5 #5

Pagi telah tiba dan diawali dengan sesuatu yang menyebalkan. Matahari di Hari Rabu ini entah kenapa sangat terang dan sanggup membangunkanku meski tertutup oleh tirai. Awan - awan di pagi hari sama sekali tidak ada dan itu menyebalkan.

Aku memutuskan untuk menuju ke kamar mandi. Setelah sampai di kamar mandi, aku melihat kedua mataku yang hampir bengkak akibat tangisanku beberapa jam yang lalu. Membuatku menggerutu kesal karena sekarang wajahku terlihat muram dan kusam.

Mau tidak mau, aku harus memperbaiki wajahku dan segera bersiap untuk sekolah. Aku memutuskan untuk memakai bedak bayi dan mengepang rambutku menjadi dua. Aku sedikit menambah foundation ke bawah mataku agar tidak terlihat mata hitamku dan juga agar mataku tidak terlihat bengkak. Di saat aku sudah siap, aku segera menyalakan laptop dan menuju aplikasi platform belajar daring sekolahku.

Sambil menunggu panggilan video dari guruku yang masih rapat, aku memutuskan untuk membuka grup line kelasku dan cukup kaget karena ternyata tadi malam semuanya nampak ribut. Suatu hal tidak biasa untuk anak - anak di kelasku yang terkenal sangat pendiam.

"Tadi malam pada bicarain apa sih? Rame banget tumben," ketikku di grup itu. Aku malas membaca dari awal sampai akhir karena jumlah pesan di grup itu hampir berjumlah 800 pesan.

Setelah dibaca oleh sekitar enam orang, seseorang akhirnya menjawabku. Dia adalah Raymond, seseorang yang selalu menjadi saingan berat Ashley.

"Ashley dah punya pacar. Pada sedih yang ngincer dia," ketik Raymond. Aku membelalakkan mata melihat seberapa cepat kabar itu beredar. Tapi setelah dipikir lagi, Ashley sangat terkenal dan tidak dapat dipungkiri wajahnya sangat cantik. Sehingga cukup masuk akal berita ini menyebar begitu cepat.

Di saat bersamaan, hatiku kembali terasa tidak enak karena teringat oleh kejadian beberapa jam yang lalu.

"Cepet banget nyebarnya. Dulu si Rena ditembak aja baru sebulan kedengeran. Giliran Ashley malah cuman sehari, " ketikku dan diakhiri oleh emoji tertawa. Beberapa temanku mengirim stiker tertawa karena setuju dengan ucapanku.

"Beuh... Itu kan karena Ashley terkenal. Ditambah lagi, susah meluluhkan hatinya tahu. Kamu tahu kan berapa banyak anak cowok udah nembak dia. Eh dia tolak," ketik Annie ditambah dengan emoji tertawa. Aku membalas Annie dengan emoji tertawa yang sama.

Tanpa kusadari, panggilan video dimulai oleh guru kami. Aku pun segera memasuki panggilan itu dan menunggu teman lain untuk bergabung. Setelah itu, pelajaran dimulai.

Seperti biasa, guru kami meminta 10 orang membuka kamera mereka selama pelajaran berlangsung. Tidak disangka, Ashley terpilih lagi.

Ashley membuka kamera dan segera setelahnya, nampaklah wajahnya yang imut dan cantik itu. Dia sepertinya sedang sangat bahagia. Dilihat dari ekspresinya masih sangat ceria dan aku tahu ini karena Tirano.

Melihat senyumnya, aku sadar bahwa senyum itu bukan untukku lagi. Hatiku terasa sesak lagi dan suhu udara di sekitarku menjadi sangat dingin. Aku berusaha menghela napas sebanyak mungkin agar air mataku tidak kembali turun. Walau hatiku masih sangat sakit, aku berusaha bertahan dalam dingin yang menyesakkan ini.

"Anak - anak, saya minta kalian semua berkelompok ya dalam mengerjakan tugas. Saya harap kalian mengumpulkannya tepat waktu sesuai yang assignment yang saya telah buat ya. Saa akhiri pertemuan kali ini," ucap guru kami sebelum akhirnya dia mengakhiri panggilan video itu.

Tanpa banyak waktu yang terbuang, Ashley dengan cepat mengirimku sebuah pesan. Aku segera melihat pesan itu dan menahan napas membacanya.

"Sekelompok sama aku dong, Hail," ketik Ashley dengan diakhiri oleh emoji memelas di akhir tulisannya. Hal itu membuat jantungku berdetak tidak karuan dan sanggup membuatku tidak bisa bernapas.

"Iya boleh," ketikku setelah beberapa detik mengembalikan diriku ke dunia nyata.

"Wih... Oke - oke. Aku telepon ya," ketik Ashley dan di saat itu juga, ponselku berdering nyaring. Aku pun mengangkatnya agar tidak mengganggu kakakku yang sedang tidur setelah menenangkanku tadi pagi karena sakit hati yang teramat sangat.

"Hai! Gimana kabar kamu akhir - akhir ini?" tanya Ashley dan sukses membuatku tersenyum - senyum sendiri. Ashley menjadi lebih manis saat dia memiliki seseorang untuk dicintai. Agar tidak membuat Ashley khawatir dan senyumnya hilang, aku pun menutupi kebenaran.

"Baik... Tenang aja. Gimana kabar kamu? Cie... yang kemarin ditembak," ucapku walau dengan sesak yang mendalam di hati.

"Aw... bisa aja sih kamu. Aku sama Tirano baik kok. Cuman kayaknya dia sibuk, jadi dia nggak ngabarin gitu. Entah kenapa aku khawatir dia kenapa - napa," ucap Ashley dengan nada sedikit sedih. Membuatku entah kenapa menjadi lebih sesak apalagi saat Ashley mengatakan bahwa dirinya khawatir dengan Tirano.

"Udah, nggak usah dipikirin. Kita harus kerja kelompok, beb," ucap Ashley dan akhir kalimat itu cukup membuat jantungku berhenti selama beberapa saat.

"Woi! Masih ada kehidupan di sini?!" tanya Ashley dengan suara keras dan berhasil mengembalikanku ke realita. Aku menggelengkan kepala dan segera menjawab Ashley.

"Ada kok beb," ucapku dan diakhiri dengan kekehan kecil dan jantung yang berdetak tidak karuan.

"Oke! Lanjut kerja kelompok!" ucap Ashley sebelum akhirnya menanyakan pelajaran yang sekarang kami kerjakan.

Aku dan Ashley berhasil mengerjakan tugas kelompok kami sebelum akhirnya tenggat waktu habis. Hal itu membuat kami lega karena dapat beristirahat lebih dulu. Namun setelah itu, Ashley sama sekali tidak berbicara denganku. Membuatku yakin bahwa dia mengobrol dengan Tirano.

Setelah itu, sekolah masih berlanjut dan pekerjaan kami makin menumpuk. Jam pelajaran terakhir pun berakhir dan di saat itulah udara segar kembali kuhirup.

Dari tadi, aku tidak membuka ponsel sama sekali. Sehingga kuputuskan untuk melihat - lihat instagram. Namun, pesan masuk dari line sangat banyak dan tidak terhitung jumlahnya. Aku yang penasaran, segera membuka aplikasi line tersebut.

Setelah aku membuka line, aku mendapati pesan yang hampir berjumlah 50 pesan itu berasal dari Ashley. Aku tanpa pikir panjang langsung membuka akun Ashley dan membaca pesannya.

Kebanyakan pesan Ashley bertuliskan huruf 'p'. Namun, ada satu pesan yang membuat jantungku berhenti dan suhu ruanganku terasa dingin.

"Hail, aku khawatir banget sama Tirano. Dia nggak ngebales pesan aku dan cuman ngirim alamat gitu. Aku kabur dari rumah, Hail. Jadi aku minta tolong, kamu juga ke sini dan jangan biarin aku sendiri. Aku takut banget. Aku takut Tirano kenapa - napa. Kumohon datang ya...," begitulah kiranya pesan yang Ashley kirim. Tepat di bawah pesan itu, ada sebuah aplikasi peta dan itu menunjukkan suatu lokasi.

Tanpa pikir panjang, aku berlari dari lantai atas ke lantai bawah. Bukan, lebih tepatnya melompat. Aku segera mengambil jaket hitamku dan berlari keluar rumah dengan ponsel di genggamanku.

Aku harus mencari Ashley. Sampai dia kenapa - napa, aku tidak tahu lagi apa yang bisa kulakukan demi hidup.

avataravatar
Next chapter