3 #3

Matahari menyambutku dengan terang bahagia beserta alunan angin yang meniup tirai jendelaku. Di awal bulan seperti ini, ternyata pagi telah menyambutku dengan sesuatu yang menyenangkan dan menenangkan. Membuatku semakin bersemangat menjalani hari.

Hari ini adalah Hari Sabtu dan tepat di saat aku mengajar untuk pertama kali. Jantungku sedari tadi berdetak kencang saking gugupnya. Aku belum pernah mengajar layaknya guru sekolah sebelumnya.

Aku segera bersiap dengan mengikat rambutku dahulu dan mempercantiknya dengan jepitan bunga. Lalu aku memakai kemeja putih klasik dan mulai berdandan. Setelah bersiap, aku segera membuka aplikasi kirim pesan dan menunggu Ashley.

"Ratu Hailey sudah bangun?" ketik Ashley bersamaan dengan stiker dirinya yang menguap. Aku tersenyum melihat kelakuan Ashley dan segera mengetik balasan.

"Sudah, Ratu Ashley. Apakah yang lain ikut?" ketikku.

Perlu waktu lama agar Ashley menjawab. Sepertinya aku menanyakan pertanyaan yang salah padanya. Namun sebelum aku sempat mengetik, Ashley mengirim balasannya.

"Cuma kita berdua. Sepertinya mereka tidak ingin mengajar," ketik Ashley. Setiap kata yang Ashley ketik seperti terasa menyesakkan. Aku memutuskan mengetik kata - kata semangat.

"Oke! Tidak apa - apa. Ayo mulai aja kelasnya," ketikku sebelum diakhiri oleh emoji tersenyum.

"Oke. Sebentar ya, bagindong," ketika Ashley bersamaan dengan emoji tertawa. Aku pun membalas pesan itu dengan emoji yang sama.

Ashley pun mengirim sebuah tautan untuk menuju ke panggilan video di zoom. Aku segera memasuki tautan tersebut dan tibalah aku di panggilan video zoom. Ashley tampak menunggu dengan sabar sambil memainkan ponselnya.

"Aku mau undang anak - anak didik kita dulu," kata Ashley padaku. Dijawab oleh emoji jempol olehku.

Lalu setelah beberapa lama menunggu, akhirnya para anak didik kami berkumpul juga. Anak - anak ini didominasi oleh kaum laki - laki ketimbang kaum perempuan. Hal itu tentu mengejutkan kami mengetahui sebagian besar laki - laki memiliki sifat pemalas.

Namun ketika aku melihat Ashley, aku memutar bola mataku. Sepertinya jawabannya sudah ada sejak awal. Melihat beberapa laki - laki menatap Ashley dengan tatapan ganjil.

Aku menatap Ashley dan dengan reflek memutar bola mataku sekali lagi. Laki - laki ini ternyata hanya terpesona dengan Ashley.

Sesi aku mengajar pun tiba, dan aku yakin mereka tidak menatap ke tampilan layar yang kubagikan. Ketika aku melirik mereka, ada beberapa selalu menatap ke arah pojok layar. Beberapa bahkan mengambil foto namun bukan ke arah layarnya.

"Ehem... Ini mau PDKT, stalking, atau belajar?" ucapku di saat semua anak laki - laki mulai tidak fokus memerhatikanku. Melihat reaksi mereka yang gelagapan, sukses membuat para kaum perempuan terkekeh.

"Kalau PDKT di luar kelas daring ya, anak - anak sekalian. Nanti dihukum bu guru galak lho. Tan atit," ucap Ashley dengan nada dan wajah imutnya. Membuatku ikut gelagapan seperti para anak -anak laki - laki. Namun aku dengan menormalkan wajahku kembali.

"Iya bu gulu," ucap para anak laki - laki dengan tampang imut yang sengaja dibuat - buat. Hal itu sukses membuat para anak perempuan yang mengikuti kelas daring itu tersenyum - senyum sendiri saking imutnya wajah para anak laki - laki itu. Aku memutar bola mata sekali lagi melihat keadaan kelas daring ini. Seperti sesi mencari jodoh.

"Oke, lanjut pelajaran yak," ucapku dan dibalas oleh keluhan semua anak laki - laki dan helaan napas beberapa anak perempuan. Membuatku harus menghela napas berusaha sabar dengan mereka semua. Sepertinya di sini pula aku belajar menghargai guruku nanti di sekolah.

Setelah selesai penjelasan pelajaran, aku pun menghentikan pembagian layar dan segera menuju ke sesi selanjutnya yang adalah sesi tanya jawab.

"Ada yang mau bertanya?" tanyaku pada semua orang di pertemuan itu. Namun hening yang panjang dan canggung mulai terjadi.

Tiba - tiba, seorang laki - laki membuka mikrofon miliknya. Anak laki - laki itu tersenyum jahil dan nampaknya menahan tawa. Tidak disangka dia adalah Tirano.

"Akun media sosial Bu Keith apa ya?" tanya Tirano sebelum terkekeh kecil dan diikuti dengan gelak tawa semua peserta zoom. Aku menepuk dahiku melihat pergerakannya untuk memenangkan pertempuran ini.

Aku dengan reflek melihat Ashley. Awalnya kukira dia hanya tertawa seperti yang lain. Namun yang kulihat saat ini hanya dirinya yang tersenyum dengan ekspresi tersipu.

"Ash_keith_ adalah akun instagramku. Sekarang, tanya yang berkaitan soal pelajaran tadi ya. Kita serius sekarang. Oke anak - anak? " ucap Ashley dan dijawab kompak oleh semua anak laki - laki dari panggilan video itu.

Setelah sesi itu, semua anak - anak segera mengerjakan latihan soal yang kuberikan. Tiba - tiba, sebuah pesan masuk datang dari ponselku. Aku pun segera melihat darimana pesan itu berasal.

"Tirano di mataku agak menarik gimana gitu ya. Aku jadi penasaran sama dia," ketik Ashley dengan emoji dua mata berbentuk hati. Membuat hatiku sedikit terasa aneh.

"Cie... Cinta pada pandangan pertama ternyata. Semoga sukses yak, " ketikku sebelum diakhiri dengan stiker seorang wanita mengatakan "Cieee."

"Ish... Udah ngomong ke sana aja si cecan. Paling nanti cuman temen," ketik Ashley diakhiri dengan emoji orang menangis. Sebelum aku sempat mengetikkan kata - kata semangat, Ashley sudah mengetik lebih dahulu.

"Tapi si Tirano tadi ngirim pesan gitu. Gilak! Kayaknya aku baper deh sekarang. Dilihat dari kata - katanya, dia humble gimana gitu," ketik Ashley lagi - lagi dengan emoji dua mata berbentuk hati. Di saat itu aku rasa hatiku sudah tidak baik - baik saja.

"Tanda - tanda PDKT tuh anak. Selamat! Anda mendapatkan seorang calon" ketikku diakhiri dengan dua orang meniup terompet. Pesan yang cukup singkat. Namun sukses membuat tanganku gemetar.

"Aduh... Kayaknya dia calonku deh. Semoga lanjut deh hubungannya," ketik Ashley dan berakhirlah percakapan kami.

Kelas daring pun selesai. Akhirnya zoom hanya tersisa aku dan Ashley yang tersenyum - senyum sendiri sambil menatap ponselnya. Aku pun membuka mikrofon untuk menggoda Ashley.

"Cie... Sama siapa itu?" ucapku sebelum tersenyum palsu. Perasaanku masih tidak enak dan hatiku entah kenapa terasa sakit.

"Ama si calon bebeb lah. Hahahahaha!" ucap Ashley dengan tawa yang kencang. Sepertinya ini hari yang baik baginya.

" Ididih... Si ibu seneng banget," lanjutku menggoda Ashley yang masih tersenyum - senyum sendiri.

"Hehehe... Kita udahan ya. Aku ada kerjaan lain. Bye Hail!" ucap Ashley sebelum mengakhiri panggilan video kami.

Aku menatap langit - langit kamarku dan menghela napas. Bisa terdengar dengan jelas suaraku gemetar. Tiba - tiba, air mata yang tidak kuinginkan mengalir dengan sendirinya.

Aku menghapusnya dengan cepat dan berusaha menarik napas lalu membuangnya beberapa kali.

Namun hal kulakukan tidak ada gunanya. Aku tetap berakhir sesenggukan dan berantakan.

avataravatar
Next chapter