1 Oneshoot

Cerita ini isinya absurd, seabsurd yang nulis!!

Kalo gak lengkap ya maap aja, namanya juga Oneshoot!

Dibaca syukur gak dibaca Shin ngambek!

🀧🀧🀧🀧

Nulisnya butuh perjuangan keras, pake sistem kebut semalam πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

Kalo ada hikmahnya, ambil hikmahnya

tapi

kalo Unfaedah semua, ya udah lupain aja!

Cerita ini cuma Fiktif yah...

Hasil imajinasi babu seorang BebbyShin yang otaknya agak miring ga karuan!

Happy Reading yah!

πŸ’„πŸ’„πŸ’„πŸ’„πŸ’„

Bebby Shin terbiasa dipanggil Shin, 28 Tahun, karyawan swasta, status sedang mencari Hilal jodoh yang belum nampak. Wanita ini memiliki hobi memoles wajah dan mengoleksi make up.

Irma Nur Kumala lebih suka dipanggil Irma. Wanita 27 Tahun, karyawan swasta, status dalam pedekate dengan pria di aplikasi pencari jodoh. Wanita ini sering terlihat sedang mengunyah sesuatu dimulutnya dan makanan berceceran disekitarnya. Hobi makan tersebut membuat bangga dan bahagia dirinya.

Lia Reza Vahlefi panggil saja Lia. Wanita 24 Tahun, karyawan swasta, status dalam angan-angan mendapatkan Nick Bateman. Wanita ini sering terciduk dilapak diskonan, ia begitu menyukai belanja produk-produk apapun yang berbau promo dan diskonan, karena itu ia dijuluki wanita pemburu diskon.

Mereka bertiga tinggal di satu atap yang sama. Bagaimana kisah hidup mereka dan mengenai jodoh mereka? Simak kisah singkatnya dalam cerita Oneshoot di bawah ini.

πŸ’„πŸ’„πŸ’„πŸ’„πŸ’„

Weekend yang cerah secerah gincu merah menyala yang tengah dipoles oleh Shin pada bibir tipis nan seksinya. Shin memuncungkan bibirnya dan bergaya ala model iklan lipstik di TV dan majalah.

Memberi sapuan blush on merah jambu, sepanjang di bawah mata yang lagi tren jaman now sering disebut blush on demam , sehingga wajahnya sudah mirip artis-artis korea, ( Jika dilihat dari lubang pipet ). Bulu matanya dijepit lalu diberi polesan maskara seharga nasi gulai ikan kepala kakap yang ada di rumah makan padang Subuh Petang.

Shin mematut penampilan fullnya, mengoreksi apakah ada yang kurang atau tidak. Ia ingin selalu terlihat sempurna untuk penampilannya terutama polesan wajahnya. Shin lalu menceklist semua perlengkapan make upnya. Ia tidak ingin satupun barang kesayangannya hilang atau tercecer entah kemana.

"Oh my God! Mana BB Cushion gue yang baru beli kemarin? Oh em ji...! Itu BB Cushion harganya sama dengan sekarung beras 20KG ditambah cabe sekilo, gue gak rela kalo ilang gitu aja," Shin mengobrak abrik isi tasnya dan berjalan mondar mandir mencari keberadaan benda mahal yang mampu menutupi segala noda hitam membandel di wajahnya.

Tidak ketemu dan sukses membuat Shin begitu frustasi. Ia duduk bersila dilantai sambil menenangkan diri.

"Rileks, Shin...Rileks...Coba pikir baik-baik kemana kaburnya bedak mahal itu," gumam Shin sambil menaruh telunjuk kanan kiri di bagian samping alis ala meditasi para pendekar jaman bahela

Ponsel Shin berbunyi, notifikasi chat dari grup yang dibentuk Shin dan kedua sahabat unfaedahnya, Lia dan juga Irma yang diberi nama AlayUpayIyuh. Disana Lia mengirimkan foto sesosok makhluk Tuhan yang diciptakan dengan begitu tampan, gagah perkasa dengan rahang tegas dan jambang halus nan tajam jika dielus-elus manja.

Bungkus bawa balik gih, buruan.

Balas Shin untuk kiriman yang dikirimkan oleh Lia. Mereka bertiga tinggal di satu atap yang sama namun terpisah tempat kerja.

Saat ini, Lia tengah berada di sebuah Mall besar mencari celana dalam bermerek namun diskonan. Tanpa sengaja ia bertemu salah satu pengunjung Toko Underwear yaitu seorang pria bule keturunan arab dan memotretnya.

Yah! Mereka bertiga selalu membagi kesenangan yang didapat lewat foto.

Ceritanya nanti dirumah - Lia

Aku mau satu! Suruh dia beliin aku celana dalam polkadot - Irma

Aku mau yang berenda warna merah menyala - Shin

Syalaaaaan! - Lia

Shin dan Irma tertawa bersamaan meskipun mereka sedang berada di kamar yang berbeda.

"Shin, Lia pagi-pagi begini udah nangkring di Mall yah?" Jerit Irma dari kamarnya

"Yo'i, tadi pagi dia pamitan mau ke pasar pagi nyari sayuran murah meriah, ke Indoapril beli barang-barang promo pake kupon gratisan dari kantornya, lanjut ke Mall nyari Bra sama celana dalem yang katanya lagi diskon!" jawab Shin lengkap kayak nasi uduk di depan komplek

"Dasar si pemburu diskon!" ejek Irma

"Lo dirumah aja Ir, weekend gini? Gak jalan?" tanya Shin sambil menongolkan kepalanya di pintu kamar Irma yang berceceran chiki segala merk

"Ntar sorean ada janji ketemu someone," jawab Irma songong

"Someone? Tumben beud? Gacoan baru yah? Ganteng gak? Mirip siapa? Gak kayak kiwil atau sule kan?" goda Shin

"Enak aja... ini tuh mukanya sebelas dua belas sama Nick Jonas!" jawab Irma bangga

"Bah! Lagak lo Ir, nemu dimana pula si Nick Jomblo ngenes itu!" kata Shin tak percaya

"Mangkanya up to date dong! main Binder biar nemu gacoan, dandan mulu tapi jomblo menahun!" Irma balas mengejek Shin

"Bangke! Mulut lo belom pernah disumpel pake sempaknya Andrea Denver yah!" gerutu Shin dan Irma terkekeh sambil sibuk makan roti isi stoberi

Harga diri Shin terasa tercabik-cabik takkala banyak orang yang mempertanyakan statusnya yang hingga usia 28 tahun masih menjomlo, padahal dengan modal wajah aduhai dan body yang montok seharusnya ia dengan mudah menemukan pasangan.

Hellow! Shin mencari calon suami bukan cari pacar, cari calon suami bukan kayak nyari tai kuping pake cuttonbut! Semua harus sesuai kriteria ceklis Shin.

"Forget it! Betewe, lo liat BB Cushion gue gak?" tanya Shin pada Irma

Irma berhenti mengunyah dan menatap ragu wajah Shin.

"BB Cushion itu apa?"

"Ck! Itu loh, mirip foundation tapi dia ada busanya, wadahnya mirip bedak padet, warna pink punya gue. Itu harganya mehong," jelas Shin detail

Irma berdiri dengan mulut masih dipenuhi roti.

"Maksud lo ini?" Irma menyodorkan benda keramat milik Shin dan Shin memekik kaget

"Ya saaaaallaaaaaaammmm!!! Lo apain bedak mahal gue? Astaganaga!! Busanya aja udah kucel begini," pekik Shin membuat Irma menutup kuping rapat-rapat

"Stocking gue robek, cuy. Terus betis gue bekas kena knalpot itu kan warnanya gak banget, mangkanya gue tutupin pake bedak elo itu, terbantu banget Shin," jelas Irma tanpa rasa penyesalan yang berarti

Shin terduduk lemah tak berdaya mendengar penjelasan yang sangat menyakitkan keluar dari mulut salah satu sahabatnya.

"Gue gak tau lagi harus ngomong apa sama elo! Jangan sentuh benda-benda pusaka milik gue lagi! Camkan itu!" tekan Shin dan berlalu masuk kamar, menutup pintu kamarnya dengan kencang

Irma terkaget dikamarnya dan tanpa rasa bersalah, ia melanjutkan maraton drakor sambil memakan semua cemilan yang ada di kamarnya.

"Shin lagi PMS!" gumam Irma

πŸ’„πŸ’„πŸ’„πŸ’„πŸ’„

Lia pulang kerumah dengan tentengan shopping bag ditangannya. Wajahnya girang teramat ketara.

"Hello, everybody! Lia in the house yoooo~ " teriak Lia dan Irma yang pertama kali keluar menyambut kedatangannya

"Kue cucur gue lo beliin gak? Ketoprak di depan komplek gimana? Bakso mas Aziz buka gak?" pertanyaan bertubi dilayangkan Irma takkala melihat wajah Lia

"Otak lo ya, Ir , isinya makanan aja. Gue pulang bukannya disambut dengan riang gembira malah nanyai tukang jualan," gerutu Lia dan Irma hanya nyengir kuda

"Lo rapi amat? Mau kemana? Gak biasanya lo pake baju modis begitu?" tanya Lia kepo

"Gue mau ngedate dong!" sombong Irma

"Yakin lo? ngedate dengan tampilan begini? Muka gak lo dandani?" ucap Lia

"Gue dari tadi ngetuk kamar Shin mau pinjem alat make up dia tapi gak dijawab gak dibuka-buka. Mana dia lagi PMS pula, serem tanduknya keluar nanti," curhat Irma

"PMS? bukannya udah dia PMS minggu kemarin, dia make pembalut hasil buruan diskon di Alpamaret gue," kata Lia bingung

Irma mengedikkan bahu,

"Eh, gila yah tadi gue ketemu sama cowok ganteng banget. Keturunan arab terus punya jambang halus tipis gitu, lagi beli celana dalem," cerita Lia

"Trus lo kenalan sama dia?" tanya Irma penasaran

"Yah enggaklah! Gue ga senekat itu ngajak dia kenalan duluan, meskipun gue pengen banget mengebelai-belai jambang halusnya itu loh!" Lia membayangkan nikmatnya membelai manja rahang cowok keturunan Arab itu

Shin keluar kamar dengan wajah bermuram durja. Melewati Irma dan Lia begitu saja.

"Mau kemana lo muka menor, pake baju tidur, sendal bulu, rambut diikat 2 gitu? Bukannya lo bilang mau ke Mall?" kepo Lia

Shin memicing menatap Lia dan Irma, "Kepo lo berdua! Gue mau nyari jodoh di teras! Puas lo,"

Begitu pintu terbuka, Shin terkejut sebab ada pangeran berlesung pipi, tidak naik kuda tapi naik delman istimewa kududuk dimuka (becanda), naik mobil mewahlah pokoknya ratusan juta, berpenampilan kasual dengan kaos oblong putih dan jeans biru dongker serta sepatu kets putih. Semua list Ceklist Shin sepertinya terisi sempurna. Pria itu seperti kembaran Andrea Denver, pria idaman Shin.

Lia dan Irma melongo di belakang Shin menatap pria tampan nan aduhai itu. Lokal rasa Internasional.

"Maaf dik, benar ini rumahnya pak Benu Bulo?" tanya pria itu dengan suara lembut yang membuat Shin begitu terpana terpesona

"Bukan. Ini rumah calon istrinya mas, eh- maksudnya bukan rumah pak Benu," ucap Shin salah tingkah

Pria itu tersenyum mendengar ucapan Shin.

"Oh, jadi ini bukan rumahnya pak Benu? Rumah pak Benu kalo boleh tau yang mana yah?" tanya pria itu

"Dua rumah dari sini. Tapi kalo mas mau singgah dihati aku boleh aja kok," Shin mencoba bersenda gurau

"Kenalkan namaku Awan," pria itu mengulurkan tangannya kehadapan Shin

Shin menerima uluran tangan itu sambil tersipu malu,

"Awan yah? i wanna be with you, mas,"

Awan tertawa mendengar ucapan Shin.

"Namaku BebbyShin, mas bisa panggil Bebby gak usah Shin. Kalo Beb kesannya lebih romantis," ucap Shin

"Oke baiklah, senang berkenalan dengan kamu Beb. Aku pamit kerumah pak Benu dulu yah," pamit Awan

"Hati-hati dijalan mas, hatinya jangan jalan-jalan, ingetin ada hati dek Bebby yang lagi menanti untuk dijalani," kata Shin

Irma dan Lia bergidik ngeri mendengar gombalan maut yang ceplas ceplos dilontarkan oleh Shin untuk pria tampan yang barusan kesasar ke rumah kontrakan mereka.

"Gila! Ucapan elo mujarab banget," Lia bertepuk tangan

Shin bersandar pada daun pintu sambil cengar cengir tak karuan.

"Nampaknya hilal sudah terlihat jelas, ya ampun, dedek gak kuatt~ bwaaaang!" gemas Shin sambil menatap kepergian pria tampan nan kinyis-kinyis sebelas dua belas sama muka Andrea Denver

"Hilal gue nongol dimana yah?" gumam Lia

"Di Indoapril, doi juga lagi nyari promosian ," celetuk Shin

"Jodoh gue dimana dong?" tanya Irma

"Noh, di gerobak baksonya mang Aziz!" seloroh Shin

Shin masuk ke dalam rumah sambil menari dan menyanyi riang gembira. Irma dan Lia mendengkus dan mencibir melihatnya.

"Sinting! Belom tentu juga itu cowok jomlo, udah girang aja Shin," cibir Irma

πŸ’„πŸ’„πŸ’„πŸ’„πŸ’„

Irma sudah memakai gincu pinky-pinky hasil karya seorang Shin yang akhirnya berbaik hati untuk membantunya memoles wajah demi bertemu dengan gebetannya yang dikenal dari aplikasi Binder.

Meskipun Shin menyapukan benda-benda keramatnya di wajah Irma dicampur hujan lokal yang dihasilkan oleh omelan Shin yang tak kunjung usai mengenai kekesalannya, karena BB cushionnya dijadikan dempulan bekas luka knalpot di betis Irma.

Irma memilih resto yang baru saja launching, masakan khas jepang untuk tempat kopi daratnya. Semoga saja pria bule yang dikenalnya lewat Binder ini adalah hilalnya yang sudah nampak.

Seorang pria berkemeja hitam dengan senyum khas, bermata abu-abu datang menghampiri Irma.

"Ya Allah, jodoh gue! Nyatanya gue gak menyesal sudah menjomlo diusia 27 tahun ini," batin Irma saat memandang pria bule yang menghampirinya

"Kamu susi yah? Tapi kenapa beda yah?" tanya pria bule itu dan Irma mengenyit bingung

"Nama gue Irma, mas bule, bukan Susi. Susi itu mantan pemain bulutangkis," ucap Irma

"Oh, maaf saya salah orang. Saya mencari Susi, dia bilang pakai baju hitam juga soalnya. Saya pikir, kamu yang namanya Susi," ucap Pria itu dan pamit dari meja Irma

Irma menggerutu dalam hati nyatanya pria bule itu bukan hilalnya.

"Gue udah siap mau pamerin ke Shin sama Lia padahal betapa indahnya makhluk ciptaan Tuhan barusan. Eh, ternyata bukan hilal gue, kampret!" gerutu Irma

Sudah hampir 2 jam Irma menunggu kedatangan pria yang dikenalnya lewat Binder itu. Ia sudah menghabiskan 3 porsi sushi berbagai rasa, 1 mangkuk ramen dan 4 gelas es teh, namun si Jupiter itu gak kunjung datang.

"Sialan! Gue dikadalin sama si manusia planet itu. Tekor bandar ini, 2 jam nunggu, dandan maksimal eh malah gak datang si kampret!"

"Tapi gak apa deh, karena makanan disini ternyata enak juga, lumayan buat ganjelan perut pas pulang kerumah,"

Irma membayar bill makanannya dan berjalan pulang sambil tak lupa mampir sejenak ke toko kue untuk cemilan malamnya. Tidak apa tidak punya pacar asal punya stok makanan dirumah.

Mobil Irma melaju pelan saat memasuki gerbang komplek rumah kontrakannya. Ia memandang warung bakso mas Aziz. Cuaca diluar gerimis, udara dingin, makan bakso anget-anget plus dikasih cabe yang agak banyak kayaknya pilihan yang super tepat. Diet hanya diangan-angan kepala Irma, dibanding ia pingsan lebih baik makan yang banyak supaya sehat, subur, sumringah.

"Bakso komplit bang satu, es jeruk satu," Irma memilih duduk di pojokan sendirian.

Didepannya ada pasangan muda mudi yang tengah kasmaran dan sedang suap-suapan yang bikin hatinya mendidih seperti kuah bakso bang Aziz dalem panci.

"Numpang gabung ya mbak," sapa pria berjaket hitam, berkulit coklat khas pribumi.

Irma sesaat terpana menatap pria itu dihadapannya.

"Ganteng!" batin Irma

Irma memanjangkan lehernya untuk mencari tahu, apakah pria di depannya ini membawa serta peliharaannya atau sedang sendirian seperti dirinya. Irma juga menyelidiki jari jemarinya dan tidak ada cincin disana yang artinya aman damai sentosa.

"Sendirian aja mbak?" pria itu membuka obrolan basa basi pada Irma

"Tadinya sendirian, tapi sekarang sudah berdua sama masnya," ucap Irma, mungkin dia terkena sindrom Shin yang alay binti lebay yang suka bergombal ria

"Wah, mbaknya bisa aja. Kenalkan nama saya Alan," pria itu menyodorkan tangannya dan disambut dengan antusias oleh Irma

"Irma Nur Kumala binti Tan Tanuari," balas Irma dan Alan tertawa mendengarnya

"Masnya sendirian aja?" tanya Irma kepo

"Berdua sama mbak sekarang, tapi kalo mau selamanya juga saya siap," ucap Alan

"Hadehh~ Alan emang si alan sekali. Bikin hati gue gubrak gubrak jreng jreng jreng ini," batin Irma

Akhirnya obrolan mengalir begitu saja dari mulut keduanya. Tanpa mereka sadari sudah 3 mangkuk dihabiskan Irma sedangkan 2 mangkuk dihabiskan oleh si Alan. Kenyang dan bahagia bercampur menjadi satu yang dirasakan Irma saat pulang kembali ke rumahnya.

πŸ’„πŸ’„πŸ’„πŸ’„πŸ’„

"Gue tuh maunya cowok modelan Nick Bateman! Dadanya bisa dipake buat rebahan, bewoknya bisa dipake ngusel-ngusel jadi geli-geli manja, lengannya kekar bisa jadi pelindung gue," ucap Lia sambil mengusap-usap layar ponselnya yang menunjukkan wajah tampan Nick Bateman

Shin yang duduk di dekatnya hanya menggeleng mendengarkan khayalan babu seorang Lia. Notifikasi ponsel Lia berbunyi, ia bergegas masuk ke kamar, membuat Shin terperanjat kaget akibat gerakan Lia yang tiba-tiba.

"Lo kesurupan?" tanya Shin

"Gilaaaa~ Transmaret lagi banyak diskon. Buruan Shin kita kesana, bedak lo yang dijadiin Irma dempulan bekas knalpot di betisnya aja diskon 70%, jangan sia-siain kesempatan emas ini," ucap Lia antusias

Shin menggeleng tak percaya. Lia benar-benar si pemburu diskon yang totalitas tanpa batas. Begitu dapat SMS langsung bergerak cepat meluncur ke TKP.

Dengan rasa ogah-ogahan, Shin akhirnya termakan rayuan mulut berbisa Lia. Ia berganti baju, berdandan seperti biasa harus maksimal.

Ketika keluar rumah dan baru saja membuka pagar rumahnya. Awan Shin menghampiri.

"Hai, Beb. Mau pergi yah?" sapa Awan basa basi

"Eh, mas Awanna be with you. Kita ketemu lagi kayak jodoh aja," ucap Shin shy shy cat

Awan tertawa mendengar ucapan Shin.

"Aku emang sengaja kemari, aku mau minta nomor telepon kamu. Biar kita lebih akrab," kata Awan

"Jangankan minta nomor telepon, minta hati aku aja, aku kasih, mas." jawab Shin gombal

"Berarti bisa aku bawa hatinya yah?" tanya Awan

"Bawa aja mas. Kalo bisa bawa ke KUA. Adek sudah siap lahir batin kok," jawab Shin

Akhirnya Shin dan Awan bertukaran nomor telepon. Awan meminta izin pulang dan berjanji akan menghubungi Shin ketika sampai dirumah nanti. Namun sebelum pulang, Awan melayangkan pujian sehingga sepanjang jalan menuju Transmaret, Shin memasang wajah sumringah.

"Kamu cantik banget. Aku suka make upnya sama warna lipstiknya," puji Awan

πŸ’„πŸ’„πŸ’„πŸ’„πŸ’„

Lia begitu gesit jika melihat label diskonan untuk barang apapun. Seperti saat ini, Shin sampai tergopoh-gopoh mengikuti kaki Lia yang cukup lincah memburu perlengkapan rumah tangga. Alhasil, Shin lebih memilih untuk mencari surganya sendiri yaitu kosmetik dibanding menjadi ekor Lia.

Lia tampak begitu konsentrasi memilih barang diskonan namun tetap berkualitas. Tidak usah meragukan kepiawaian seorang Lia jika mengenai hal itu.

Teko listrik yang sedang diincar Lia hanya tinggal satu di rak. Lia berusaha menggapainya namun sia-sia karena tubuhnya cukup pendek.

"Kamu mau barang ini?" tanya seseorang dari balik tubuh Lia

Lia memutar tubuhnya, adegan terpesona di film Kuch Kuch Ho Ta Hai antara Rahul dan Anjeli seakan menjadi gambaran Lia dan Pria yang menegurnya.

Sesungguhnya di otak Lia kini hanyalah pertanyaan, inikah jodohku? Rasanya Nick Bateman pun lewat ketika pria yang sedang ditatapnya itu mengajaknya berbicara. Wajahnya cukup tampan, badannya kekar terurus dan sedikit kumis tipis yang nampaknya belum dicukur.

Lia mengangguk pelan untuk menjawab pertanyaan pria tadi. Pria itu mengambilkan Teko Listrik itu dan memberikannya pada Lia.

"Makasih mas," ucap Lia tersipu

"Sama-sama," jawab pria itu

Lia memegang Teko Listrik itu dan berdiri dengan salah tingkah disamping pria yang belum diketahui identitasnya itu.

"Kamu bisa tolongi saya? Pilihin mana yang bagus, yang biru apa yang ijo?" tanya Pria itu sambil mengangkat secara bergantian boxer di hadapan Lia

Lia melihatnya dan berpikir cukup keras. Guratan di dahinya terlihat mencolok.

"Bagusan yang item deh, mas. Lebih greget!" jawab Lia akhirnya

"Oh, yang item yah lebih bagus. Wah, selera kamu bagus juga yah," puji Pria itu

"Kenalkan aku Ajrit gak pake N," pria itu mengulurkan tangannya mengajak Lia berkenalan

"Ah- namanya unik yah," kaget Lia sambil cengengesan

"Anjrit, namanya Ajrit! Kagak ada nama lain apa? Keturunan India apa yah? Temennya Jajrit?" batin Lia

"Lia Reza Vahlefi cukup panggil Lia aja, gak usah Reza apalagi Vahlefi, kepanjangan," kata Lia membuat Ajrit tersenyum manis

"Masya Allah, jangan senyum terus nanti adek lemah, mas. Kalo adek lemah terus pingsan, bukan maunya di bawa ke IGD tapi ke KUA," batin Lia lagi

"Kamu sendirian aja? Gak sama pasangan belanjanya?" tanya Ajrit

Lia tersenyum culas, nampaknya kode hilal semakin dekat ketika pertanyaan angin surga itu dikeluarkan oleh Ajrit.

"Pasangannya masih jadi rahasia Allah, mas. Jadi kesininya sama sahabat aja, tapi sahabat lia lagi nyari benda keramatnya, eh- maksudnya nyari kosmetik," jawab Lia malu-malu

"Oh begitu. Sama yah. Jodoh saya juga masih jadi rahasia Allah. Duh, kenapa kita bisa sama? Biasanya kata orang yang sama secara kebetulan itu jodoh," ucap Ajrit

'Ya Allah, angin surganya semakin sepoi-sepoi. Mas Ajrit lagi obral diri minta dijadiin suami apa yah? Kan mau,' pekik Lia membatin

"Ah, mas Anjrit, eh- mas Ajrit bisa aja. Kan Lia baper," kata Lia

Keduanya sama-sama tersipu malu. Lia berdiri salah tingkah dengan memeluk Teko Listriknya sedangkan Ajrit berdiri memandang Lia dengan senyum sejuta wattnya sambil memegang boxer hitam pilihan Lia. Keduanya akhirnya bertukaran media sosial agar bisa melanjutkan komunikasinya.

πŸ’„πŸ’„πŸ’„πŸ’„πŸ’„

Dua bulan berselang dari berbagai kejadian tersebut, Shin semakin sering bertemu dengan Awan yang notabenenya adalah pengusaha muda Batubara yang usianya terpaut dua tahun dengan Shin yaitu 30 tahun.

Insiden kesasar ternyata membawa Shin bertemu jodohnya. Awan sering memberinya hadiah make up sebagai oleh-oleh LDR mereka, Jakarta - Samarinda, karena Awan tahu jika Shin begitu mencintai make up. Lagi pula, Awan adalah pria yang menyukai wanita yang suka merias wajahnya. Hubungan Shin dan Awan sudah sepakat akan melangsungkan pernikahan dua bulan lagi setelah Awan menyelesaikan semua pekerjaannya.

Sedangkan Irma dan Alan. Pertemuan di bawah rintik hujan gerimis di sebuah warung bakso membawa mereka ke jenjang pernikahan. Satu bulan setelah proses pendekatan, Irma dan Alan memutuskan untuk segera menikah.

Irma si pecinta kuliner nyatanya berjodoh dengan si Alan yang bekerja sebagai head chef di sebuah hotel berbintang lima. Tentu menikah dengan Alan adalah kebahagiaan untuk Irma. Hidupnya akan semakin makmur sejahtera karena ia akan makan enak sepanjang hidupnya hasil olahan tangan sang suami tercinta.

Sedangkan Lia sendiri, lapak diskon membawa angin surga sekaligus membawa jodohnya mendekat. Ia dan Ajrit minggu lalu baru saja melakukan pertunangan. Tahun depan, tahun yang dipilih mereka berdua untuk menikah.

Ajrit sendiri adalah seorang atlet renang nasional. Lia tampaknya begitu bersyukur karena tidak bisa mendapatkan Nick Bateman tapi ia bisa mendapatkan KW-annya yang badannya sama-sama pelukable dan sandarable.

"Lucu yah, masa ucapan Shin macem si Pait lidah?" kata Lia

"Iya! Waktu itu dia yang bilang jodoh gue ada di warung bakso mas Aziz!" timpal Irma

"Dia juga yang nyeplos, jodoh gue dilapak diskonan. Nyatanya semua terbukti," ucap Lia

"Bebbyshin gitu loh,"

Saat ini, Shin, Irma, dan Lia sedang berkumpul bersama di restoran khas masakan Indonesia di sebuah Mall. Mereka baru saja ikut Lia membeli barang-barang diskonan. Irma membeli barang diskon perlengkapan rumah tangganya dan makanan pengisi kulkas, Shin sendiri membeli kosmetik dan juga beberapa barang untuk persiapan hantaran pernikahannya nanti dan Lia sendiri membeli barang apapun yang disukainya selama itu harga diskon.

Sebelum ke Mall, Irma dan Lia belajar mengenal peralatan make up dan cara berdandan yang baik dan benar pada Shin. Mereka mulai belajar memoles wajah demi meningkatkan rasa cinta suami serta kekasih hati agar tidak berpaling pada wanita lain yang jauh lebih cantik.

Setelah memborong belanjaan dengan harga miring, Shin dan Lia sepakat menunjuk Irma untuk memberikan saran dimana mereka akan mengisi perut. Irma dengan senang hati menunjukkan tempat makan enak, nyaman dan harga standar maka dari itu mereka semua berakhir di restoran khas masakan Indonesia ini.

Ternyata ada banyak manfaat ketika memiliki sahabat yang berbeda hobi dan sifat. Mereka bisa saling melengkapi satu sama lainnya, saling membagi ilmu meskipun percekcokan selalu hadir diantara mereka semua.

πŸ’„πŸ’„πŸ’„πŸ’„πŸ’„

Jodoh itu unik dan misterius

Yang tidak disangka, nyatanya dialah jodoh kita

πŸ’„πŸ’„πŸ’„πŸ’„πŸ’„

Persahabatan tidak perlu saling mengerti,

Karena sahabat akan saling menerima dan memahami mengenai hal apa yang tidak dimengerti

πŸ’„πŸ’„πŸ’„πŸ’„πŸ’„

Sekian terima kasih!

The End

Singkat? Gak jelas?

Udah biasa kan yah...!!!

Shin gitu loh...

avataravatar