3 Kali Pertama Bertemu Bagian 2

"Kalian tahu, seperti apa rasanya ketika sedang jatuh cinta?"

Apa itu seperti

mendengarkan musik yang nada iramanya akan terngiang-ngiang sepanjang hari?

Atau itu seperti kebutaan

semata yang tidak dapat dilihat tapi bisa untuk dirasakan?

Atau sesungguhnya jatuh

cinta itu seperti ulat yang kemudian bermetamorfosis menjadi kupu-kupu, yang

terbang ke atas langit tapi tidak bisa tergapai?

Tetapi ketahuilah bahwa

jatuh cinta itu akan membuat detak jantung kalian berirama tidak beraturan.

Bahkan, jatuh cinta akan membuat kalian jatuh dengan apa yang di namakan patah

hati.

jadi, sudah siapkah untuk

kalian merasa jatuh karena cinta?

karena ketika kalian sudah merasa jatuh cinta, maka akan ada rasa sakit yang ikut turut menemani

terkadang, rasa sakit itu

akan menjadi rasa yang paling menyedihkan dalam hidupmu.

sudah pernahkah kalian

merasakan sakit karena jatuh hati pada seseorang?

atau sama sekali tidak

pernah merasakannya?

selamat! Di sinilah dia,

jatuh pada perasaannya terhadap sahabatnya sendiri.

semoga, ada akhir bahagia

untuknya.

"Teruntukmu, D. Hai apa kabar? semoga kau selalu bahagia, ya. Aku di sini selalu menantimu. Apa kau tahu itu? aku rasa kau tidak tahu. Ya, aku memang bodoh karena tidak memberitahumu bahwa aku jatuh cinta padamu. Tapi jujur saja, aku tidak punya keberanian untuk itu. Aku terlalu takut jika nantinya akan mendapat penolakan darimu. Jadi, apa yang harus aku lakukan? menunggu atau beralih dengan yang lain. Jika aku memilih untuk membuang perasaan ini, itu sama saja aku menyerah, bukan? tapi apa aku harus menjadi perempuan jahat yang harus merebut kekasih seseorang? apa aku sanggup melakukan semua itu? jika seandainya aku berhasil pun, apa kau mau hidup bersamaku?"

"Ini adalah halaman ketiga dari catatan buku harianku. Sama seperti di lembar sebelumnya, aku masih jatuh cinta dengan Dylan. Masih menunggu dia untuk bisa bersamaku. Masih menunggu Dylan agar bisa mengakhiri hubungannya dengan kekasihnya itu. Aku pun hanya bisa menunggu seorang diri tanpa kabar yang jelas. Dylan ... kenapa kau harus hadir dalam kehidupanku. Jika aku tahu bahwa kehadiranmu hanya membuatku terluka, aku tidak ingin bertemu denganmu. Jika aku bisa memilih, aku tidak ingin mengenalmu. Karena aku tidak siap dengan yang namanya patah hati karena jatuh cinta padamu. Aku mohon, menjauhlah dariku. Aku tidak bisa jika terus berdekatan denganmu."

...

"Hai, apa kabar? Semoga kau selalu baik-baik saja, ya. Bagaimana, apakah kau masih bertahan dengan kekasihmu itu? Kapan kau akan mengakhiri hubungan kalian? Aku sudah tidak sabar ingin menggantikan posisinya. Karena itu adalah impianku sejak dulu. Tapi aku ragu. Jika aku sudah berhasil merebutmu darinya, apa aku akan merasa bahagia? apa kau mau hidup bersamaku? atau kau akan marah padaku karena telah menghancurkan kebahagianmu dengannya. Dy, apa yang harus aku lakukan?"

-Hannah Dela Rosa, dari catatan buku harian-

•••

Aku menatap bayanganku di kaca spion. Memperlihatkan betapa mengenaskannya nasib seorang Hannah Dela Rosa. Apa yang dikatakan Dylan memang sudah menjadi kenyataan. Aku tidak berani untuk berkata yang sebenarnya. Aku terlalu bodoh harus menyimpan perasaan ini sendirian sampai akhirnya aku harus melihat seseorang yang aku taksir terikat hubungan dengan perempuan lain. Dia sudah bahagia dengan perempuan pilihannya sendiri.

Aku pikir perasaanku terhadap Babuku akan menghilang ketika tahu dia sudah bersama yang lain. Tapi kenyataannya tidak sama sekali. Aku masih mengharapkannya agar dia bisa jatuh dalam pelukanku. Aku sudah berusaha melakukan berbagai cara dengan bantuan internet, "Bagaimana cara menghilangkan perasaan suka terhadap sahabat sendiri" atau "Bagaimana agar tidak jatuh cinta dengan sahabat" Tapi tidak ada yang berhasil. Semua itu hanyalah tipuan belaka. Aku tidak sanggup melupakannya. Aku benar-benar tidak bisa melupakan Dylan sedetik pun.

Hannah Dela Rosa, kenapa kau membuat kesalahan terbesar dengan jatuh cinta terhadap sahabatmu, Dylan Sebastian Bruce. Apa kau tidak bisa jatuh cinta pada orang lain saja?

Suara River Antonio yang melantunkan lagu "Berikan aku cintamu" berhasil menyentakku ketika kami sudah sampai di depan restaurant. Aku merogoh ponsel di saku celana untuk melihat siapa yang menelepon. Saat ponsel itu berhasil kuraih, ternyata tidak ada panggilan masuk. Aneh.

"Aku sedang bersama Hannah sekarang." Aku melirik Dylan. Dia sedang berbicara dengan seseorang di telepon. Ternyata ponselnya yang berdering. Kami memiliki nada panggilan masuk yang sama. Secara disengaja. Karena aku mengganti nada dering Dylan dengan lagu River "Berikan aku cinta" Aku pikir dengan mengganti nada panggilannya dia akan tersadar bahwa aku mengharapkan cinta darinya. Nyatanya tidak sama sekali. Dia tidak peka terhadap perasaanku.

Aku berbalik. Memandangi sebagian orang yang melintasi mobil kami dari balik kaca.

"Sekarang? Aku tidak bisa. Baiklah. Aku akan tiba dalam 10 menit," Katanya dengan penuh keyakinan.

Aku menarik napas kemudian menggembuskannya. Dalam hitungan detik Dylan akan memanggil namaku. "Hannah..." tepat sekali! Dia memanggilku dengan lirih.

Aku berbalik untuk menghadapnya. Menahan air mataku agar tidak jatuh. "Kenapa? Anabelle memintamu untuk menemaminya makan siang bersama?" Sejak Dylan berbicara di telepon dan menyebut namaku, aku sudah menebak siapa yang dia ajak bicara. "Atau yang kusebut... kencan sepasang kekasih. Kau boleh pergi, Dylan." Gadis bodoh! Kenapa aku malah menyuruhnya pergi dan membiarkan dia bermesraan dengan Anabelle? Seharusnya aku menahannya di sini untuk makan siang bersamaku. Bukan makan siang bersama kekasihnya itu.

Dylan mengenggam tangan kananku. Aku dapat mengartikan maksud dari tatapannya; dia senang aku memperbolehkannya bertemu Anabelle dan secara bersamaan dia juga menyayangkan harus meninggalkan aku di restaurant sendirian yang berarti dia tidak menepati janjinya.

Sebelum Dylan berkata aku sudah lebih dulu menyela. "Aku serius. Apa kau menganggap aku seperti seorang pembohong?" Aku mengangkat alisku skeptis. "Kau tidak mau membuatnya terluka, bukan?" Tapi kau membuat sahabatmu terluka. "Jangan membuat dia menunggu terlalu lama." Aku melepaskan sabuk pengaman. "Terima kasih sudah mengantarku ke restaurant, Dylan." Hari ini Dewi Fortuna masih berpihak padamu. Kau beruntung."

Aku keluar dari mobil dan melambai kearahnya sebelum Dylan kembali melaju. Bunyi lonceng terdengar ketika aku membuka pintu restaurant. Selera makanku sudah menghilang sejak kami tidak jadi makan siang bersama. Aku hanya membeli segelas minuman untuk menenangkan diri. Terduduk di kursi dekat jendela agar aku bisa menatap pemandangan di luar sana.

Dylan Sebastian Bruce ... jika aku mengatakan bahwa aku suka padamu. Menyukaimu. Mengagumimu. Apa kau akan masih bersikap yang sama denganku?

Apakah kau akan menerima semua kejujuranku padamu?

Berbahagia padaku?

Atau kau akan pergi meninggalkanku karena pengakuan bodohku?

Atau bahkan kau akan sangat marah padaku karena aku telah jatuh cinta pada sahabat sendiri.

Aku tersentak ketika suara River lagi-lagi mengalunkan lagu panggilan masuk. "Hallo?" Kataku ketika sambungan terhubung. "Ah, maaf, Alice. Aku belum sempat mendengarkan siaranmu hari ini. Memangnya berita apa yang kau siarkan di radio tadi?" Aku mengambil segelas minuman yang aku pesan tadi di atas meja dan meneguknya. Ekor mataku menangkap seorang laki-laki yang terduduk membelakangiku. Dia mengenakan kemeja lengan panjang putih berkancing. Sepertinya laki-laki itu tidak asing bagiku. Tapi siapa ya?

"Apa?" Aku berusaha agar tidak tersedak minumanku yang baru saja mengalir di tenggorokkan. "Kau sedang tidak bercanda, 'kan? Baiklah. Aku segera kembali ke apartement." Sambungan berakhir. Pernyataan Alice membuatku benar-benar tersentak. Siaran yang dia bagikan hari ini membuat aku benar-benar terkejut.

Aku berdiri dengan segelas minuman ditangan kananku, berlarian kecil menuju pintu keluar, baru beberapa langkah kakiku tersandung kaki meja, menabrak seseorang sehingga kami berdua tersungkur ke atas tanah. Ditambah minuman yang aku pegang tumpah mengenai kemeja putih orang tersebut dan meninggalkan kotoran di sana.

"Aray!" (Aduh!)

...

"Aduh!" Aku baru saja membuat kesalahan dengan menabrak seseorang! Aku harap, dia tidak akan memarahiku. Aku benar-benar takut akan hal itu. Jangan sampai dia akan memarahiku, menghardikku. Membayangkannya saja sudah membuat aku ketakutan setengah mati seperti ini.

Mataku membulat sempurna, mulutku ternganga seperti ikan di dalam air. Aku tidak percaya bahwa korban dari kecelekaan kecil ini adalah seseorang yang memiliki daya pikat tinggi untuk mencuri hati para perempuan di kota Manila. Siapapun yang mendengar alunan nada yang dia keluarkan, melihat dia bermain peran dan membacakan kata-kata romantis maka, akan secara otomatis terbius dengan semua yang bisa dia lakukan karena suranya teramat merdunya.

Dia adalah: River Antonio Juarez. Idolah sejuta umat. Idola yang selalu dibanggakan dan diagungkan. Aktor, model, penulis lagu, novelis, dan Penyanyi muda tampan yang sangat terkenal di kota Manila. Dialah yang telah berhasil mencuri hati para gadis di kota ini dengan alunan musiknya serta permainan dia di dalam seni peran. Dan ya, aku tidak pernah menyangka bisa melihat dia dari jarak sedekat ini (hanya ada jarak beberapa inchi saja) Bahkan kedua bibir kami hampir saling berciuman dari jarak sedekat ini. Oh, Tuhan! Aku seperti mimpi. Aku seperti akan jatuh pingsan. Seseorang, tolong abadikan moment ini!

Kalian tahu, aku adalah orang paling beruntung yang Bertemu dengan selebriti melalui cara yang tidak masuk akal? (Kurasa). Ini adalah hari yang akan selalu aku kenang dalam hidupku. Hari bersejarah untuk perempuan bernama Hannah Dela Rosa.

"Apakah kau bisa menyingkir dari tubuhku? Kau berat sekali. Sungguh aku tidak bisa bernafas dengan benar. Aku bisa mati kebahisan nafas," Katanya dengan penuh penekanan di setiap kalimat yang dia keluarkan.

Aku mengerjapkan mata, perkataan River Antonio Juarez membawa aku kembali dalam realitas. Sebelum kita berdua kembali berdiri tegak, kami mengambil ponsel yang ikut terjatuh di atas lantai dengan nahas.

Dalam hitungan sepersekian detik kami sudah berdiri dengan posisi normal. Aku memberanikan diri mendongak untuk menatapnya, dan mendapati matanya yang tajam bagaikan Elang sudah terfokus padaku. Aku menelan ludah, menyilangkan jari dibelakang punggungku. "M-maaf. I'm so sorry talaga, kuya River. (aku benar-benar minta maaf, River) kataku dengan tergagap. Mendadak, mulutku terlalu sulit untuk berbicara. Aku seperti bayi yang belum bisa mengeluarkan sepatah kata apapun.

Perasaan takut itu kembali naik kepermukaan. Kembali menghampiriku.

Dia menutup matanya sejenak, mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. "Apa-apaan itu tadi?! Kau membuatku celaka. Untung saja aku tidak mendapatkan luka di kepala." dia mendesis, suaranya seolah-olah seperti bom yang baru saja meledak. "Kenapa kau menabrakku, gadis ceroboh?!"

Hari ini, River Antonio Parker mengenakan kemeja lengan panjang putih berkancing, celana chino hitam dan sepatu chukka senada, serta topi hitam (seperti penyanyi atau artis pada umumnya, topi itu dipergunakan untuk menutupi identitas mereka agar tidak terlihat oleh khalayak ramai). Rambutnya tetap rapi berantakan, dan dari jarak sedekat ini aku dapat melihat matanya yang hitam pekat, mata yang sangat indah, mata yang bisa membuat perempuan mana yang ditatapnya tidak bisa berpikir apa-apa. Secara tidak langsung, matanya adalah alat untuk menghipnotis para Rivernation.

Aku mengangkat kepala, meskipun masih tersisa rasa ketakutan. "Aku tidak sengaja. Sungguh. Dan, yah, kecelakaan kecil ini bukan sepenuhnya salahku kau harus tahu itu." Aku bersembunyi dengan sedikit memainkan drama kecil di sini.

Salah satu alisnya terangkat seolah berkata, "Oh, benarkah, Ghorl?! Ini bukan salahmu?" dia berjalan mendekat kearahku, matanya tajam seperti Elang yang sudah siap memangsa. Seharusnya aku melakukan hal sebaliknya. Berjalan mundur untuk menjauh, tapi sama sekali tidak bisa. Aku masih mematung di tempat yang sama. Sepertinya sudah ada semen yang mengunci pergerakkanku. "Kau mengatakan itu salahku juga." dia memberi jarak. "Kau tahu, kecelakaan kecil ini adalah murni karenamu! Karena kecerobohanmu! Apa kau tidak bisa menggunakan kedua matamua dengan baik?!"

Aku mau membalas perkataannya, tapi mulutku seakan terkunci rapat ketika dia mulai membuka kancing kemejanya dengan ganas. Jari-jarinya perlahan menarik keluar deretan kancing dari dalam lubang dan mulutku ternganga melihat tangannya yang menampilkan uratan dengan sempurna. Benar-benar menggoda! sexy naman. Di mana ponselku? seharusnya aku mengabadikan moment ini dan aku taruh di dinding kamar dengan tulisan, "ABS ni River." (Roti sobek milik River).

Dia menelanjangi dirinya sendiri di tempat umum seperti ini! Apa dia sudah tidak waras?Badan bidangnya meninggalkan Setiap garis, setiap tonjolan perut yang dia miliki untuk dilihat semua orang. (Oh, Tuhan! Jiwa fangirl-ku bergejolak bagaikan api asmara dan pemandangan ini adalah sebuah pemandangan yang jarang aku saksikan secara langsung. Di depan mata!) River benar-benar pemilik tubuh terseksi di kota ini.

Dia agak menghela napas, meremas kemejanya kemudian melemparkannya padaku. "Kau harus membersihkan nodanya dengan bersih," Katanya. tegas. "Jangan ada sisa sedikit pun di sana. Ingat itu. Jika melanggar, kau akan dalam masalah."

ANO?! (APA?!)

Saat aku akan membuka suara, tiba-tiba saja mulutku tertahan karena ekor mata kananku menembus kaca restaurant yang menangkap segerembolan wartawan sudah menunggu di pintu utama.

Oh, bajingan! Pasti berita (yang belum terbukti kebenarannya) sudah menyebar luas bagaikan api. Pasti mereka akan memburu River dan mewawancarainya sekarang juga!

Tanpa berpikir panjang aku merampas tangan kanan River, membawanya keluar dari dalam restaurant melalui pintu samping. Dalam waktu kira-kira satu menit, aku dan River berlarian seperti orang gila di jalan. Tapi, karena aku bukan seorang atlet lari yang sudah berhasil mendapatkan banyak mendali, terpaksa aku harus berhenti berlari dan mengambil napas di separuh perjalanan. Setidaknya sudah lebih dari cukup untuk menjauh dari para wartawan.

"Akhirnya! Kita berhasil menghindari dari kejaran wartawan. Setidaknya, untuk sa-River!" Aku menyebut namanya ketika dia melewatiku begitu saja. "Apakah kau tidak tahu bagaimana caranya mengucapkan terima kasih. Padaku?!” aku memberi penekananndi kata terakhir. dia tidak mengatakan apapun dan tetap berlalu. Apa seperti itu sikap asli para selebrita di kota ini?! Uh! Keterlaluan!

“Aku tidak punya waktu untuk itu. Lain kali saja.” Katanya, setengah berteriak, ketika dia sudah sedikit menjauh dari arah pandang mataku. “Yang terpenting, kau harus segera menghilangkan noda itu!” Apa yang dia katakan? Tidak punya waktu? Bukankan waktu dia untuk mengatakan terima kasih padaku masih tersisa banyak? Dasar!

Menghilangkan noda bukan masalah besar.

Tapi ... apakah kita pasti akan bertemu. Lagi? Untuk mengembalikan bajunya.

Aku berharap semesta sedang merancang tali pertemuan kita selanjutnya.

Karana yang aku harapkan, aku bisa bertemu lagi dengannya untuk memgembalikan dan berfoto dengannya. Sungguh, jika saja Alice tahu bahwa aku baru saja menyelamatkan idolaku, pasti dia akan terkejut dan tidak akan percaya dengan apa yang akan aku ceritakan.

Selama aku memandangi kepergian River, detak jantungku masih berdetak tidak karuan. Aku benar-benar tidak menyangka bisa bertemu dengan idolaku sendiri, setelah beberapa tahun River Antonio Juarez memutuskan untuk vakum dari dunia entertain selama beberepa tahun karena mau menikmati masa mudanya bersama keluarga tercinta. Karena sejak kemunculannya sebagai bintang muda, River sudah mengeluarkan banyak karya seperti bermain film, menjadi model dari brend pakaian terkenal, mengeluarkan single, dan bahkan sudah pernah menerbitkan buku yang laris manis di pasaran. Dan semua itu, pasti memakan habis waktunya bersama keluarga di rumah.

Tapi sangat disayangkan, kenapa ketika River sudah kembali, ada kabar burung yang tidak mengenakan seperti itu? Apa ada oknum yang tidak suka dengan kedatangan River kembali di dunia hiburan? Tapi ulah siapa itu? Yang pasti, seseorang itu ingin merampas masa kejayaan River. Bukankah hal seperti itu sudah biasa terjadi di kalangan para artis?

Apa ada seseorang yang berencana ingin menjatuhkan karir River? Jika saja aku bisa tahu, akan kuhajar dia. Bisa-bisanya dia ingin membuat nama River hancur begitu saja.

Ketika aku sedang dalam keadaan kesal, tiba-tiba saja aku teringat dengan Dylan dan Anabelle. Aku teringat dengan Anabelle yang berhasil menghancurkan kencan makan siangku bersama dengan Dylan. Perempuan itu memang sangat menyebalkan. Jika saja aku berani untuk merusak hubungan diantara keduanya, sudah aku lakukan sejak dulu.

Oh, Anabelle Samantha Cruz, kenapa kau harus hadir dalam kehidupan Dylan? Kenapa kau harus menjadi kekasih dari seseorang yang sudah lama aku taksir. Haruskah aku menyalahkan semesta atas semua yang sudah terjadi padaku? Atau memang seperti ini garis takdir yang sudah Tuhan tulis untukku.

"Kira-kira ... bagaimana, ya, kencan makan siang mereka? Apa bahagia dan berakhir romantis?"

Andai saja Dylan masih ada di sini, masih menemaniku untuk makan siang bersama, pasti aku benar-benar sangat bahagia hari ini. Karena semenjak Dylan sudah resmi menjadi kekasih dari Anabelle, perempuan itu selalu saja menghalangi hubungan persahabatanku dengan Dylan.

Sial! Perempuan itu memang hama dalam pertemananku dengan Dylan. Karenanya, ruang gerakku terbatas. Dia seakan tahu bahwa aku menyukai pacarnya. Apa dia mempunyai indra ke-enam atau semacamnya?

Dylan ... sampai kapan aku harus terjebak dalam perasaan yang seperti ini? Sungguh, aku benar-benar terluka karena jatuh cinta padamu. Tidak bisakah kau sadar bahwa aku juga mencintaimu dengan tulus? Bahkan, ketulusanku melebihi cinta Anabelle padamu. Akulah perempuan yang sangat mencintai dan menyayangimu segenap jiwa ragaku.

Dy, mahal na mahal kita. Kau adalah tempat terbaikku untuk berlindung. Kau adalah tempat terbaik ketika aku merasa lelah dengan hari-hariku yang kacau. Dy, aku ingin kau menjadi milikku satu-satunya.

...

(Beberapa bulan setelah Dylan dan Anabelle resmi menjadi sepasang kekasih)

"Dy, kau sungguh mencintai Anabelle?" aku bertanya. Sebenarnya, aku tidak perlu bertanya seperti itu karena aku sudah tahu jawabannya.

"Ya, tentu saja aku mencintainya. Kenapa memangnya?"

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin bertanya saja. Apa itu berarti aku tidak punya kesempatan?"

"Kesempatan untuk?"

Menjadi kekasihmu.

"Lupakan saja. Aku hanya ingin tahu seberapa besar rasa cintamu pada Anabelle."

"Yang pasti, aku tidak akan pernah berpaling darinya. Aku tidak ingin membuat dia terluka, dan bahkan menangis karenaku."

Mendengar Dylan berkata seperti itu aku jadi ragu untuk bisa mendapatkannya. Aku sendiri pun bertanya-tanya apa Dylan mencintaiku lebih dari sekadar sahabat? tapi rasanya sangat tidak mungkin jika dia saja sangat mencintai Anabelle. Aku yakin, Anabelle adalah separuh nafasnya Dylan.

Apa mundur adalah jalan terbaik yang harus aku ambil? tapi apa aku harus menyerah begitu saja dan tidak mau memperjuangkan cintaku padanya?

Ayo, Ann ... lakukan dengan benar! jangan sampai kau salah dalam memilih jalan hidupmu sendiri. Jika kau sampai salah untuk melangkah, akan ada banyak yang terluka di sini. Jadi, pikirkanlah baik-baik.

avataravatar
Next chapter