5 Bayangan Masa Lalu

"Kalian tahu, seperti apa rasanya ketika sedang jatuh cinta?"

Apa itu seperti mendengarkan musik yang nada iramanya akan terngiang-ngiang sepanjang hari?

Atau itu seperti kebutaan semata yang tidak dapat dilihat tapi bisa untuk dirasakan?

Atau sesungguhnya jatuh cinta itu seperti ulat yang kemudian bermetamorfosis menjadi kupu-kupu, yang terbang ke atas langit tapi tidak bisa tergapai?

Tetapi ketahuilah bahwa jatuh cinta itu akan membuat detak jantung kalian berirama tidak beraturan. Bahkan, jatuh cinta akan membuat kalian jatuh dengan apa yang di namakan patah hati.

jadi, sudah siapkah untuk kalian merasa jatuh karena cinta?

karena ketika kalian sudah merasa jatuh cinta, maka akan ada rasa sakit yang ikut turut menemani

terkadang, rasa sakit itu akan menjadi rasa yang paling menyedihkan dalam hidupmu.

sudah pernahkah kalian merasakan sakit karena jatuh hati pada seseorang?

atau sama sekali tidak pernah merasakannya?

selamat! Di sinilah dia, jatuh pada perasaannya terhadap sahabatnya sendiri.

semoga, ada akhir bahagia untuknya.

"Aku tidak mengerti tentang apa yang sedang direncanakan oleh semesta. Aku bimbang dengan masa depanku sendiri. Adakah akhir bahagia yang akan bisa aku dapatkan nanti? Aku takut jika hidupku harus sesedih ini. Aku tidak bisa membayangkan jika harus hidup tanpamu, kekasihku. Aku mohon ... berikan aku jalan untuk bisa menggapaimu. Bahkan jika sama sekali tidak ada jalan untuk aku bisa menggapaimu, setidaknya berikan aku jalan untuk terbebas dari rasa sakit ini. Jujur, aku tidak kuat menahan rasa perihnya seorang diri. Jujur, aku tidak sanggup berada dalam situasi seperti ini secara terus menerus. Dan ini adalah lembar kesekian dari catatan harianku. Di sini pun, masih tertulis bahwa aku masih mencintai sahabatku sendiri, Di sini pun masih tertulis bahwa aku belum bisa melupakannya. Di sini pun masih tertulis bahwa aku masih setia menangis sepanjang malam karena kebodohanku. Entah sampai kapan aku harus meneteskan air mata ketika menulis di catatan harian ini. Entah sampai kapan aku harus merasakan sesak yang begitu mendalam. Entah sampai kapan aku berharap padanya. Bukankah itu sama saja dengan aku membangun patah hatiku sendiri? lantas, mengapa aku masih saja menunggu cintanya."

"Teruntukmu, D. Hai apa kabar? semoga kau selalu bahagia, ya. Aku di sini selalu menantimu. Apa kau tahu itu? aku rasa kau tidak tahu. Ya, aku memang bodoh karena tidak memberitahumu bahwa aku jatuh cinta padamu. Tapi jujur saja, aku tidak punya keberanian untuk itu. Aku terlalu takut jika nantinya akan mendapat penolakan darimu. Jadi, apa yang harus aku lakukan? menunggu atau beralih dengan yang lain. Jika aku memilih untuk membuang perasaan ini, itu sama saja aku menyerah, bukan? tapi apa aku harus menjadi perempuan jahat yang harus merebut kekasih seseorang? apa aku sanggup melakukan semua itu? jika seandainya aku berhasil pun, apa kau mau hidup bersamaku? Dylan ... kenapa kau harus hadir dalam kehidupanku. Jika aku tahu bahwa kehadiranmu hanya membuatku terluka, aku tidak ingin bertemu denganmu. Jika aku bisa memilih, aku tidak ingin mengenalmu. Karena aku tidak siap dengan yang namanya patah hati karena jatuh cinta padamu."

"Apakah kau mencintaiku?" Aku menunggu jawabannya.

"Tentu saja aku mencintaimu. Bukankah kita berteman?"

Hanya sebatas teman. Tidak lebih.

"Ya, tentu saja kau mencintaiku. Karena kita berteman. Karena teman, juga saling mencintai satu sama lain."

Tapi apa kau tahu, aku menginginkannya lebih dari sekadar teman. Aku ingin kau menjadi kekasihku. Aku ingin memilikimu dengan utuh. Apa kau tahu itu?!

•••

Hal pertama yang aku lakukan setelah keluar dari kelas mengajar pertama adalah meminta Dylan mengantarku ke restaurant cepat saja terdekat. Di mana restaurant itu sudah menjadi langgananku setiap harinya, dan kabar yang aku dengar bahwa restaurant tersebut sedang mengadakan diskon 50% untuk pengunjung yang membawa pasangan masing-masing. Bukankah itu kabar yang bagus untukku? aku bisa mengakui Dylan sebagai kekasihku.

Dylan menghela napas panjang. "Aku adalah orang paling aneh, paling bodoh, paling tolol, paling buruk yang menjadi sahabatmu." Dylan mengeluarkan sumpah serampah untuk dirinya sendiri. Dia memberi jeda. "Seharusnya aku tidak memintamu untuk membuat permintaan atas permohonan maafku. Aku sangat menyesal. Sungguh."

Hari ini, sahabatku Dylan mengenakan kemeja lengan panjang hitam berkancing dibalut dengan rajutan rompi, dan celana joger hitam dengan sepatu slip on senada. Ditambah dengan kacamata Aviator pemberianku dia semakin tampan. Dan jangan lupakan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan tapi terlihat cocok dengannya. ugh! Benar-benar tampan. Ang pogi naman! Dylan,aku sangat ingin menjadi milikmu. Bisakah kita berciuman?!

"Apakah kau tidak bisa membatalkan--maksudku mengubah permintaanmu itu, Hannah?" Dia berkata dengan nada memohon. Raut wajahnya seperti meminta belas kasih.

Beberapa hari yang lalu Dylan membuat kesalahan dengan mengajak Anabelle--pacarnya untuk ikut makan siang bersama kami. Apakah dia tidak tahu bahwa aku tidak suka dengan kehadiran Anabelle? Teman-teman yang melihat kami akan beranggapan bahwa Aku seperti hama pengganggu yang berusaha mengacaukan kencan mereka. Sebut saja seperti calon perusak hubungan orang lain. Tentu saja aku tidak mau mendapatkan label buruk seperti itu. Karena aku adalah perempuan baik-baik.

Dan ya, Dylan memintaku untuk membuat satu permintaan sebagai hadiah atas kesalahannya. Karena dia tahu aku sedang marah padanya dengan tidak membalas pesan atau telepon darinya selepas acara makan siang kami waktu itu berakhir.

Tentu saja aku memanfaatkan kesempatan ini dengan meminta Dylan mengantarku--lebih tepatnya makan siang bersama di resraurant kesukaanku. Restaurant yang menyediakan masakan dan jajanan pasar khas Filipina. Diantaranya ada Kwek-kwek, Bulalo, Halo-halo, kare-kare, puso, balut, dan makanan yang lainnya.

Aku memang penggemar berat restaurant tersebut. Sama seperti Dylan yang juga menyukai menu makanan di restaurant kesukaanku. Ya, katakan saja bahwabaku dan Dylan mempunyai selera masakan yang sama. Menu khas makanan yang ada di sini adalah hidangan makanan kesukaan kami berdua. Sangat cocok, bukan?

Aku tertawa puas melihat tingkah Dylan yang merengek seperti anak kecil. "Oh, Dylan. Hari ini kau bernasib buruk. Aku tidak akan mengubah permintaanku. Kau sendiri yang menyuruhku untuk membuat satu keinginan, bukan?" Kataku dengan menyeringai ketika kami masuk ke mobil. "Semoga Dewi Fortuna berpihak padamu." Aku mengangkat alis sebagai bentuk ejekan. Rasanya sangat puas melihat Dylan merengek seperti bayi yang meminta asupan susu.

"Aku harap keberuntungan masih berpihak padaku." Dylan berkata ketika sudah menjalankan mobil mewah miliknya.

"Kau masih menyukai Babu-mu? Kapan akan berkata jujur padanya?" Katanya ketika kami sudah setengah jalan.

Aku melirik Dylan yang duduk di tempat mengemudi. "Tentu saja." Memberikan jarak selama beberapa detik. "Aku Tidak tahu. Aku terlalu takut untuk mengatakannya. Takut bahwa dia tidak akan mencintaiku."

"Sampai kapan kau akan membohongi perasaamu? Melukai hati kecilmu itu, Hannah. Kau harus segera memberitahukan rasa sukamu terhadapnya. Atau..." Dia sedikit memberi jeda. "Kau akan melihat dia bersama perempuan lain. Kau akan melihat dia bahagia dengan perempuan pilihannya. Apa kau sanggup melihat itu semua di depan matamu?"

Aku menatap bayanganku di kaca spion. Memperlihatkan betapa mengenaskannya nasib seorang Hannah Dela Rosa. Apa yang dikatakan Dylan memang sudah menjadi kenyataan. Aku tidak berani untuk berkata yang sebenarnya. Aku terlalu bodoh harus menyimpan perasaan ini sendirian sampai akhirnya aku harus melihat seseorang yang aku taksir terikat hubungan dengan perempuan lain. Dia sudah bahagia dengan perempuan pilihannya sendiri.

Aku pikir perasaanku terhadap Babuku akan menghilang ketika tahu dia sudah bersama yang lain. Tapi kenyataannya tidak sama sekali. Aku masih mengharapkannya agar dia bisa jatuh dalam pelukanku. Aku sudah berusaha melakukan berbagai cara dengan googling, "Bagaimana cara menghilangkan perasaan suka terhadap sahabat sendiri" atau "Bagaimana agar tidak jatuh cinta dengan sahabat" Tapi tidak ada yang berhasil. Semua itu hanyalah tipuan belaka. Aku tidak sanggup melupakannya.

Hannah Dela Rosa, kenapa kau membuat kesalahan terbesar dengan jatuh cinta terhadap sahabatmu, Dylan Sebastian Bruce. Apa kau tidak bisa jatuh cinta pada orang lain saja?

[]

Ternyata Mimpi buruk itu lagi. Sial!

Aku menghembuskan napas panjang, beranjak duduk dan menyibakkan selimut. Aku memijit-mijit kepalaku yang terasa pusing karena mimpiku barusan. Kenapa ... aku tidak pernah bisa melupakan kejadian itu. Aku sangat tersiksa, sungguh. Setiap kali bermimpi tentangnya, hatiku terluka.

Seharusnya sejak saat itu, aku melupakannya. Menjauh darinya. Bahkan, sebaiknya aku sudah tidak mengingat lagi siapa dia setelah menjadikanku objek percobaan untuk menyatakan perasaannya. Sebelum benar-benar menyatakannya pada perempuan yang dia suka.

Tapi, semua itu tidak bisa aku lakukan. Setiap hari aku masih saja bertemu denganya, tersenyum padanya, tanpa dia tahu bahwa hatiku tersiksa melihatnya.

Apakah aku harus mengakui perasaanku sendiri padanya agar aku terbebas dari rasa sakit hati ini? Atau biarkan saja seperti ini. Aku takut, mengaku pun keadannya tidak akan berubah. Sama sekali.

Aku menatap meja nakas di samping tempat tidurku, dan tanpa sengaja melihat sebuah bingkai foto yang terpampang antara aku dan sahabatku, Dylan. Tanpa permisi, ragaku kembali pada saat itu. Pada saat sebuah pertandingan basket antar sekolah baru saja di mulai.

"Permisi, permisi, maaf ..." aku berusaha berjalan melewati segerombolan penonton yang sudah sangat berantusias dengan pertandingan kali ini. Dalam suasana seperti ini, mereka terlihat ganas untuk membela team-nya masing-masing. Karena dari kubu penggemar, mengharapkan jagoan mereka yang menjadi pemenang.

Sepersekian detik kemudian, aku melihat Dylan sedang diberi pengarahan oleh pelatih sebelum memulai bertanding. Dan pada detik yang bersamaan, arah mata kami saling bertemu dan dia memberikan senyuman itu. Senyuman yang membuat siapa saja yang melihatnya tidak bisa berpikir apa-apa. Senyuman yang meneduhkan untukku.

Pertandingan pun di mulai.

Saat memasuki setengah pertandingan, Team Dylan mengalami ketertinggalan yang sangat jauh. 50-20. Pada saat itu, aku segera melancarkan rencanaku. Memberikan amunisi terbesarku agar api semangat Dylan bisa membara.

Aku membuka karton berukuran besar yang sudah aku bawa dan dipersiapkan sejak jauh-jauh hari. Di karton itu bertuliskan, "Dylan sayangku, cintaku, semangat! kaya mo yan! (You can do it!)

Sambil memegang karton tersebut, aku kembali menselancarkan rencana ... konyol? Entahlah. Tapi, menurutku ini akan berhasil.

"Kaya mo yan! Kaya mo yan! Kaya mo yan! kataku dengan berirama. Sebuah mantra yang aku buat khusus untuk memberi semangat pada sahabat terbaikku.

Dan ya, pada awalnya tidak ada yang mengikuti kalimat serta gerakanku. Namun, lambat laun semua penonton yang berdiri di belakangku mulai mengikutiku. Memberi asupan semangat yang sama untuk sekolah kami agar bisa memenangkan pertandingan kali ini.

Membuat team dukungan kami (Dylan dan teman-temannya) memenangkan pertandingan ini dengan nilai yang sangat tipis. 70-71. Sangat-sangat tipis. Tapi untunglah, kelompok team kami yang keluar menjadi pemenangnya.

"Terima kasih atas semangatnya. Kau luar biasa," katanya padaku ketika kami sudah keluar dari tempat pertandingan dan sudah berdiri di belakang mobilnya.

"Welcome po. aku akan selalu memberikan semangat yang luar biasa untukmu."

Dylan membuka bagasi mobilnya, mengambil tas olahraganya dari tanganku, memasukan ke dalam bagasi. Kemudian, dia tas tersebut untuk mengambil baju ganti.

Tanpa aba-aba, Dylan melepas baju basketnya tepat di depanku. Oh Tuhan, pemandangan apa ini?!

Detak jantungku bertambah kencang, berirama tidak karuan. dan aku merasa wajahku memera saat itu juga. Teramat sulit bagiku untuk tidak melihat tubuhnya yang ramping dan menawan. Tubuh atletis Dylan yang dia perlihatkan padaku benar-benar menggoda.

Apa yang terjadi padaku? Aku memang sudah tidak waras jika melihat Dylan tanpa busana.

"Dari ratusan milyaran manusia yang ada di muka bumi ini, apa kau percaya bahwa salah satunya sudah ditakdirkan untukmu?" tanya Dylan sambil memasang pakain baju yang baru.

Sedetik kemudian, aku terdiam. Memasuki detik berikutnya aku mulai tersadar dan berkata, "Hah? Kenapa kau berkata seperti itu?"

"Aku hanya ingin bertanya saja."

"Oo. Aku percaya bahwa milyaran manusia yang sudah terlahir di muka bumi ini, salah satunya pasti sudah ditakdirkan untukku. Dan apa kau juga percaya itu?"

Sambil menutup pintu bagasinya, Dylan bersuara. "Oo naman. Aku sangat percaya bahwa sudah ada manusia yang ditakdirkan untukku."

"Apa itu Anabelle?"

Dylan terdiam selama beberapa detik sebelum melanjutkan, "Kenapa kau membuat kesimpulan seperti itu?"

"Mungkin kau menyukai Anabelle?"

"Hindi." (Tidak)

"Sigurado ka?"

"Aku sangat yakin."

"Atau kau menyukaiku?"

"Ya. Aku memang menyukaimu. Kita bersahabat, bukan?"

Garis bawahi: hanya sebagai sahabat.

Dan aku menginginkannya lebih dari itu.

"Ya, kita memang bersahabat. Senang bisa bersahabat denganmu." Tapi apa kita tidak bisa lebih dari sekadar sahabat saja, Dylan? Aku berharap bisa menjadi kekasihmu dan bisa menjadi perempuan yang selalu berada di sampingmu selamanya.

"Tara, Hannah!" (Ayo, Hannah!) Dylan sudah masuk ke dalam mobil dan suara yang dia keluarkan menyadarkanku.

Dylan Sebatian Bruce, sampai kapan kau akan terus menjadi sahabatku?

Ketika kami sudah berada di dalam mobil, Dylan kembali membuka obrolan. "Jadi, sudah siap untuk mengatakan yang sebenarnya?"

"Mengatakan apa?" aku pura-pura tidak tahu. Karena aku tahu arah pembicaraan Dylan menjurus tentang seseorang yang aku cintai. "Bicara yang jelas, Dy. Aku tidak mengerti."

"Mengatakan bahwa kau mencintainya. Kau sudah siap?"

"Aku? tidak tahu. Aku terlalu takut dengan penolakan. Membayangkannya saja, sudah membuatku tidak berani mengatakan yang sebenarnya. Jadi, aku harus apa?"

Jujur saja, aku ingin mengatakannya sekarang juga. Tapi bagaimana dengan reaksi yang akan Dylan berikan padaku?

Aku takut kau akan marah jika tahu bahwa aku menyukaimu, Dy. Aku takut kau kecewa denganku. Aku takut jika nantinya kau tahu, kau akan pergi meninggalkanku seorang diri.

"Apa aku bisa membantumu kali ini? katakan saja padaku,aku akan membantumu agar kau bisa bersama dengannya. Karena aku, ingin melihat sahabatku bahagia selamanya. Dengan kekasih impiannya."

Dan apa kau tahu, kau adalah kekasih impianku,

avataravatar
Next chapter