1 Fragmen 1

diceritakan tiga gadis yang sudah berteman sejak mereka masih kecil, jauh sebelum orang-orang tau tentang siapa mereka. ketiga gadis tersebut mempunyai suatu grup yang banyak menaungi perusahaan besar di Indonesia.  sekarang mereka lebih dikenal dengan sebutan three angels. 

Gadis tertua di grup tersebut bernama Dhea Angelia, ia mempunya mata yang tajam dengan badan yang sangat ramping. dilihat dari manapun Dhea  seperti pacar impian dari setiap lelaki. ia sekarang bekerja sebagai model terkenal dan penari profesional. walaupun badannya sangat ramping tetapi nafsu makannya jangan diragukan lagi. soal makan banyak dan pedas ia ratunya. karena kelebihan ini juga Dhea sering sekali diundang di acara TV atau channel youtube terkenal hanya sekedar melihat dia makan banyak. 

Gadis kedua sekaligus orang paling berpengaruh di grup ini yaitu Gabriel Angelina, ia seorang putri dari pemimpin Laeman Group yang banyak menaungi restoran besar di Indonesia. Three Angels awalnya disokong oleh Laeman Grup, tapi seiring berjalannya waktu sekarang Three Angels malah lebih besar daripada Laeman Grup. Gadis ini mempunyai wajah yang sangat sexy, dengan giginya yang kecil-kecil dan tertata rapi dan tatapannya yang tajam ditambah dengan pipinya yang chubby, tak heran jika ia sekarang terkenal menjadi seorang chef papan atas.

Angelina Christi. Gadis terakhir yang paling muda dari mereka bertiga. siapa sangka anak SMA satu ini sudah sangat terkenal dan kaya raya. walaupun masih sekolah, ia sudah mulai menghandle urusan di perusahaan yang ia pegang. umurnya baru 17 tahun, tapi pengalamannya memegang suatu perusahaan tidak diragukan lagi. hal ini karena dari kecil Christy suka sekali ikut ayahnya bekerja di perusahaan kecil miliknya yang menangani bidang jasa. Christy selalu meminta ikut ketika ayahnya ada rapat dengan klien. ia selalu memperhatikan apa yang dibahas oleh orang dewasa di sekitarnya, dari situ ia bisa belajar. dari umur 14 tahun Christy sudah mulai membantu urusan pekerjaan ayahnya di kantor.

awalnya grup ini hanyalah sebuah cafe dan restoran kecil yang didirikan oleh Laeman Group. ayah Briel yang sering melihat anaknya bereksperimen di dapur rumah ingin memfasilitasinya agar bakat dan hobinya tersebut lebih berkembang.

"Briel, masakan kamu hari ini enak banget." puji Ayah Briel, siang itu Briel memasak pad thai. sejenis mie goreng yang terkenal di Thailand. walaupun bumbu dan proses masaknya sederhana tapi apapun bahan masakan yang dipegang Briel pasti akan jadi masakan enak.

"makasih Ayah" ucap Briel sambil ikut menyuap pad thai ke mulutnya, Briel lebih sering memasak siang hari sepulang kuliah karena sore atau malam harinya digunakan untuk belajar dan ayahnya juga sering di rumah karena perusahaannya bisa di handle dari rumah

"Briel, kalau orang lain juga bisa ngerasain masakanmu ini juga gimana?" tanya ayah Briel

"wah Briel pasti seneng banget yah, selama ini yang makan masakan Briel kan paling cuma matthew, ayah, mamah, kak Dey sama Krispi doang." ucap Briel sambil membereskan piringnya.

"hmm, gimana kalo kamu ayah bikinin restoran?" Briel terkejut mendengar itu, bagaimana tidak. ia masih kuliah semester 3 dan ditawari sebuah restoran?

"hah?! serius yah? tapikan.."

"tapi?"

"tapikan Briel masih kuliah yah, takutnya kalo ga bisa handle dua-duanya." ayah Briel pun bangkit dan mendekati anaknya di wastafel untuk membantunya cuci piring.

"hahaha ya udah dipikir lagi dulu aja ya. ayah sebenernya juga pengen lihat orang lain kalau ngerasain masakanmu kayak gimana. lagian ini kan hobi kamu dari kecil, masak gamau orang lain tau juga?" bujuk ayah Briel, ia masih berpikir bagaimana cara menghandle dua hal dalam satu waktu, karena semester 3 di kuliahnya termasuk semester yang sangat sibuk dan ditambah harus menghandle sebuah restoran menjadikannya beban yang sangat berat.

***

pagi itu, seperti biasa Briel bersiap untuk berangkat kuliah karena ada kelas pagi. semester ini Briel sering mengambil kelas di pagi hari agar di siang hari ia bisa bersantai atau melakukan hobinya memasak.

"Ayah, Mamah. Briel berangkat dulu yaa. dadahh." pamit Briel kepada orang tuanya. ketika Briel baru saja keluar rumahnya tiba-tiba hp nya berbunyi.

"halo Briel, lo udah berangkat belom?" tanya orang di ujung telepon itu. Briel mengalihkan panggilannya menjadi loudspeaker agar ia bisa menerima telepon sambil memakai sepatu dan bersiap.

"belom kak, gimana?"

"nebeng dong plis."

"iya, aku otw sekarang ya?" jawab Briel sambil masuk kedalam mobilnya.

"hah? sekarang? haduh oke oke bentar yaa." orang itu mematikan teleponnya sepihak, dari percakapan tadi bisa terlihat jika orang yang berniat nebeng dengan Briel belum siap-siap sama sekali. hal itu terbukti ketika Briel sudah sampai di gerbang rumahnya dan orang tadi belum terlihat dari luar.

"hmm kebiasaan emang kak Dey, lama pasti nih." ucap Briel sambil mencoba menelepon Dey lagi.

"kak Dey aku udah di depan!" 

"iye iye bawel!" Briel langsung menutup teleponnya dan memilih untuk menunggu di dalam mobilnya. sudah 10 menit Briel menunggu di dalam mobil tapi Dey belum juga kelihatan batang hidungnya. karena sudah gregetan, Briel pun mematikan mesin mobilnya lalu turun berniat untuk menghampiri langsung ke dalam rumah Dey.

ketika Briel berniat mengetuk pintu rumah Dey tiba-tiba saja pintunya terbuka dan muncullah muka Dey yang tanpa Dosa dari balik pintu itu.

"untung belom gue ketok ni pintu, kak Dey bener-bener ya!" Dey hanya terkekeh, Dey lantas memakai sepatu lalu bergegas masuk ke mobil Briel disusul yang punya mobil.

"besok lagi kalo mau nebeng tu harus udah siap! lama banget heran." cibir Briel.

"yeee gue mah siap-siapnya cepet, lu aja dateng kecepetan."

"kan rumah kita cuma beda gang doang kak Dey hiiihhh." ucap Briel sambil mengepalkan tangannya ke arah Dey tapi orang yang nebeng itu malah cengengesan tak berdosa.

"udah cepet brangkat, telat lu tau rasa." ucap Dey. Briel hanya menghela nafasnya dan memilih untuk melajukan mobilnya menuju ke kampus daripada ia telat di jam pertama kuliah.

"kak Dey, kemaren ayahku nawarin mau bikinin resto gitu." Briel mencoba memecah keheningan di dalam mobil ditengah macetnya ibukota.

"bagus dong, tapikan kamu masih kuliah. gimana coba?'

"nah itu kak Dey, aku juga bingung. disisi lain aku pengen orang lain bisa makan masakanku tapi aku kan masih kuliah."

"hmm, gimana ya enaknya?" ucap Dey sambil memegang dagunya seolah ia berpikir. padahal ia sedari tadi hanya berpikir mau makan apa sampai di kampus.

"kalo aku mau minta tolong kak Dey boleh ga?" tanya Briel

"ha? apa nih?" 

"kak Dey ini kan mau lulus, tinggal wisuda aja. gimana kalo kak Dey yang nge handel bagian administrasi dan soal dapur aku yang handle?" Dey berpikir keras dengan tawaran itu, ia memang sedang senggang akhir-akhir ini karena sudah lulus dan belum berniat mencari pekerjaan. tujuan dia nebeng pagi hari ini ke kampus karena mengurus berkas untuk wisudanya. tapi Dey juga bingung, ia belum ada pengalaman untuk memegang sebuah restoran seperti itu

"tapi Briel, aku ga ada pengalaman loh." jawab Dey

"tapi kak Dey mau dulu apa ngga?" Dey berfikir lagi, kesempatan ini sangat sayang untuk dilewatkan. baru lulus sudah menghandle sebuah restoran walaupun belum ada pengalaman sama sekali, tapi kalau dia mau belajar apa yang tak mungkin?

"mau deh."

"beneran mau ya? Deal?" ucap Briel sambil mengulurkan tangannya pada Dey dan langsung disambut dengan pasti tanpa ragu-ragu oleh tangan Dey. 

"Deal!" jawab Dey dengan sangat yakin.

"tapi nanti aku coba ajak Krispi deh, barangkali dia mau bantuin juga hehe." sambungnya. mereka berdua tersenyum dengan terbentuknya kesepakatan ini, keinginan Briel agar orang lain bisa merasakan masakannya pun akhirnya terwujud. walaupun ini masih langkah awal dan banyak sekali rintangan yang akan mereka bertiga lalui kedepannya. siapa sangka suatu perusahaan besar ini berawal dari sebuah tawaran seorang ayah yang ingin hobi anaknya bisa dinikmati oleh banyak orang. perjuangan awal sebuah nama perusahaan yang nantinya akan terkenal di seluruh Indonesia.

avataravatar
Next chapter