gusti Amr. Mimik terkejut yang tergores di wajahnya mulai memudar. Berubah menjadi senyum takjub.

"Bagaimana bisa ini terjadi?!" Ansep yang mengetahui detil kronologi kematian Aswa bahkan sangat terkejut!

Seperti binatang, Aswa memandang ke arah Diatmar. Bertumpu pada dua telapak tangan dan kedua lututnya.

Uhuk...!!!

Aswa membatukkan darah... mengalir tipis  di bibir bawahnya. Dalam posisi merangkak ia bergerak ke arah Diatmar.

Masalah demi masalah yang ia hadapi pada hari pertama masuk sekolah terlalu abnormal. Walaupun memiliki bakat divine, Aswa tetap memiliki banyak kelemahan. Terlebih saat alam berpikirnya digunakan secara ekstra.

Pertama, menggunakan kemampuan [Domain 2] yang baru sekali ia uji coba. Kemampuan ini memungkinkannya berpacu dengan waktu untuk melakukan aktivitas secepat mungkin. Banyak detil dalam dirinya yang harus diinstruksikan secara cermat. Satu kemampuan ini saja membuatnya sudah hampir pingsan.

Kedua, menggunakan [Domain 3] yaitu teknik Racun Jiwa yang diajarkan Muhayman. Memungkinkan kekuatan dalam ranah jiwa seseorang yang bersifat racun ditembakkan ke dalam jiwa orang lain. Mengakibatkan jiwa korban mengalami keracunan mental, ketakutan yang berlebih atau bisa pula mengalami patah semangat yang ekstrim. Pada tahap kronis, korban akan melakukan percobaan bunuh diri untuk menghilangkan siksaan!

Teknik Racun Jiwa adalah elemen tingkat tinggi yang merupakan Awakening dari teknik racun fisik! Hanya master bela diri elemen racun yang dapat mengembangkannya. Bahkan seorang master bela diri menghabiskan bertahun-tahun hidupnya untuk melakukan Awakening suatu teknik melalui berbagai percobaan.

Namun dalam pengamatan Ansep, selama Diatmar bertemu dengan Aswa tidak sekalipun Aswa menembakkan sesuatu ke arah Diatmar. Jangankan racun, satu pukulan balasanpun tidak ada dilepaskan Aswa. Cara Aswa menembakkan racun kepada Diatmar menambah panjang deretan misteri Aswa dalam benak Ansep. Mulai dari kepemilikan kain kuning langka, Rantai Babi, hingga bangkit dari kematian.

"Aswa...! Bisakah kau mendengar aku?" Ansep mencoba berkomunikasi dengan Aswa.

Sambil terus merangkak perlahan, Aswa memalingkan wajah ke arah Ansep. Hanya sekejap, Aswa kembali menatap Diatmar. Gerakannya sangat pelan menuju Diatmar, membuat Tetua Gusti Amr sedikit kebingungan. "Ada apa dengan anak ini?"

Ketika itu mata Diatmar melotot ketakutan, menendang dengan lemah ke arah Aswa yang masih berada di luar jangkauannya. Tangan Diatmar melambai-lambai. "Tidak... kumohoh... jangan mendekat!" Diatmar memberi kode kepada Aswa untuk tidak mendekat.

Ansep menyentuh pundak dan punggung Aswa, mencoba memberikan ketenangan. "Aswa... kumohon hentikan. Apa yang ingin kau lakukan sebenarnya?" Seketika Ansep memberikan pelukan pada tubuh bugil Aswa. Sebuah pelukan dari seorang tua. Ansep ingin berempati, tapi ia jelas tidak tau apa isi otak Aswa saat ini. Ia bahkan baru mengenalnya.

Aswa menepuk tangan Ansep yang berada di pundak kirinya. Pelukan Ansep mengendur. Ansep tiba-tiba merasakan bahwa apa yang akan dilakukan Aswa adalah yang terbaik. Ia hanya perlu memberikan kepercayaan pada Aswa.

Melihat adegan itu, Tetua Gusti Amr mengumbar senyum sambil memejamkan mata. "Unik... hmm... unik... anak ini jelas unik..." Kata-kata Tetua Amr disetujui Ansep. Mereka hanya perlu menjadi pengamat.

Aswa semakin dekat...

Dekat dengan Diatmar...

Diatmar mengalami ketakutan yang hebat. Tubuhnya bergetar! Semakin bergetar saat Aswa memegang kakinya yang besar!

Dengan tinggi hampir 190 cm, Aswa terlihat sangat mungil saat menimpa tubuh Diatmar. Kedua tangan Diatmar menutup wajahnya sendiri. Pasrah dengan apa yang akan terjadi.

Aswa telah berhasil duduk di atas dada Diatmar. Tangan Aswa mengepal ke samping, mengambil posisi untuk memukul. Tetua Amr dan Ansep tidak mengedipkan mata melihat adegan ini!

Bam!!!

Satu pukulan Aswa menghajar kepala Diatmar yang tidak tertutup tangan. Naas, kepala Diatmar tidak bergeming karena tidak banyak energi yang bisa Aswa kerahkan. Namun, tiba-tiba kedua tangan Diatmar terkulai ke samping tubuhnya. Wajah Diatmar sekarang tanpa penjagaan.

Diatmar sudah tidak sadarkan diri!

Bam!! Bam!!! Bam!!!

Aswa tidak melepaskan kesempatan untuk melakukan pukulan berikutnya. Hanya saja, seberapapun Aswa memberikan pukulan, tidak ada bekas pukulan di wajah Diatmar. Kulitnya benar-benar pantas disebut sebagai keturunan Dewa.

Dengan seksama Ansep dan Tetua Amr mengamati munculnya riak-riak berwarna ungu hasil pukulan Aswa. Walau tidak kuat, pukulan ini membuat tubuh Diatmar turut mengeluarkan aura berwarna ungu. Sesaat kemudian aura ini masuk ke tubuh Aswa.

"Anak ini sedang menyerap Racun Jiwa di tubuh Diatmar!" Tetua berseru setelah menyimpulkan apa yang sedang terjadi.

Ansep mengambil posisi di samping Aswa, mencoba menyuntikan energi spiritual ke tubuh Aswa. Mendapat bantuan dari Ansep, pukulan Aswa semakin menjadi. Namun lagi-lagi tidak ada bekas pukulan di wajah Diatmar sekuat apapun Aswa memukul.

"Aku menjadi lebih... lebih tertarik padamu, Aswa! Hahaha..." Melihat apa yang dilakukan Aswa, Ansep menjadi keranjingan! Lagi-lagi Aswa memberikan kejutan pada Ansep.

"Aku mengakui, anak ini tidak boleh diremehkan... Seharusnya aku yang mengujinya, bukan Diatmar!" Dalam kekaguman, Ansep tidak bisa berbohong bahwa ia juga ikut meremehkan Aswa.

Semakin banyak dan kuat Aswa mengeluarkan pukulan, semakin besar riak yang ditimbulkan, semakin banyak aura ungu yang keluar dari tubuh Diatmar dan merasuk ke tubuh Aswa.

Bam!! Bam!!! Bam!!!

Pukulan demi pukulan dilakukan Aswa. Aura berwarna ungu sudah mulai tidak sebanyak sebelumnya. Hingga akhirnya tiada aura lagi yang dikeluarkan dari pukulan Aswa.

Melihat tidak ada aura ungu yang dihasilkan lagi, Aswa berhenti memukul dan terduduk lelah di samping Diatmar. Dari posisi Ansep, benda pribadi Aswa terlihat dengan jelas. Aswa tidak menghiraukan hal tersebut. Sensasi puas menjalari jiwa Aswa.

"Aku masih tidak mengerti bagaimana teknik ini diaplikasikan... Bisakah Tetua menjelaskan?" Ansep mendekati Aswa, memberikannya selimut sambil memandang Tetua Amr.

"Anak ini benar-benar cerdas. Ia tau bahwa ia tidak bisa menembakkan elemen racun jiwa dalam Domain Pikirannya. Mencampur elemen racun jiwa ke dalam energi spiritual. Energi spiritual tersedot ke dalam tubuh Diatmar saat mereka kontak fisik. Itu kemungkinan yang paling besar. Akan tetapi yang tidak bisa aku pahami adalah bagaimana proses Energi Spiritual seseorang masuk ke tubuh orang lain? Belum lagi bagaimana bisa seorang bocah memiliki elemen Racun Jiwa dalam Domain Pikirannya?" Tetua Gusti Amr berulang kali memandang takjub ke arah Aswa.

Jawaban Tetua Gusti Amr sedikit memberikan penerangan di pikiran Ansep. Tidak ada pertanyaan lagi yang ingin ditanyakannya saat ini karena ia mencoba menelaah sedikit informasi yang ia miliki itu.

Seketika tiada kata-kata yang disampaikan di antara keduanya...

Penjelasan yang disampaikan oleh Tetua Amr memang benar. Menyangkut hal yang belum diketahui Tetua Amr, sebenarnya proses Energi Spiritual seseorang masuk ke tubuh orang lain dapat dijelaskan layaknya proses plasmolisis, deplasmolisis dan osmosis dalam kajian biologi. Pukulan Diatmar yang menggunakan tekad api menghancurkan sebagian lapisan alam pikiran Aswa yang saat itu menggunakan [Domain 3]. Tekad api milik Diatmar merupakan energi yang dihasilkan dari alam pikiran atau jiwanya. Lapisan alam pikiran [Domain 3] Aswa yang bocor bersentuhan langsung dengan alam jiwa Diatmar. Perbedaan konsentrasi jiwa antara Aswa dan Diatmar menyebabkan energi jiwa mengalir dari jiwa Diatmar yang memilliki konsentrasi jiwa lebih tinggi ke konsentrasi jiwa rendah [Domain 3] milik Aswa dan bercampur dengan Racun Jiwa. Setelah konsentrasi jiwa mereka sama, Aswa menyuntikan energi jiwa dari [Domain 1] yang sangat padat karena belum pernah ia gunakan. Konsentrasi jiwa yang tinggi milik Aswa mengalir ke alam jiwa Diatmar bersama dengan Racun Jiwa dan berhenti setelah konsentrasinya sama. Agar lapisan alam jiwa Aswa yang hancur dapat diperbaiki, Aswa menyuntikan energy [Domain 5] yang masih memiliki konsentrasi tinggi hingga menyebabkan konsentrasi energi [Domain 3] kembali normal dan membentuk lapisan yang baru.

Proses ini membutuhkan perhitungan waktu yang cermat, pengetahuan yang cukup dan kepemilikan ranah jiwa yang kompleks. Tetua Amr tentu saja tidak tau bahwa Aswa memiliki 9 Alam Jiwa sehingga ia tidak akan berpikir ke arah itu.

Aswa harus membayar mahal untuk melakukan teknik ini. Energinya benar-benar telah menurun drastis. Ia sangat butuh asupan nutrisi.

"Bisa saya memesan segelas susu?" permintaan Aswa ini memecahkankan keheningan.

"Oh, Aswa... tentu saja." Ansep bergegas keluar bilik.

Aswa memandang Tetua Gusti Amr dengan senyum di wajahnya. Tetua Gusti Amr membalas senyuman dengan senyuman sambil menganggukan kepala. Banyak hal yang ingin ditanyakan Tetua kepada Aswa sebenarnya. Hanya saja hal itu ia anggap kurang pantas.

"Dengan segala kerendahan hati saya memohon maaf atas perilaku anggota kami yang di luar batas." Tetua menundukkan kepalanya kepada Aswa.

"Tetua tidak perlu minta maaf. Pada kasus ini jelas saya yang menggali kuburan saya sendiri. Semua ini adalah resiko yang harus saya ambil." Aswa dengan santai berbincang dengan Tetua Gusti Amr. Ia menyadari cepat atau lambat ia pasti akan menemui tokoh iblis nomor satu di Pulau Lawas bagian timur ini.

"Terkait Racun Jiwa... itu adalah kemampuan Ayah saya. Beliaulah yang telah menanamkannya di domain pikiran saya. Hanya untuk berjaga-jaga. Untuk hal-hal yang lain saya belum bisa menceritakan. Saya harap Tetua mau memaafkan saya dan menjaga semua ini menjadi rahasia kita." Dengan penuh harap Aswa membuat klarifikasi sekaligus permohonan kepada Tetua Gusti Amr.

Belum sempat Tetua Amr menjawab permohonan Aswa, seorang remaja berusia sekitar 14 tahun masuk ke dalam bilik dengan kecepatan tinggi. Kemudian tersungkur tepat di hadapan Tetua.

Remaja ini memiliki rambut kriting berwarna kuning kecoklatan. Bentuk wajahnya lonjong dengan kulit putih bersih. Wajahnya sangat rupawan dengan hidung yang mancung. Di banding Aswa, remaja ini lebih pendek sekitar 7 cm.

Saat itu ia hanya mengenakan celana kain panjang berwarna biru. Di Antarnusasia celana berwarna biru diperuntukkan kepada siswa Sekolah menengah pertama.

Sebuah palu di tangan kiri dan sebuah tombak di tangan kanan yang ia bawa nampak lebih besar dari tubuhnya. Kepala palu itu seperti sebuah wadah air berdiameter 80 cm. Sedangkan tombak memiliki panjang lebih dari 2,5 meter dengan ujung runcing berjumlah 3 buah.

"Tetua mesum! Aku menantangmu bertarung lagi!" si remaja nampak kesulitan mengangkat dua senjata besar sekaligus.

Walau demikian, dengan sekuat tenaga remaja ini berhasil mengayunkan tombak ke arah dada kiri Tetua Amr.

*Hiiiaaaattt….!*

***

Next chapter