webnovel

HARI SEBELUM MALAPETAKA

Semuanya memiliki awal dan akhir, baik itu kehidupan, karir, dan lain lain, semuanya memiliki akhir, begitu pula dengan pertemuan, pasti ada perpisahan.

Dunia memiliki sisi yang berbeda ada sisi yang gelap dan ada sisi yang putih, bagaikan manusia itu sendiri yang menempati dunia ini, mereka memiliki sisi gelap,dan sisi putih.

Dunia ini sudah tidak layak untuk dihuni, jika kau berpikir kenapa, mungkin karena semua negara berlomba dalam meningkatkan  atau membuat teknologi, belum lagi banyaknya perang, pembunuhan, dan terjadinya disintegrasi di sebuah negara yang membuat negara itu hancur baik dari luar, maupun dari dalam.

Sekarang teknologi sudah meningkat pesat, diantaranya di temukan sebuah energi yang dapat membuat umat manusia bisa menjalani kehidupan dengan mudah, umat manusia tidak lagi menggunakan bahan bakar seperti Gas alam, batu bara, dan lain-lain, kini mereka sudah menciptakan sesuatu yang tidak menggunakan alat sumber daya tersebut.

Tidak ada lagi eksploitasi yang dapat menyebabkan alam menjadi rusak, tidak ada lagi penambangan, dan lain lain yang membuat alam menjadi rusak. Sungguh sesuatu yang sangat indah bila terjadi.

Tempat yang indah untuk hidup, namun karena itulah hanya sebagian kecil negara yang memiliki keadaan alam tersebut, diantaranya negaranya yang tidak mengembangkan senjata, dan hanya menggunakan teknologi dengan bijak.

***

Setiap orang tua ingin anaknya menjadi sukses, begitu juga dengan orang tua Keyran Rin, tetapi rin ingin menjadi sukses dengan caranya sendiri, karena itulah ketika ia memiliki waktu luang ia akan menggunakannya untuk bermain, bukan untuk belajar.

Itulah persyaratan yang diajukan rin kepada kedua orang tuanya. Selalu mendapatkan nilai di atas rata-rata, dipercaya, baik, tetapi jarang bersosialisasi, yang akhirnya membuat rin hanya bersahabat dengan beberapa orang saja.

Saat ini tengah jam istirahat, hanya sebagian siswa/siswi yang ada di kelas, duduk paling belakang, baris ke 2 dari ujung kiri, Rin sedang melamun sembari menahan dagunya dengan lengan kanan.

1 kursi di seret dari bangku lain, lalu satu orang duduk di kursi yang diseret nya, dan yang satunya lagi duduk di samping kanan rin. Mereka adalah sahabat rin yang sudah kenal sejak pertama masuk SMP, kedua sahabatnya itu membawa makanan, mereka memakannya di samping rin, yang satu memakan roti, dan yang satunya lagi memakan keripik.

Cara mereka makan menimbulkan suara *ceplak* terus menerus sampai salah satu sahabatnya menawarkan makanan miliknya kepada rin.

"apa kau mau rin? "

Tidak mau kalah dengannya, salah satu sahabat yang lainnya menawarkan makanannya sambil mulutnya penuh roti.

"Kwau mwau rwin? "ketika ia bicara roti yang berukuran kecil dan berlumuran air liur menyembur keluar, tidak satu, tetapi banyak,potongan roti

itu menempel pada meja yang di duduki rin, setelah menempel terlihat basah, itu adalah air liur yang ikut menyembur keluar dari mulut sahabatnya.

Rin berdiri dari tempat duduknya, lalu berkata.

"Silahkan makan yang tenang! ".

Setelah itu ia pergi meninggalkan mereka berdua, kedua sahabatnya itu masih melanjutkan makan-makannya, dengan kebingungan mereka berdua saling menatap satu sama lain, lalu orang yang memakan roti bbicara dengan mulut penuh roti.

"apwa kwau twau pwenywebwab dwia pergi? "

Lagi-lagi potongan kecil roti itu menyembur disertai air liur, dan mengenai wajah orang di depannya, orang itu bernama reika, reika lalu berdiri dan membanting plastik yang sudah kosong ke meja sambil berteriak *ahhhh", tidak peduli dengan reika, sahabatnya melanjutkan makan roti yang masih banyak, sahabatnya itu bernama heri. Tanpa di sadari reika sudah tidak berada di ruang kelas, dan hanya ada heri, dan beberapa teman sekelas lain.

***

Berjalan di Koridor dengan wajah penuh air liur dan beberapa potongan kecil roti, reika sedang menuju ke toilet. Berjalan dengan dengan tergesa-gesa, saat di tengah jalan ketika tergesa-gesa menuju toilet, reika melihat rin sedang bersandar, ia berhenti tepat di depan rin, ketika rin membuka mulutnya dan ingin berkata reika lebih dulu menghentikannya.

"Sudah jangan dikatakan! "

"... "

Rin tidak membalas perkataannya, tetapi ia mengangguk secara perlahan Setelah itu reika mengajukan ajakan kepada rin.

"jika kau ingin ke toilet kau bisa bersamaku! "

"ahh.. Aku juga mau ke toilet, mau membersihkan air liur siluman! "

"kenapa kau menganggapnya begitu? "

"entahlah mungkin karena baunya yang tidak tertahankan! "

"hahahahahaha.... Kau  jahat sekali padahal dia itu sudah menjadi sahabatmu! "

Reika tertawa mendengar ucapan rin, rin hanya diam tanpa berbicara apapun, lalu reika bertanya lagi.

"Jika ingin pergi sekaranglah waktunya! "

"ah... Benar hampir saja lupa"

"kuy... Cabut! "

Rin menatap tajam reika, lalu bertanya.

"apa yang ingin kau cabut? "

Reika membalasnya dengan sedikit emosi.

"bukan itu maksudnya t*lol?!maksudnya itu ayo pergi! "

Rin mengangguk dan mengeluarkan suara *ohh*.lalu mereka berdua pun pergi.

***

Bel berbunyi menandakan waktu pulang, tepat pukul 14: 10 banyak siswa yang pulang dan ada juga masih di sekolah dengan alasan tertentu, tetapi rin memilih untuk segera pulang ke rumah.

Setelah pulang sekolah biasanya rin menunggu adiknya Elein, yang satu sekolah dengannya di depan gerbang sekolah, tidak lama menunggu adiknya datang menghampiri rin, saat itu juga rin langsung berdiri dan menatap Elein.

"Kenapa kau kau menungguku kak? "

Tanya Elein kepada kakaknya rin, rin berdiam sebentar membelakangi Elein lalu pergi meninggalkannya, tidak puas karena belum mendengar jawaban dari rin, Elein mengejarnya lalu setelah terkejar ia kembali bertanya lagi.

"Oii... Ada apa denganmu kak? "

Mereka berdua berhenti, rin Lagi-lagi tidak menjawab pertanyaan elein, lalu setelah bersama sekitar 10 detik rin menjawab pertanyaannya dengan raut wajah marah.

"Bisakah kau tidak menggangguku? "

Elein semakin kebingungan, ia bertanya lagi.

"ada apa denganmu kak? "

Tiba-tiba rin terjatuh dengan posisi lutut sebagai tumpuan, dan tangan memegang pperu. Elein yang khawatir mencoba mengkonfirmasi keadaan kakaknya rin.

"kak! Kau baik-baik saja? "

Rin menjawab pertanyaan Elein dengan terbata-bata dan wajah di penuhi keringat.

"Te-tentu saja -ti-tidak! "

"apa jangan-jangan kau kebelet BAB? "

Saat Elein menanyakan hal itu raut wajahnya datar  seperti (-_-),Elein hanya melihat rin dari atas saja, melihatnya dengan raut wajah (-_-), lalu Elein pergi meninggalkan rin.

"Tunggu jangan tinggalkan aku! "

Rin menarik pergelangan tangan elein, dengan wajah di penuhi keringat, mata terbuka lebar, dan napas tidak beraturan, elein mencoba melepaskan tangannya sambil berteriak.

"LEPASKAN AKU AKU, DASAR KAKAK BODOH! "

Rin masih memegang tangan elein dengan erat.

"KAU HARUS MENEMANIKU ELEIN, SETIDAKNYA KAU HARUS MENUNGGU SAMPAI AKU SELESAI BAB! "

"LEPASKAN TANGANKU KAK! ITU URUSAN MU SENDIRI KAU TIDAK PUNYA HAK UNTUK MENYERETNYA! "

"KUMOHON!!!!!! "

Percakapan mereka yang berisik membuat mereka menarik perhatian disekeliling mereka, lalu elein meninggalkan rin sendirian.

Sejak hari itu rin mendapatkan aib, karena saat bangun ada sesuatu yang terjatuh tepat dibawah lubang celananya, benda itu berwarna kuning kecoklatan, dan ukurannya tidak terlalu besar, benar itu adalah t*i.

Menjadi bahan ejekan setiap harinya, di jadikan lelucon, itulah keseharian rin yang baru.

***

"Jadi, bagaimana hal itu bisa terjadi? "

Ibu elein, dan rin bertanya tentang kejadian tersebut. Saat ini rin, dan elein sedang duduk bersampingan, dan di depan mereka, ada ibunya.

"kalau soal ini tanyakan saja pada rin, bu! "

Ujar elein, lalu ibunya melihat kepada rin, dan bertanya lagi sambil menahan tawa.

"A-apa...pfftya-yang...ha...terjadi rin?.... Pfft"

Rin membalas pertanyaan ibunya dengan suara lemas.

"dari cara bicara ibu, ibu sudah pasti taukan apa yang terjadi! "

Seketika elein, dan ibunya tertawa, tertawa, dan tertawa.

"HAHAHAHAHAHAHA! "

"HAHAHAHA! "

Rin yang mendengar tawaan mereka tidak tahan lagi dan berniat meninggalkan mereka rin berdiri, tetapi ibunya menghentikannya dan berkata dengan lembut.

"memangnya kenapa bisa itu sampai tidak ada sinyal? "

Rin kembali duduk di samping elein, saat itu juga elein menatap rin. Sebelum rin berbicara ia menghela napas *hahh*.

"Kalau tidak salah kemarin malam, rin makan sesuatu yang sungguh terlalu pedas, aaaa.... Apa ya? "

"Ya iyalah, orang kaka jarang makan makanan pedas, kan kaka suka makanan manis! "

Ujar elein, rin terlihat seperti orang yang sedang mikir, ia menundukkan kepalanya dan pikirannya entah kemana.

"Rin! Rin! "

Ibunya memanggil nama rin, karena ketika menunduk ia tidak berbicara maupun bergerak, akhirnya rin kembali lagi posisinya seperti biasa.

"Apa  kau tidur rin?" tanya ibunya.

"Ahh... Tidak kok! " jawab rin  sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"sudahlah... Pergi sana tidur, kau juga elein! "

Ibunya memerintahkan mereka berdua untuk tidur, mereka berdua rin, dan elein beranjak dari tempat duduk lalu secara bersamaan berkata *baik*.

***

Angin berhembus kencang menerbangkan dedaunan yang sudah mau terjatuh dari pohon berterbangan, begitu juga dengan rambut rin yang sudah tersisir rapih, menjadi acak-acakan.

Rin berjalan memasuki gerbang, perhatian kebanyakan  orang tertuju padanya, apakah mungkin karena kejadian kemarin? Begitulah pikir rin.

Setelah beberapa menit berjalan, ia sampai didepan pintu ruangan kelasnya, terdengar suara samar-samar, ketika ia memasuki ruangan tiba-tiba suasana menjadi hening, pandangan tertuju kepada rin, tetapi rin tidak memperdulikannya ia hanya berjalan dengan biasa menuju bangkunya.

Setelah rin duduk di kursinya seseorang yang ia kenal menghampirinya, ia adalah Raffi, raffi menyapa rin sambil mengangkat tangannya setara dengan pundaknya.

"Yo! Rin."

"... "

Rin tidak menjawab sapaan raffi, raffi duduk di depan rin lalu mulai berbicara dengan rin.

"Apa kau baik-baik saja rin? "

"baik apanya? "

"Mentalmu! "

"Tenang saja! Jika ada yang membicarakan akan ku bungkam mulutnya saat itu juga! "

"Heh... Begitu ya! "

Rin tidak menjawab, tetapi ia mengangguk sembari mengeluarkan suara *hmmmm*.

"tetapi jika begitu akan gawat lho! Soalnyakan kau bisa masuk ruang BK! "

"Karena itulah aku akan membungkam mulutnya, sampai ia tidak mau melaporkannya ke BK! "

"Aaaahhh.... Terserah kau saja, yang lebih penting lagi, apa kau ada acara? "

"Kapan? "

"akhir pekan minggu ini! "

"apa yang kau rencanakan raffi? "

"ahahaha... Tidak usah curiga begitu, toh kita akan bermain, jarang sekali lho kita bermain, apalagi sebentar lagi mau lulus! "

"Memang benar apa yang kau katakan! Tetapi apakah baik-baik saja bila tidak mempersiapkan diri untuk Ujian Nasional! "

"Soal itukan bisa dilakukan  nanti! Itu lhoo.. Apa ya... Refresing! "

"refresing ya? Kemana tempat tujuan kita! "

"Kalau itu nanti di pikirkan karena belum ada yang mau ikut! "

"hah... Baiklah hubungi aku nanti! "

"benar! "

"Ya benar! "

Raffi mengangkat tangannya dan mengeluarkan suara *ya... Hooo*, seketika semua siswa-siswi di seluruh kelas memandangi raffi.

***

Di dunia ini banyak hal yang belum diketahui, misalnya keberadaan Ras lain selain Ras manusia, atau misteri segitiga bermuda, dan masih banyak lagi.

Sekarang tahun 2053,bulan Februari, di sebuah negara, di sebuah kota bernama Bandung, keadaanya berbeda dari tahun 2020,sejak saat itu ditemukan berbagai macam penemuan.

Dimulai dari bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, sampai alat untuk teleportasi, tetapi alat teleportasi tersebut hanya dapat digunakan  untuk barang saja, tidak dengan manusia, jika manusia yang memakainya makan manusia itu akan menjadi abu, dan keberadaannya menghilang dari dunia.

Banyak kendaraan yang berlalu lalang, jika kau pikir di tahun sekarang kendaraan akan mengapung kau salah, sebab belum ada seorangpun yang dapat menciptakan teknologi tersebut.

Adrian reika sedang berjalan jalan di hari sabtu yang cerah ini, ketika berjalan tiba-tiba ketika berjalan di sebuah trotoar ia menghentikan langkah kakinya, karena di depannya ada seorang gadis berpostur tubuh anak SD kelas 4,gadis itu memakai gaun berwarna putih dengan garis-garis berwarna biru.

Tidak hanya itu ia memakai  topi jerami yang membuatnya terhindar dari radiasi sinar matahari, gadis itu berbeda dari anak yang lainnya, yaitu rambutnya yang berwarna merah darah,dan panjang sampai hampir menyentuh tanah, dan membuat telinganya tertutup rambutnya.

Gadis itu berjalan ke arah reika, ia menatap gadis itu dengan tajam, di belakang gadis itu muncul 2 orang lelaki yang bertubuh besar dan memakai baju serba hitam, gadis itu langsung melihat ke belakang, ia mengeluarkan keluhannya *TCH* lalu pergi menuju gang yang berada diantara bangunan.

Dua orang lelaki itu juga mengikuti gadis dengan warna rambut aneh tadi, reika khawatir dengan gadis itu, ia ragu apakah harus menyelamatkannya atau menelepon polisi, jika menelepon polisi mungkin ia tidak punya waktu karena polisi harus datang dulu ke lokasi kejadian, setelah lama berpikir akhirnya reika memutuskan untuk mengejar gadis itu.

Memasuki gang yang gelap diantara 2 bagunan yang besar, reika berjalan dengan penuh Hati-hati sambil melihat ke sekelilingnya. Setelah berjalan cukup lama ia sampai di pertigaan gang, ia bingung harus memilih jalan yang mana, tiba-tiba saat ia sedang memikirkan langsung selanjutnya, terdengar suara *grusuuk* suara itu muncul dari sebuah tong sampah yang besar.

Setelah beberapa menit penutup dari sampah itu terbuka, lalu muncullah gadis yang reika cari tadi, ia keluar dari tempat sampah, setelah itu membersihkan gaunnya yang berwarna putih.

"ahhhh... Kan jadi kotor, dasar b*****n! "

Keluh gadis itu sambil membersihkan gaunnya, reika mendekatinya lalu bertanya kepada gadis itu.

"nah! Apa kau baik-baik saja? "

Gadis itu melihat ke arah reika, lalu menjawab pertanyaan reika.

"tentu saja! "

Gadis itu membuka topi jerami yang ia gunakan, lalu memberi pertanyaan kepada reika.

"Untuk apa kau datang kesini? Atau jangan-jangan kau mengkhawatirkanku? "

"... "

Reika tidak menjawab apa-apa, ia hanya diam dengan menatap gadis itu, keringat membasahi wajahnya, jantungnya berdetak kencang, ia tidak bisa bergerak, begitu juga bicara melihat sosok asli dari gadis itu.

Bola matanya yang bentuknya berbeda dari manusia pada umumnya, dan berwarna merah, begitu juga dengan telinganya yang runcing. Gadis itu mendekati reika, seketika itu juga reika terjatuh ke tanah, kini gadis itu berada tepat di depan reika, gadis itu membuka sedikit mulutnya, terlihat gigi taringnya yang sedikit runcing dari kebanyakan manusia.

Mulutnya mendekat ke arah telinga reika, gadis itu lalu berkata.

"apa kau pedofil? "

*eh*seketika itu juga reika merasa dibodohi, lalu gadis menjauhi reika dan bersiri lagi, begitu juga dengan reika, ia berdiri lalu membersihkan celananya yang kotor.

Lalu gadis itu memberi nasihat kepada reika.

"Sebaiknya kau jangan bermain ke tempat gelap seperti ini! Atau kau ingin mati? Terserah kau saja yang terpenting kau tidak usah menjebloskan dirimu didalam dunia yang penuh darah ini! "

"Ta-tapi... "

Perkataan reika dihentikan oleh gadis itu dengan melihat tajam reika, lalu gadis membelakangi reika dan menghentakkan kakinya ketanah, seketika itu juga gadis itu seperti terbang, ia naik menuju atas gedung sampai tak terlihat lagi oleh reika.

***

Melompat dari satu atap gedung ke atap gedung lainnya dengan kecepatan diluar kemampuan manusia, lalu berhenti di salah satu atap gedung. Dari atas ia melihat 2 orang bertubuh besar yang sedang menoleh kesana-kemari seperti memastikan keadaan atau mencari sesuatu.

"ah... Waduh topiku mana? "ujar Shira sambil memegang kepalanya kemudian melihat kebelakang.

Seorang vampir bertubuh seperti bocah SD kls 4,seorang leluhur Ke-2, saat ini ia sedang keliling kota namun ia di buru oleh 2 orang pria bertubuh besar tadi. Ia bernama Shira Rhisya.

Sekarang Shira sedang melihat kedua orang yang memburunya dari atap sebuah gedung, ia melihat kedua pria yang bertubuh besar itu sepertinya sedang membicarakan sesuatu dengan panjang lebar, setelah beberapa saat Shira memutuskan untuk melompat dari atas atap gedung.

Setelah sampai di bawah, tanah yang menjadi pijakan nya retak dan mengeluarkan suara *brakk*, kedua pria yang bertubuh besar itu melihat ke arah suara, salah satu dari mereka bicara.

"lihatkan! Kita tidak perlu mencari dia, dia juga akan muncul dihadapan kita! "

Shira hanya diam saja memerhatikan kondisi saat ini, disaat Shira sedang berpikir untuk langkah dia selanjutnya salah satu lagi dari pria bertubuh besar itu meledek Shira.

"Benar! Dia memang bodoh! "

Kedua pria itu bertubuh besar itu melakukan kuda-kuda, Shira menyadarinya, tetapi hanya diam saja tak bergeming, pria yang di sebelah kiri tiba-tiba melempar sebuah pisau tepat ke arah mata Shira, sebelum menancap ke mata sebelah kanan Shira, pisau itu berhenti didepan mata Shira, alasannya mudah karena Shira menghentikan pisau itu tepat sebelum menancap ke matanya dengan kedua jarinya, yaitu jari telunjuk dan jari tengah.

Ketika melihat jarinya Shira mengamatinya dengan serius, karena terdapat sebuah luka goresan kecil dan anehnya lagi luka itu tidak tertutup, padahal Ras vampir memiliki regenerasi yang cukup cepat.

Shira kembali memfokuskan pandangannya ke dua pria bertubuh besar itu, setelah salah satu  pria yang kiri melempar pisau, temannya yang ada di kanan berlari menuju arah Shira.

Pria itu mengeluarkan sebuah belati berwarna silver yang tajam, saking tajamnya warna mengkilat, pria itu mengeluarkannya dari kantong belakang, ia melancarkan serangan secara teratur ke shira, tetapi Shira dapat menghindarinya dengan mudah, setiap ayunan, tusukan, bisa dihindari dengan mudah.

Pria bertubuh besar yang tadi menyerang Shira melompat ke belakang, setelah bersama kembali dengan rekannya kedua pria itu saling memberikan kode untuk membunuh shira.

Pria yang tadi menyerang Shira kini bersiap dengan sebuah kuda-kudanya, begitu juga temannya yang mengeluarkan banyak sekali pisau, Shira juga melakukan kuda-kudanya sendiri, ia merapatkan jari-jari tangannya, dan berujar.

"Sudah waktunya untuk diakhiri kan? "

Kedua pria itu tidak memperdulikan apa yang dikatakan Shira, salah satu pria itu menerjang ke depan ke arah Shira, dan satunya lagi memegang banyak pisau di setiap sela-sela jadinya, sebelum mencapai Shira pria itu melompat ke atas dan melakukan serangan dari atas dengan cara serangan beruntung, dan yang satunya lagi melemparkan pisau ke arah Shira.

Semua serangan dan pisau dapat dihindari Shira dengan mudah karena gerakannya yang gesit, sesaat selagi menghindar Shira mengajarkan penghinaan kepada musuhnya.

"Apa-apaan ini? Apa kau sebut ini gaya bertarung! Aku ini leluhur kedua, membunuhku tidak akan mudah! "

Kedua musuhnya itu semakin marah dan terus melakukan serangan bertubi-tubi, tetapi lagi-lagi serangannya dapat dihindari dengan mudah. Meresa bosan dengan ini Shira melakukan serangan sesaat setelah orang yang menyerangnya mundur dengan cara melompat ke belakang Shira sudah melewatinya.

Orang itu melihat kebelakang dia berujar.

"k-kau... "

Perkataannya terhenti karena melihat ada darah yang terapung diudara, setelah beberapa detik pria yang dibelakang Shira menjerit kesakitan *arghhh*dikarenakan tangannya sudah putus dan bagian yang putus itu terjatuh di tanah, Shira tertawa lalu mengatakan sesuatu pada pria di belakangnya.

"Hahahahaha... Sekarang temanmu juga akan mati! "

Setelah itu Shira merapatkan jari-jari tangannya dan melakukan serangan secara horizontal Ke arah lehernya, alhasil kepalanya terpenggal dan mengapung di udara, darah menyembur keluar membasahi tanah, dan juga gaun Shira.

"Dasar Monster! "

Ucap teman dari pria yang sudah di bunuh shira, pria itu ketakutan sampai terjatuh ke tanah, matanya terbuka lebar, keringat keluar banyak, sama seperti yang dirasakan reika ketika pertama kali bertemu Shira.

Shira berjalan mendekati satu lagi pria yang terjatuh di tanah, pria itu mundur kebelakang secara perlahan, tetapi percuma saja pria itu tidak bisa kabur karena kematian berada di depan matanya. Gerakan pria itu terhenti ketika ia membelakangi tembok, pria itu memohon kepada Shira untuk tidak membunuhnya.

"KUMOHON JANGAN BUNUH AKU! "

Shira mendekati pria itu sama halnya ketika mendekati Reika, ia lalu membisikkan sesuatu ke telinganya.

"Tenang saja! Tidak akan sakit, akan berlangsung sekejap! "

Tiba-tiba pria mengeluarkan rintihan *gu* saat itu juga tangan kanan Shira menembus keluar dada pria itu yang menyebabkan jantungnya hancur, setelah itu Shira mencabut lengan kanannya, pria itu sudah tewas, Shira menendang kepala pria yang tewas itu dengan kaki kirinya dan membuat kepalanya terlempar ke kanan.

"Merepotkan saja! "keluh Shira.

Shira membersihkan darah yang ada di tangan kanannya, ia mengelap dengan menggunakan kain dari baju orang yang di butuhnya tadi, ketika selesai mengelap tangan kanannya Shira masih menemukan beberapa tetes darah di jari telunjuknya.

"apakah ini karena pisau tadi? "pikir Shira.

Shira memutuskan untuk mengambil pisau yang tadi di lemparkan salah satu pria tadi, letaknya tidaklah jauh, Shira berjalan menghampiri pisau itu lalu mengambilnya, setelah mengambilnya Shira berjalan ke sebuah tembok yang pendek, tembok itu dijadikan tempat duduknya.

Shira mencoba melukai jari telunjuknya tadi yang terdapat luka, ia membuat sebuah goresan kecil yang menyilang dari lukanya, setelah beberapa saat darah keluar dengan skala kecil.

Luka itu juga tidak menutup, Shira memperhatikan luka itu dengan serius, lalu mengalihkan pandangannya ke pisau yang dipakai untuk melukai jari telunjuknya, jika dilihat memang tidak ada yang aneh dengan pisau yang dipakai kedua pria dengan niat membunuh Shira, tetapi entah mengapa luka yang dihasilkan dari senjata kedua pria tidak menutup dengan rapi.

Tiba-tiba terdengar suara teriakan *Nyonya Shira!*shira langsung melihat ke arah suara, ia melihat seorang pria dengan tubuh yang ideal, dan memakai baju berwarna putih dengan celana berwarna putih juga, dan di bajunya terdapat garis berwarna merah menyilang.

"Apa yang anda lakukan disini? Dan juga apa ini? "

Tanya pria itu sambil menghampiri shira, Shira lalu membalas pertanyaannya.

"Niatku cuman mau jalan-jalan, tetapi mereka memburuku, apa kau tau siapa mereka? "

"Entahlah! "jawab pelayannya Shira.

Jika memang benar ada sebuah Oraganisasi yang mengincar shira, berarti sudah dapat dipastikan bahwa kedua pria itu mendapatkan senjata dari organisasi  tersebut, dan juga bagaimana mereka membuat senjata tersebut? Pikiran Shira di penuhi pertanyaan tentang asal-usul orang yang menyerangnya.

Pria yang tadi menghampiri Shira ia adalah pelayannya, pria itu bernama Krian Listrid, ia adalah pelayannya Shira, Shira berkata sembari menunjukkan luka di jari telunjuknya.

"Krian Lihatlah ini! "

Krian mendekat, ia lalu melihat sebuah luka  di jari telunjuk Shira, ia lalu berkata.

"tunggu apa ini  maksudnya Nyonya? "

"bisakah kau tidak memanggilku nyonya? Itu sangat menjijikan! "pinta shira.

"Baik! "

Kata krian, setelah itu Shira bercerita tentang lukanya nya.

"Seperti yang kau lihat ada luka berbentuk menyilang, dan yang aneh lagi lula ini tidak mau menutup! "

"Hmm... "

Krian memegang dagunya seperti orang ketika berpikir, setelah itu krian menghampiri mayat yang sudah terbunuh di tanah, ia lalu mengambil sebuah senjata yang di gunakan untuk membunuh Shira, krian memeriksa senjata itu dengan membolak-balikan senjata, setelah itu ia menemukan sebuah bahasa kuno, bahasa yang berbeda,yang terdapat di bilah besi di dekat genggaman senjata,ia lalu memberi tahu Shira.

"Tuan! Di senjata ini ada sebuah tulisan! "

"coba ku lihat! "

Krian menyerahkan  senjata itu ke Shira, Shira melihat senjata itu dengan teliti, ia lalu menyimpulkan.

"Sepertinya ini adalah aksara kuno! "

"apa maksudnya tuan? " tanya krian.

"Aksara Kuno,bahasa yang digunakan oleh rakyat Indonesia pada zaman dahulu!... "

Suasana menjadi hening, krian menjadi diam setelah mendengar perkataan Shira, Shira lalu memerintahkan krian untuk membawa semua senjata di tempat itu.

"....Krian! Bawalah semua senjata ini! Dan jangan sampai kau terluka!"

Krian membalasnya dengan tegas.

"Baik!.... Aa... "

"Ada apa? "

Tanya Shira kepada pelayannya itu, krian terlihat ingin mengatakan sesuatu, tetapi entah mengapa ia malu atau mungkin tidak bisa mengutarakannya. Saat itu juga Shira menghela nafas panjang lalu berbicara.

"hahh.... Bicaralah! "

"... "

Krian tidak menjawabnya, ia mendekati Shira lalu menjadikan lututnya sebagai tumpuan tubuhnya, setelah itu krian memegang tangan kanan Shira yang dimana ada sebuah luka di jari telunjuknya. Ia lalu memasukkan jari telunjuk Shira kedalam mulutnya, dan menelan darah yang keluar, pipi krian memerah, Shira hanya diam melihat kelakuan pelayannya, Shira lalu berkata sambil menatap tajam pelayannya.

"Kau!... "

Sebelum menyelesaikan perkataannya Shira menendang krian, tendangannya  mengenai tulang rusuknya, dan krian terpental sangat jauh sampai menabrak tembok.

Shira melihat jari telunjuknya, dipenuhi dengan lendir kuda Nil (air liur krian), Shira lalu mengelapkannnya ke gaunnya. Setelah itu ia kembali melihat jari telunjuknya, luka yang ada hilang, lukanya tertutup rapat, seperti sedia kala, setelah itu Shira memerintahkan  krian untuk membersihkan TKP.

"Bersihkan tempat ini! Aku tidak ingin ada orang lain yang tahu, apalagi dia!...."

Shira lalu berjalan meninggalkan krian, tetapi ia menambahkan sesuatu.

".... Ahh, benar juga, lakukan dengan cepat! Kita akan  mulai melakukan penelitian! "

Setelah itu Shira meninggalkan krian yang sedang membersihkan TKP, Shira berjalan meninggalkan pelayannya.

***

Hari minggu, tepat di sebuah taman, keran rin sedang menunggu teman-temannya, teman-temannya sudah berjanji akan berkumpul di taman tempat rin sedang duduk saat ini, rin mengeluarkan Smartphone dari sakunya, lalu melihat di layar, tertera jam menunjukkan pukul 09: 56.

Sudah melenceng dari jadwal yang di tentukan, teman-teman rin belum juga datang, rin berdiri melihat ke sekelilingnya, tetapi belum ada juga teman-temannya.

10 menit berlalu, 20 menit berlalu, teman-temannya belum juga datang, rin benar-benar merasa kesal, ia hampir saja melempar smartphone yang ia pegang di tangan kanannya.

"oii!.... "

Terdengar suara  dari arah samping kanan, rin melihat arah suara tersebut, disana ia melihat teman-temannya sudah ada, diantaranya Reika, Heri, dan Raffi.

Mereka memakai pakaian yang biasa dengan baju berwarna hitam dan celana kulit, enyat penampilan itu biasa atau tidak tetapi mereka terlalu menarik perhatian, dengan jaket kulit, aksesoris lain seperti kacamata, kalung, dan memakai topi hitam.

"Apa-apaan dengan penampilan kalian? Dan juga kenapa bisa kompak? "

"kalau ini, mungkin seharusnya kau bertanya pada Raffi dia yang mengajak kita kan! "

Rin bertanya, lalu reika menjawab. Rin melihat ke arah Raffi, ia lalu bertanya lagi.

"Jadi apa maksudnya ini tuan? "

"Berhenti memanggilku tuan! Kitakan sahabat panggil dengan nama seperti biasa saja! "

Reika menjawab sambil tersenyum lebar.

"baiklah! Jadi apa maksudnya ini Goblok! "

"tu-... Apa maksudnya itu? Memang benar bahwa aku memintamu untuk memanggilku dengan nama panggilan seperti biasa, tapi apa-apaan itu? "

Rin mngebulkan permintaan reika, lalu reika membantah perkataan rin, sementara itu kedua temannya yang ada di belakang raffi, terlihat sedang menahan yawa, sepertinya mereka tidak kuat lagi, tetapi mereka memaksakan untuk tetap menahan tawanya, dan saat raffi melihat ke belakang, sikap mereka  kembali normal, sama saat pertama kali bertemu.

"ekhemm... Baiklah rencana kita hari ini adalah..... "

Raffi mengalihkan topik pembicaraan, ia berkata tentang tujuan mereka berkumpul hari ini, tetapi ia lama sekali menyelesaikan perkataannya, dan sebelum itu Rin, reika, dan heri bertanya secara bergiliran.

"Kemana? "

"Dimana? "

"Bagaimana? "

Mereka sudah bersemangat dengan adanya acara hari ini, lalu raffi melanjutkan perkataannya dengan lesu seperti orang yang tidak tidur semalaman.

"Pergi ke warnet!.... Seperti biasanya kita akan pergi ke warnet! "

Seketika semangat mereka menjadi hilang, heri bertanya kepada semua yang ada disana.

"Apa kalian membawa uangnya? "

Mereka semua mengangguk, dan akhirnya pergi ketempat tujuan.

***

Waktu telah menunjukkan pukul 18: 35.saat ini rin dan teman-temannya sudah selesai bermain di warnet, raffi lalu bertanya kepada heri.

"nah heri! Apa kau tadi lihat kemampuanku? Benar-benar hebat kan! "

"Benar sekali! Aku tidak menyangka bahwa kau sehebat itu! "

Mereka berempat berjalan sambil berbincang-bincang, tentang apa yang mereka mainkan tadi, lalu rin bertanya kepada semua temannya.

"Apa sebaiknya kita akhiri saja kebiasaan ini? "

Semua perhatian menuju ke arah rin, mereka semua menolak dengan alasan masing-masing dimulai dari raffi, heri, dan reika.

"Anggap saja ini refreshing untuk kita, sebelum menghadapi ujian! "

"mungkin nanti kita tidak akan bersama lagi, karena itulah kebiasaan ini akan  menjadi kenangan kita, saat kita masuk SMA apakah kita bisa melakukan kebiasaan ini? Mungkin tidak, karena itulah ini akan menjadi kenangan yang indah saat SMP! "

"Akupun mengkhawatirkan tentang masa depan nanti, tetapi hal ini juga merupakan sesuatu yang ku lakukan  untuk membuat masa depanku sendiri, karena itulah aku tidak akan menyesal apa yang telah kulakukam, walaupun itu buruk, walaupun itu baik, jika sudah terlanjur ya... Nikmatin aja! "

Rin menghela nafas nya, ia lalu melanjutkan jalannya, diikuti dengan teman-temannya. Setelah berjalan selama beberapa saat, mereka tiba di sebuah tempat yang sepi, mereka berjalan sambil memerhatikan lingkungan sekitar, saat itu juga ada sekelompok orang yang mengikuti mereka dari belakang.

Orang-orang itu memakai celana robek si bagian lutut, dan bajunya yang bergambar tengkorak, tidak hanya itu gaya rambut mereka berbeda dari rin dan teman-temannya.

"Oii... Ada yang ngikutin! "

Bisik heri kepada teman-temannya, tentu saja mereka menyadarinya, lalu rin menyerahkan teman-temannya dengan suara kecil.

"Ini semua gara-gara kalian! Apa-apanya coba pakaian itu, mereka mirip seperti kalian! "

Mereka terus berjalan seperti biasa, dan orang-orang yang mengikuti mereka juga berjalan seperti semula, lalu raffi membela  dirinya, heri, dan juga reika, ia mengujarkan pembelaan itu dengan suara kecil.

"tentu saja  hanya untuk happy-happy saja! Tidak ada niat apapun. "

Setelah berjalan beberapa saat dengan kondisi seperti akan terjadi perang antar geng, namun geng yang satu takut setelah melihat geng lain, dengan sekuat tenaga rin berlari meninggalkan mereka bertiga, tidak ingin terdahulu oleh rin, teman-temannya juga berlari sekuat tenaga mereka, begitu juga orang-orang yang mengejar mereka.

"Hah... Hah... Mereka sudah pergi kan?"

Rin berujar dengan kondisi kelelahan setelah berlari lebih dari 15 menit, untuk memastikan kondisi raffi mengecek kembali ke pengkolan dimana orang-orang itu sudah tidak mengejar mereka.

Raffi mengecek dengan sangat hati-hati, lalu ia berlari ke arah teman-temannya, rin, heri, dan juga reika terkejut, mereka bersiap dengan kemungkinan terburuknya mereka ingin selari, namun karena kelelahan mereka harus beristirahat sebentar, dan juga untuk memastikan apakah orang-orang yang mengejar mereka sudah pergi atau belum.

"Apa mereka masih mengejar? "

Tanya Heri kepada raffi, setelah raffi mengatur nafasnya kembali ia lalu menjawab pertanyaannya.

"Tidak hanya bercanda! "

"Lalu kenapa kau berlari? "teriak reika.

"Sudah kubilang itu hanya bercanda! "raffi juga berteriak.

"Baiklah! Sudah waktunya berpisah, sampai jumpa besok di sekolah! "

Ujar rin yang sudah pergi menuju rumahnya sembari melambaikan tangannya, begitu juga mereka bertiga, mereka berpisah dan pulang ke rumah masing-masing.

Setelah hampir sampai di rumahnya, rin melihat pintu rumahnya sedikit terbuka, ia lalu berlari kecil ke rumahnya, saat di depan pintu ia melihat ibunya, dan kakaknya Adrian Reika.

Mereka sedang menunggu rin pulang, kakaknya lalu bertanya dengan emosi.

"kemena saja kau ini rin? Pergi jam  9 pagi, pulang jam 7 malam! "

Rin tidak bisa menjawabnya, ia meragukan bahwa kakaknya, maupun ibunya tidak akan percaya apa yang ia ceritakan, karena itulah Ron hanya diam, kakaknya yang emosi menghampiri rin lalu mengangkat kerah bajunya.

"jawab pertanyaanku rin! "Ujar reika.

Rin lalu menjawabnya dengan ragu-ragu.

"Ta-tapi jika aku menjawabnya pun, kakak tidak akan percaya! "

Kakaknya lalu melepaskan kerah baju rin, dan pergi masuk kerumah, seketika itu juga rin terjatuh ke tanah. Rin lalu mengadukannya ke ibunya.

"Lihatlah ibu kelakuannya! "

"itu karena dia mengkhawatirkanmu lho! Dan tadi juga sebelum kau pulang ia sempat mencarimu di seluruh komplek ini! "balas ibu rin dengan suara yang lembut.

"Kalau begitu masuklah sudah malam! "

Ibunya memerintahkan rin untuk masuk, karena sudah malam, dan rin juga belum mandi, belum makan, dan banyak hal lagi.

***

"Rin!.. Oii... Bangun! "

Reika berteriak di dalam rumahnya untuk membangunkan rin, tetapi rin masih belum bangun dari tidurnya akhirnya reika datang menghampiri ke kamarnya. Reika menemukan rin dengan posisi tertidur pulas. Ia lalu menggoyang-goyangkan tubuh rin secara kasar, akhirnya rin terbangun dari tidurnya, setelah diam beberapa saat rin bertanya kepada kakaknya reika.

"ada apa pagi-pagi begini? "

"ohh... Jadi begitu ya!... Kalau begitu lanjutkan saja tidurmu! "

Setelah itu rin menutup setengah tubuhnya dengan selimut dan kembali tidur lagi, begitu juga reika ia kembali untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah.

Pukul 06: 24.terdengar bunyi *kriiiiinggg* bunyi itu berasal dari alarm yang di stel oleh reika sesaat setelah pergi dari kamar rin, ia langsung membawa alarm dari kamarnya, menyetelnya, lalu meletakkannya di kamar rin.

Rin melihat waktu yang tertera pada alarm itu, tertera dengan jelas bahwa waktu menunjukkan pukul 06: 27.berarti sudah 3 menit alarm itu berbunyi dan rin tidak juga bangun.

Rin tidak sadar bahwa hari ini ia harus sekolah, ia sadar ketika melihat kalender, dan saat itu juga rin bergegas mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah.

***

Rabu,tanggal 13,April.2053, hari ini adalah hari ujian praktek penjaskes, prakteknya adalah saya tahan dengan jarak 1500m, saat ini rin sedang bersiap-siap untuk memulai ujian praktek, setelah guru memanggil semua peserta ujian praktek, para peserta berkumpul di garis start, tidak hanya rin, tetapi raffi, heri, dan Erika juga mengikuti ujian prakteknya.

"Baiklah! Waktunya akan saya mulai, 1...2...3 mulai! "

Setelah menghitung mundur semua peserta berlari, ada yang lari kecil, dan juga ada yang jalan biasa, rin memilih untuk lari kecil diikuti sahabatnya raffi, heri, dan Erika.

Mereka berlari kecil segaris dimulai dari raffi paling kanan, sebelah kirinya, heri, sebelah kirinya lagi rin, dan paling kanan Erika, mereka berempat berlalu kecil bersama, mereka berhasil masuk posisi pertama, meninggalkan peserta lain, saat sedang berlari kecil raffi bertanya.

"Nah... Apa kalian masih syok dengan kejadian waktu itu? "

"Tentu saja tidak! "

"lagian juga kejadian itu sudah beberapa minggu lalukan? Mana mungkin masih syok! "

"aku juga berpikir begitu! Kenapa harus syok"

Dimulai dari heri, reika, dan rin menjawab pertanyaan raffi, setelah berlari kecil cukup lama lalu raffi bertanya lagi sambil menunjuk sekumpulan orang.

"nah... Apa kalian tau siapa mereka? "

"Bu-bukankah itu... "

"Tidak mungkin! "

Rin dan heri menjawabnya dengan terkejut, setelah itu mereka berempat melihat sekumpulan orang yang di tunjuk raffi, ternyata orang-orang itu adalah orang-orang yang mengejar mereka ketika malam sehabis pulang dari warnet.

Begitu melewati sekumpulan orang itu mereka berempat melewati dengan sopan dan santun layaknya  perlakuan kepada orang yang lebih dewasa.

-10 menit kemudian-

"Kalian cepat sekali ya! "

"Tentu saja pak! "

"Kami sangat bersemangat! "

"... "

Pak guru yang menjadi pengawas ujian praktek ini memuji rin, raffi, heri, dan reika, mereka menjawabnya dengan tegas kecuali rin, ia tidak memberi jawaban.

"Baiklah kalau begitu kalian kalian boleh istirahat! "

Pak guru memperolehkan mereka berempat untuk istirahat, mereka menjawab *baik* dengan serempak.

-Di Kantin-

"Nah... Apa yakin tadi kita tidak curang? "

"Tentu saja! Kita hanya bersemangat! "

Heri bertanya lalu reika menjawab, mereka berempat kini tengah istirahat di kantin setelah ujian praktek daya tahan 1500m, tidak hanya itu ada kejadian tak terduga, dimana mereka bertemu kembali dengan orang-orang yang mengejar mereka pada malam itu.

"Apa yang mereka lakukan disana? Bagaimana menurutmu rin? "

"... "

Raffi bertanya kepada rin, tetapi rin tidak menjawabnya dan hanya menggeleng-gelengkan  kepalanya.

"Begitu ya!.... Yah apapun itu yang terpenting mereka tidak tahu bahwa itu kita! " ujar raffi.

"oh iya... Sehabis ini bagian praktek apa? "tanya rin.

"Kalau tidak salah... Praktek biologi! "jawab reika.

Rin lalu berdiri dari tempat duduknya, lalu menuju ruang ganti baju, diikuti dengan raffi, heri, dan reika.

-Hari terakhir ujian praktek-

"Baiklah sekarang hari terakhir lho! "

"Berisik! Tutup mulutmu! "

Heri berteriak di depan rin, lalu rin menanggapinya dengan  dingin, hari terakhir ujian praktek adalah praktek fisika, mereka berempat masuk ke dalam ruangan.

Setelah beberapa menit berlalu mereka keluar dari ruangan itu.

"Ah.. Sial salah dimana coba! "Keluh heri.

"nah rin, tadi berapa jawabanmu? "tanya raffi kepada rin.

"25volt! "jawab rin dengan dingin.

"wah sama dong! "reika berkata sambil menunggangkan tangannya ke bahu sebelah kanan rin.

"setelah ini apa yang ingin kalian lakukan? "tanya raffi kepada semua temannya.

"kau tidak akan mengajak kami ke warnet dan pulang malam lagi kan? "ujar heri.

"Tentu saja tidak!... Hanya saja waktunya semakin dekat untuk kita berpisah! "

"Tenang saja goblok! Yang terpenting nikmatilah waktu yang tersedia saat ini! "

Ujar raffi, namun seketika atmosfir berubah menjadi canggung, mereka di hadapi kenyataan yang akan datang, yaitu dimana hari mereka akan berpisah demi mencapai cita-cita dari masing-masing, saat itu juga heri berkata dan perkataannya mengembalikan keadaan atmosfir menjadi semula ketika keluar dari ruangan praktek.

"kenapa kau memanggilku goblok? "teriak raffi.

"Karena kau memang goblok! "

"Mana ada orang yang menyuruh teman-temannya memakai pakaian yang dapat memicu perang geng! "

"benar-benar goblok! "

Heri, Reika, dan Rin mengejek temannya itu, tetapi tidak ada rasa dendam di hati Raffi yang ada dia malah ikutan tertawa, menambah keakraban tali persahabatan dengan cara mengejek adalah salah satu cara untuk mempererat persahabatan, tetapi ada juga batasannya.

"Apa kalian senggang besok? "tanya raffi kepada ketiga sahabatnya.

Semuanya menjawab *ya*berarti mereka memiliki waktu untuk berkumpul di suatu tempat untuk refresing, bukan berarti mereka ingin bermalas-malasan, akan tetapi mereka harus tenang dengan apa yang akan mereka hadapi.

"Jadi... Kemana tujuannya? Apa ke warnet lagi? "tanya Heri.

"Benar juga ya... Hmmm... Bagaimana kalau kumpul di cafe? "

Raffi memberikan saran untuk berkumpul di cafe, mereka semua setuju untuk berkumpul di cafe besok, dan raffi menegaskan sekali lagi.

"Baiklah besok di cafe dekat warnet, jam 10 pagi! "

***

Shira sedang berjalan dengan menggunakan gaun yang berlumuran darah, akan tetapi orang yang dilewatinya tidak menyadari hal tersebut, sedangkan pelayannya krian berlari dari belakang mengikuti Shira sambil membawa kardus yang berisi senjata yang digunakan dalam pertarungan tadi.

"Tunggu Tuan! "

Teriak krian yang berlari dari belakang dengan cepat, Shira tidak memperdulikannya, ia hanya melanjutkan perjalanannya menuju vila miliknya, tidak sampai semenit pelayannya sudah dapat menyusulnya, sekarang ia berada di belakang Shira.

"Apa anda baik-baik saja? "tanya krian.

"Apa maksudmu? "tanya balik Shira.

"maksud saya adalah anda! Sekarang anda tidak memakai topi jerami anda! "

"Ah... Memang benar jika aku tidak menggunakan topi akan gawat nantinya, tetapi tenanglah! "

"sudah jelas saya tidak bisa tenang! Bagaimana kalau pakai punya saya! "

"SUDAH KUBILANG TENANG! KENAPA KAU BEGITU KERAS KEPALA? APA KARENA DULU KAU MANUSIA, SEHARUSNYA KAU BERUBAH KETIKA MENDAPAT HIDUP ABADI! "

"tetapi.... "

"Aku adalah leluhur ke-2, masalah seperti ini tidak bisa membunuhku! Yang lebih penting lagi cepatlah kita terlalu banyak menarik perhatian! "

"Bagaimana bisa? "

"Penampilan mu, dan juga penampilanku  dan terlebih penting lagi kau terlihat seperti seorang pedofil yang mengincar targetnya di siang hari. "

"ap-... Memang benar juga! "

Shira dan juga krian menghentikan percakapan mereka,merekapun mempercepat langkah kaki mereka untuk sampai di vila milik Shira.

Setelah berjalan beberapa saat merek berdua sampai di gerbang vila milik shira, vila yang sangat besar, dan terlalu besar untuk di tinggali mereka berdua, disana terdapat pohon yang berjajar dan sejenis, pintu dihiasi dengan emas, lantai sampai tingkat 3,krian lalu membukakan gerbang untuk tuannya Shira, setelah itu mereka berdua masuk kedalam vila.

"bawa itu ke ruang penelitian! "

Perintah Shira kepada krian, setelah itu Shira pergi menuju ruangan pribadinya Shira berjalan naik ke lantai 3,karena ruangan pribadinya berada di lantai 3 ia harus menaiki tangga yang jumlahnya banyak.

Setelah sampai di depan pintu ruangan pribadinya, Shira membuka pintunya yang bergaya klasik, setelah masuk ia langsung menuju ke arah lemari untuk bergantung pakaian, Shira melepas semua pakaian yang ia pakai, lalu Shira membuka lemarinya terdapat berbagai macam pakaian ada gaun yang sama seperti yang ia pakai tadi, tetapi berbeda warna, ada baju biasa, dan masih banyak lagi.

Ketika memilih pakaian Shira bingung mau memilih yang mana, akhirnya ia memutuskan untuk memakai baju bintan yang berwarna hitam, dan terdapat harus yang berwarna merah di bagian lengannya, dan panjangnya sampai lutut.

Setelah berganti pakaian ia langsung bergegas menuju ke bawah, beberapa langkah setelah keluar ruangan, Shira kembali lagi ke ruangannya alasannya mudah karena ia belum mengganti pakaian dalamnya.

Tidak sampai 5 menit Shira sudah sampai di ruangan penelitian, disana ada krian yang sudah membawa senjata yang digunakan oleh orang bertubuh besar tadi untuk membunuh Shira, tetapi mereka gagal membunuhnya yang akhirnya membuat mereka terbunuh, krian menyapa tuannya sambil berpotensi layaknya seorang pelayan.

"Selamat datang tuan! "

"kerja bagus! Sekarang kau pergi dari sini! "

"Baik! "

Shira memuji kerja krian, lalu memerintahkannya untuk keluar dari ruangan tersebut.

"Baiklah waktunya menguak misteri! "keluh shira.

Shira lalu melihat semua senjata yang di bawa krian, jumlahnya ada 10,seperti yang krian tunjukkan saat di tempat kejadian, disana terdapat sebuah bahasa kuno yang kebanyakan orang tidak dapat memahaminya, setelah memeriksa semua senjata, ternyata di semua senjatanya terdapat bahasa kuno yang tertulis dengan jelas  *  *  yang artinya...

"...Kematian bagi yang abadi ya? "

Shira bergumam, kemungkinan itulah arti dari tulisan yang terdapat di semua senjata tersebut, bukti yang Shira miliki tidak cukup banyak untuk menemukan siapa oraganisasi atau perusahaan yang membuat senjata tersebut, bahkan identitas dari orang yang menyerang Shirapun, ia masih belum memiliki bukti.

*tok*bunyi tersebut terdengar sebanyak 3 kali, Shira lalu menjawabnya.

"Masuklah! "

Lalu krian datang dengan membawa sejumlah dokumen ditangannya, dan juga ia membawa cangkir yang isinya teh.

"Apa itu? "tanya Shira.

"Ah.. Ini teh! "jawab krian.

"bukan itu maksudku! Yang ada di tangan kirimu! "

"ah... Ini dokumen! "

Krian menjawabnya sambil meletakkan cangkir yang berisi teh di atas meja dekat dengan pintu masuk, setelah itu krian menyerahkan dokumen itu kepada Shira.

Shira membaca semua dokumen tersebut, dokumen tersebut berisi tentang identitas orang yang menyerangnya Shira membaca semua dokumen tersebut kurang dari 3 menit, mengujarkan sesuatu.

"Mereka adalah orang-orang yang ekonominya kurang, oleh sebab itu mereka mencari uang dengan segala cara, tetapi siapa yang merekrut mereka? "

"Kalau soal itu saya juga tidak tahu! Yang saya tahu adalah identitas mereka saja, mohon maafkan saya! "

Krian meminta maaf atas ketidak becusannya dalam bertugas, lalu Shira menjawab balik.

"Tidak apa-apa yang lebih penting lagi apa yang ingin dilakukan  anggota dewan? "

"Mereka ingin anda untuk mengikuti rapat! "

"Kapan rapat itu dilaksanakan? "

"Satu bulan kekepan!... "

"... "

"... Dan jika anda tidak mengikutinya hak anda akan di cabut! "

Shira terkejut mendengar perkataan krian, ia lalu bertanya lagi.

"Apa maksudnya itu? "

"benar! Mereka... Anggota dewan akan mencabut hak anda! "

Shira menggertakkan giginya lalu melempar dokumen  yang ia pegang ke bawah sambil berteriak *SIAL* ia lalu berkata dengan nada marah.

"APA MAKSUDNYA ITU? APA YANG IA RENCANAKAN?... AKAN KUBUNUH DIA! "

"ta-tapi jika anda melakukan itu semua fraksinya akan  menjadi musuh anda, dan saat itu juga anda akan dijadikan target mereka!

Krian mencoba menenangkan suasana hati tuannya, ia mengatakan sesuatu yang sebenarnya bahwa jika Shira membunuh orang itu maka anggota dari fraksinya akan menjadi musuh Shira, dan Shira apa  di jadikan target. Shira lalu menyadari sesuatu ia lalu bertanya kepada krian.

"Apa semua ini ada hubungannya dengan dia? "

"Mana mung... "

Krian juga menyadari sesuatu bahwa membunuh vampir tidaklah mudah, tetapi kenapa orang-orang yang menyerang Shira bisa menciptakan senjata yang dapat membunuhnya, jika memang benar mungkin itu ada kaitannya dengan anggota dewan, atau mungkin fraksi yang berlawanan dari Shira.

Seseorang telah membocorkan rahasia di balik keabadian seorang vampir, Shira menyadarinya karena ia tidak akur dengan orang yang memimpin rasa vampir saat ini, kemungkinan orang itu berkerja sama  dengan  seseorang atau sebuah oraganisasi untuk menciptakan senjata tersebut.

"Tetapi apa yang akan di dapat bila dia bekerja sama dengan seseorang atau organisasi? "

Krian bertanya kepada Shira, Shira berdiam sebentar dan membelakangi krian ia lalu menjawab Pertanyaanbya.

"jika memang benar begitu, maka ia ingin mencari tahu soal identitas diriku! Dari segi kekuatan akulah yang paling unggul, mungkin dia mencoba untuk menyingkirkan fraksi kita! "

"A-... "

Krian terkejut seolah ia tidak percaya akan hal itu, Shira lalu memerintahkan krian untuk mendekatinya.

"oi.. Kemarilah! "

Krian mendekat dan badannya tunduk ke arah Shira, Shira lalu membisikkan sesuatu di telinganya yang runcing, setelah membisikkan itu krian terkejut kelopak matanya terbuka lebar, ia lalu bertanya lagi.

"Apakah akan berhasil? "

"Tergantung! "

"... "

"oleh karena itu aku ingin kau mengawasi pergerakannya di ibu kota! "

"Baik! "

Shira lalu membawa salah satu senjata yang terjajar di atas meja, ia lau melemparnya tempat ke arah sebuah dinding senjata tersebut hancur menjadi berkeping-keping, kecuali dengan gagangnya.

"Hanya besi biasa! "Ujar krian.

"ada yang aneh? "gumam Shira.

"apa perlu saya selidiki lebih lanjut? "

"tidak perlu lakukanlah apa yang barusan ku perintah kan, tetapi jangan sampai kau di curigai! "

"tetapi apa yang anda katakan itu benar atau tidak? Bahwa ada pengkhianat diantara kita! "

"... "

Shira hanya diam tidak membalas perkataan krian, krian lalu pamit untuk keluar.

"Baiklah! Saya akan keluar"

"ya! "

***

Pagi yang cerah sebelum sinar matahari tidak terlalu panas untuk berdiam diri di luar, lebih tepatnya sekarang pukul 09: 48.rin ada rencana berkumpul dengan temannya di sebuah cafe, dari kesepakatan yang direncanakan mereka seharusnya berkumpul pukul 10 pas, akan tetapi mereka sudah datang.

"Biasanya kalian selalu terlambat! "

Ujar rin dengan dingin, mereka berempat sudah ada di lokasi yang ditentukan sebelum berangkat.

"baiklah kita berangkat! "ujar raffi sambil berjalan duluan.

Jarak dari lokasi mereka tidaklah jauh hanya sekitar 1km, tetapi mereka lebih memilih untuk kumpul di tempat tersebut bukan langsung di cafe, alasannya mudah karena mereka memilih untuk sedikit berjalan daripada harus menunggu seorang disana, tentu saja itu mungkin akan menjadi hal yang memalukan, karena itulah mereka berkumpul dahulu di tempat yang mereka janjikan.

Setelah berjalan lebih dari 10 menit mereka masuk ke dalam dan duduk di tempat yang kosong untuk 4 orang.

"apa yang ingin kalian pesan? Tanya raffi.

Heri menjawab *teh* sama dengan reika, hanya rin yang memesan kopi,mereka berbincang-bincang terlebih dahulu sebelum pesanan mereka datang.

"Kenapa kalian tidak terlambat? "(rin)

"kesalahan yang sama tidak akan terjadi 2 kali! "(raffi)

"Pembohong! Padahal kau tadi tergesa-gesa ketika meneleponku! "(reika)

".... "

"Oii heri jangan bermain HP terus! "(raffi)

"Hah... Memangnya kenapa? "(heri)

"Lagian kita sudah berkumpul bareng! Jika kau lebih memilih untuk fokus pada HPmu lakukanlah dirumah! "(raffi)

"yah... Baiklah! "(heri)

Tidak lama pesanan mereka datang, pelayan itu meletakkan pesanannya diatas meja setelah selesai ia berkata *silahkan nikmati*, tetapi sebelum berbalik heri bertanya.

"mas apa password wifinya? "

"Tidak di password! "

"ohh... "

"Kenapa kau malah menanyakannya? Padahal sudah jelas tidak di password "(Reika)

"aku lupa mengeceknya! "(heri)

"hah... "(reika)

"jadi apakah kalian sudah memutuskan untuk melanjutkan kemana? "(raffi)

"... "

"..."

"... "

Semua nya sibuk dengan  urusan masing-masing, diantaranya heri disibukkan dengan HPnya, Reika sibuk dengan makanannya, dan Rin tertidur dengan posisi wajah di halangi oleh kedua tangannya.

*brak*raffi menggerakkan meja sambil berteriak.

"APA-APAAN KALIAN INI! KENAPA MALAH SIBUK SENDIRI? "

Semua orang yang ada di cafe itu memperhatikan raffi, mereka membuat gaduh di seisi cafe, suasana kembali normal ketika reika berbicara setelah selesai dengan makanannya.

"tenanglah hanya sebentar toh! "

"Rin seharusnya kau meminum kopimu! "(heri)

"benar juga! Nanti keburu dingin lho! "(reika)

"Baiklah-baiklah"(rin)

Rin meminum kopi pesanannya dengan cepat sampai tidak tersisa, setelah itu mereka kembali berbincang-bincang.

"... "

"... "

"... "

"... "

Tidak terjadi percakapan apapun, suasana menjadi hening dan canggung entah mengapa kejadian tersebut terjadi begitu lama.

Tiba-tiba terdengar suara pintu ditendang dengan  keras *brak*lalu muncullah orang-orang yang memakai topeng rampok, audah jelas mereka rampok dilihat dari tampangnya.

Orang-orang itu masuk sambil menodongkan senjata api ke semua orang, jumlah orang tersebut ada 4 orang masing-masing membawa senjata api.

Orang-orang itu menyuruh semua orang untuk duduk dan berkumpul di suatu tempat, begitu juga dengan Rin, Heri, Raffi, dan Reika, mereka di paksa untuk berkumpul di tempat tersebut.

Agar menghindari sesuatu yang bisa menggagalkan rencana orang-orang tersebut, mereka mengikat tangan semua Sandra dengan tali, semua tali itu mereka persiapkan sebelum menjalankan rencana.

"Oii.. Ada apa ini? "

Heri berbisik kepada teman-temannya, mereka sendiri tidak tahu akan hal ini, tetapi mereka pikir ini adalah nyata.

"Perampokan! "

Reika membalasnya dengan cara berbisik juga, salah seorang dari perampok itu menyadarinya dan langsung menodongkan senjata api miliknya ke kepala Reika sambil berujar.

"Diamlah bocah! Atau kau mau kepalamu memiliki lubang? "

Reika mengangguk sebagai isyarat mengerti, ia lalu melihat ke arah rin dan rin mengatakan...

"Mampus!.. "

Perampok yang menodongkan senjata apinya kepada Reika kembali lagi dan menodongkan nya kepada Rin sambil berteriak.

"DIAMLAH!"

Suasana menjadi hening  dan tidak ada seorangpun yang berbicara, mereka hanya diam pasrah menerima takdir yang terjadi, perampok itu membawa sejumlah uang di mesin kasir dan memasukkannya ke dalam tas.

Rin melihat ke arah luar, di luar sudah banyak polisi yang mengepung tempat ini. Jika di pikirkan kemungkinan besar kejadian ini akan berakhir dan semuanya selamat, tetapi  salah seorang perampok membawa seorang Sandra, ia membawanya ke depan pintu depan setelah itu ditundukkanlah sandra itu, *dor*terdengar suara tembakkan  yang menggema di seisi ruangan yang hening.

Sandra itu ditembak tepat di bagian kepalanya, perampok yang menembak itu lalu berteriak keras sampai terdengar keluar.

"JIKA KALIAN MACAM-MACAM LAGI! PASTIKAN  KALIAN MEMBAWA PETI MATI LEBIH DARI 1..."

Itu merupakan sebuah ancaman kepada pihak kepolisian yang mengepung di luar, akhirnya pihak kepolisianpun menjadi ragu lalu perampok itu berteriak melanjutkan  perkataannya yang belum selesai.

"... DAN.. SIAPKANLAH HELIKOPTER UNTUK KAMI! "

Darah mengalir keluar menuju arah keran Rin, Rin sangat ketakutan sampai-sampai kakinya bergetar, ia lalu berdiri dengan sontak dan mengejutkan para perampok yang ada di dalam ruangan.

Rin lalu melihat kearah para perampok, salah seorang dari mereka menghampiri Rin lalu mengangkat kerah bajunya dan berbicara.

"Apa kau mau mati nak? "

Mata Rin terbuka lebar, napasnya tidak teratur dan ia tidak bisa berpikir jernih.

"Kenapa kalian semua membunuhnya? "

Rin bertanya, lalu orang yang mengangkat kerah bajunya menjawabnya seolah ia tidak bersalah.

"Tentu saja agar semua rencana ini berhasil!... Bocah sepertimu mungkin tidak akan mengerti! Jadilah penurut! "

"NYAWA MANUSIA BUKANLAH HAL YANG DAPAT KAU HILANGKAN  DENGAN MUDAH! "

Karena kesal perampok itu melemparkan Rin ke arah tembok, punggung membentur tembok dengan keras sampai terdengar suara *brak*sekarang Rin berada di bawah merasa kesakitan dan ketakutan.

Perampok itu datang lagi, lalu mengangkat tubuh Rin sekali dan melemparnya  ke arah kaca, kaca yang pecah itu mengeluarkan suara bising *prang* beberapa bagian kaca menancap dong punggung Rin, tidak sampai di situ perampok itu datang lagi lalu bertanya kepada Rin.

"kenapa kau tidak bisa diam? "

"... "

Rin tidak menjawabnya karena ia menahan rasa sakit dari pecahan kaca yang menancap si punggungnya, melihat reaksi Rin yang tidak menjawab perampok itu memojokkan Rin ke dinding, setelah itu perampok itu memukul perut Rin dengan keras, tidak cukup satu kali perampok itu memukulnya sampai 2 kali, kemudian ketiga kalinya, *ueeeeekkkk*Rin memuntahkan darah yang banyak dari mulutnya.

Setelah itu perampok itu berbalik arah lalu terdengar suara tembakan lagi *dor* Rin mengira ada korban lagi, tetapi setelah ia melihatnya perampok yang memukulnya sudah terkapar tidak bernyawa, Rin melihat ke arah jendela disana ada lubang kecil berbentuk bulat rapi.

Sebuah senjata tergeletak di depan dengan jelas, senjata yang sebelumnya digunakan  perampok tadi untuk membunuh orang, senjata berupa second dary tersebut di penuhi darah dari si perampok yang mati tersebut.

Semua perampok yang lain bersembunyi di balik dinding agar menghindari dari tembakan, tetapi mereka bisa di lihat dengan jelas oleh Rin, sebuah keinginan muncul didalam pikiran Rin, yaitu keinginan untuk mengambil senjata yang tergeletak lalu menembakkannya ke perampok lain, Rin diam ia ragu dengan keinginannya itu.

Salah seorang perampok memanfaatkan situasi untuk menyandera seseorang, perampok itu membawa salah satu teman Rin yaitu Raffi, ia di bawa ke depan pintu cepat dimana ada maya tergeletak.

Perampok itu memberikan ancaman ini kepada para polisi.

"BERHENTI MENEMBAK ATAU KU HANCURKAN KEPALA DIA! "

Kesadaran Rin sedikit demi sedikit mulai menghilang, tetapi ia ragu dengan keinginannya itu lalu muncul sebuah tembakkan dari luar, tetapi peluru tersebut tidak mengenai target.

Perampok yang menyandera Raffi itu berteriak.

"KALIAN HARUS MEMBAYAR APA YANG TELAH KALIAN LAKUKAN KEPADA TEMANKU! "

Perampok itu bersiap menarik pelatuk senjata apinya, tetapi tiba-tiba ia terjatuh dan terdengar suara tembakan dari arah belakang *dor*, para perampok terkejut melihat salah satu rekannya mati lagi, tetapi sebelum mereka bereaksi Rin sudah menembak tepat di bagian kepala mereka sebanyak 2 kali.

Rin lalu tersenyum kepada Raffi dan kesadarannya menghilang.

***

Setiap kali rin menutup matanya untuk tidur mimpi itu selalu datang seperti ingin balas dendam, rasa penyesalan, rasa bersalah, bahkan fisik terasa masih sakit walau sudah berminggu-minggu, entah kenapa pihak kepolisian lebih memilih untuk tidak menghukum Keyran Rin karena sudah membunuh 3 orang sekaligus.

Dalam mimpinya rin melihat kejadian tersebut berulang kali, namun dalam mimpinya setelah mereka semua mati mereka bangkit lagi dan mengutuk rin agar membayar apa yang telah ia lakukan.

Belakangan ini mimpi itu sudah jarang terjadi, karena rin sudah besar kemungkinan besar kejiwaannya terganggu, tetapi tidak ada gejala apapun setelah kejadian  di cafe tersebut.

Sudah 3 minggu sejak kejadian itu terjadi, menurut penyelidikan mereka sebenarnya sudah terlebih dahulu merampok sebuah bank dan disana juga terdapat korban meninggal dunia.

Mulai hari ini rin mulai masuk sekolah, seperti biasa ia hanya berjalan untuk sampai ke sekolah. Setelah berjalan sampailah ia di sekolahnya, ia langsung pergi ke ruangan kelasnya, ketika masuk ke kelas suasana yang tadinya ramai mendadak menjadi hening.

Rin tidak memperdulikannya, ia hanya berjalan ke mejanya dan duduk diatas kursi dengan tenang. Disisi lain terlihat Raffi mendekat ke arah rin, setelah ia sampai ia bertanya dengan rasa bersalah.

"Apa kau baik-baik saja rin? "

"Aku baik-baik saja! "

Rin menjawabnya dengan lemah seolah mereka aman, seakan tidak puas dengan jawaban yang di berikan  rin,Raffi mengangkat kerah baju rin dan berbicara.

"Apa maksudnya itu Rin?... "

"... "

Raffi seolah menahan sesuatu untuk diucapkan entah itu amarah ataupun yang lainnya rin tidak tahu. Yang pasti sebelum membalas perkataannya dengan posisi kerah baju yang di tarik raffi, raffi terlebih dahulu melanjutkan pembicaraannya.

"... Kenapa kau membahayakan dirimu? "

Semua perhatian tertuju pada mereka berdua, begitu juga dengan heri, dan reika mereka datang ke arah rin, dan raffi lalu memisahkan mereka berdua.

"apa yang kalian berdua lakukan? "

"hentikanlah! "

Ujar heri, dan reika, mereka memisahkan rin, dan reika, reika mencoba memberontak dengan bergerak sekuat tenaga, tetapi pergerakannya dapat ditahan oleh heri yang memiliki tenaga lebih besar darinya.

"Kenapa saat itu kau tersenyum kepadaku rin? "

Pasrah akan keadaan raffi bertanya kepada rin.

"... "

"JAWABLAH! "

"WAKTU ITU AKU HANYA INGIN KAU SELAMAT HANYA ITU YANG KUINGINKAN TIDAK ADA LAGI, DAN JIKA SAJA AKU TIDAK MENEMBAK MEREKA KAU SUDAH MATI!

"JANGAN SOK MENGKHAWATIRKAN ORANG LAIN JIKA DIRIMU DALAM KONDISI SEPERTI SAAT ITU! "

"TA-TAPI... "

"DIAMLAH HHHH!"

Rin dan reika terlalu menarik perhatian bahak sampai orang yang melintas di depan kelas mereka meluangkan  sedikit waktu untuk melihat kejadian tersebut.

Keadaan mulai normal ketika salah seorang dari pak furu datang dan menyuruh semuanya diam.

"Diamlah! "

Lalu setelah itu beliau memerintahkan mereka berdua agar pergi ke ruang BK.

Pukul 16: 27.setelah pulang sekolah, masih ada beberapa siswa, dikelas rin sendiri terdapat 4 orang siswa yang masih berada disana, diantaranya Raffi, Heri, dan Reika.

Mereka berempat sudah berjanji akan bertemu setelah pulang sekolah dikelasnya.

"Rin ada yang ingin kami bicarakan! "

Jika biasanya raffi yang memulai pembicaraan, tetapi saat ini pembicaraan dimulai oleh reika.

"Apa yang ingin kalian bicarakan? "(Rin)

"Sebernya kami ingin menjenguknya waktu dirumah sakit, tetapi pihak kepolisian tidak mengizinkan kami! "(heri)

"sudah kubilang apa yang ingin kalian bicarakan? "(Rin)

"oh.. Iya ya! "(heri)

"Sebernya kami ingin mengucapkan  Terima kasih karena menyelematkan nyari kami saat itu!.. Terima kasih rin! "(Reika)

"Apa yang kalian bicarakan? Jujur saja waktu itupun aku ragu, tetapi akan sangat sedih bila aku kehilangan seseorang yang telah menemaniku selama tiga tahun sebagai seorang sahabat! "(Rin)

"kau mendengar itu kan raffi? "(Reika)

"kau sungguh sahabat yang berbeda dari yang lain! "(Raffi)

Keadaan mulai kembali seperti semula, sebelum kejadian tiga minggu yang lalu mereka kembali akur dan tertawa bersama.

"haha"(Rin)

"hahahahaha"(Reika)

"hahahahahahahaha"(Raffi)

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA"(Heri)

Heri tertawa terlalu berlebihan sampai mulutnya terbuka lebar.

Tiba-tiba badan mereka Bergoyang, buka  karena sedang goyang atau lain-lain yang jelas itu adalah sebuah gempa bumi.

Mereka kemudian bergegas keluar dan berhenti di lapangan, suasana sudah sepi yang ada hanya sebagian kecil dari siswa yang ada.

"Kak rin! "

Terdengar suara teriakan memanggil nama *Rin* sumber suara itu adalah Elein. Ia berlari menghampiri rin, napasnya tidak teratur dan keringat menetes tidak terlalu banyak.

*duarrrrr*terdengar suara ledakan yang besar dekat dengan area sekolah rin sampai rin dapat melihat cahaya yang ditimbulkan  dari arah depannya, tidak hanya satu, terjadi ledakan di berbagai arah dan berbagai tempat diiringi dengan gempa bumi.

***

Manusia telah melewati batas mereka dengan melakukan beberapa penelitian dan melangkahkan  kaki mereka pada sesuatu yang terlarang, sehingga terjadinya malapetaka (kehancuran)  tidak dapat di cegat manusia.

Selain itu juga seorang manusia akan bertanggung jawab atas kepunahan manusia lain, manusia harus bertahan  di dunia yang penuh dengan darah, pengorbanan, kerja keras, dan pertarungan.

Untuk itu manusia harus tetap hidup sampai mereka membangun kembali apa yang telah mereka rusak, meskipun harus menjalin kontrak dengan iblis, roh, atau malaikat.

Di dunia tersebut semuanya akan menjadi lebih kejam, bahkan bayi yang tidak berdosa akan lenyap jika tidak menjalin kontrak.

Begitukah hukum dunia yang baru!

Hukuman untuk manusia!

Sesuatu yang kemungkinan besar melenyapkan manusia!

Awal dari kehancuran dimulai!

***

Setiap orang pasti berpikir.

Bagaimana caranya agar bisa sukses?

Jalan mana yang harus kupilih?

Bagaimana nanti jadinya?

Apa yang kudapatkan di akhir nanti?

Pertanyaan tersebut terus menghantui orang yang mengejar kesuksesan, tetapi ada juga orang yang belum menentukan tujuannya.

Untuk apa ia hidup?

Mungkin seperti itulah gambaran orang lain yang menilainya, begitu juga dengan Adrina Reika, walaupun sudah kelas 1 SMA ia tidak dapat menemukan tujuan hidupnya, ia hanya melakukan semua hal seperti olahraga, Olimpiade, dan juga belajar di bidang Teknologi.

"Hidup ini membingungkan"mungkin begitulah pemikiran Reika, ia mempunyai banyak teman, dan juga sering bermain bersama ketika wekend, atau jam pelajaran kosong, biasanya tempat yang seru untuk berkumpul saat wekend adalah taman, karena ia bisa melihat kebahagiaan orang lain bersama kekasihnya kemudian dibayangkan.

Memang menyakitkan, tetapi Reika hanya tersenyum bersama teman-temannya yang sama-sama mengalami nasib sama, tidak hanya itu jika ada acara futsal dengan kelas lain mereka selalu bersama bahkan ke WCpun.

Sekarang hari senin beberapa hari setelah Reika bertemu dengan Shira  Rhisya, sejak saat itu Reika selalu memikirkan tentang apa yang dikatakan  Shira, dan juga ia penasaran soal sosok dia yang sebenarnya.

Reika selalu berpikir.

Jika aku mengikutinya waktu itu apa aku bisa mengejarnya?

Apa aku bisa membantunya?

"Ahhhhhh.... Sial! "

Reika mengacak-acak rambutnya sembari mengeluh soal pertanyaan yang muncul didalam kepadanya.

"Kau kenapa Rei? "

Tanya rise seorang perempuan disebelah nya.

"Tak perlu dipikirkan! "Jawab Rei dengan ekspresi datar.

"apa karena kau Jones? "

"berisik sekali kau ini! Sudah kubilang jangan dipikirkan ya jangan dipikirkan! "

Rei membentak kepada rise, rise juga membalas dengan membentak balik.

"Jika kau pikir masa SMA adalah masa yang indah itu semua hanya omong kosong,yang ada hanya menambah pemikiran, tugas, dan banyak hal lain yang merepotkan, kalau soal Jones itumah lebih baik kutinggalkan saja, karena selama masih sama aku ingin menemukan tujuan hidupku! "

Reika memberi penjelasan kepada rise yang duduk di sebelahbya, setelah mendengar penjelasannya mata rise terlihat berkaca-kaca menunjukkan  kekagumannya kepada Reika.

"sejak kapan kau menjadi bijak? "

Rise bertanya kepada reika dan seketika perasaan senang karena dikagumi oleh seseorang yang dialami reika seketika menghilang, reika mengeluarkan ekspresi *(-_-) *dan memfokuskan pandangannya kearah lain.

Tidak ingin diacuhkan rise memegang tangan reika dengan kedua lengannya lalu mendekatkannya ke dadanya. Keringat mulai muncul dari wajah reika, detak jantung meningkat, dan pikirannya tidak karuan.

Mantap fanservice!

Begitulah yang dipikirkan reika, tetapi rise tidak melanjutkan kelakuannya ia berhenti ketika seorang murid masuk sambil tergesa-gesa dan berbicara.

"gurunya tidak ada! "

*ohhhh*

*asik*

Seisi kelas menjadi berisik dengan suara gembira setiap murid, ada yang pacaran, ada yang main HP, dan ada yang keluar kelas.

Reika sendiri masih dudul bersebelahan dengan rise, ia lalu melihat rise, rise tersenyum jahat dan pergi meninggalkannya sambil berkata.

"Kalau begitu sampai nanti! "

"Mau kemana kau? "

Reika menghentikan langkah kaki rise dengan bertanya tujuannya.

"Bukan urusanmu Jones! "

Lalu rise pergi tanpa menyesali apa yang telah ia katakan kepada reika. Reika sendiri masih duduk dan menghela napas.

"Hah... Kenapa jam kosong?... "

"Reika mau ikut ke kantin? "

Seseorang bertanya dari arah belakang kepada reika, ia adalah temannya bernama Petrik, ia dan petrik sering bermain bersama bahkan ketika futsal pun.

"Berdua? "tanya reika lagi.

"Mereka sudah dahulu pergi! Karena itulah sejak pengumuman tentang ketidak jadikan gurunya menyebar mereka langsung tancap gas ke kantin! "ujar petrik.

"Baiklah kalau begitu!... "

Setelah berujar reika berdiri dan pergi keluar kelas bersama petrik tepatnya ke kantin, mereka berdua harus menuruni tangga, berbelok ke kiri sebanyak 2 kali, terus ke kanan 3 kali, dan terakhir)tinggal lurus. Kelas mereka sangat jauh dari kantin tepatnya berada di paling ujung dan kantin sekolah berada di ujung satunya.

Setelah sampai dikantin ada seseorang yang melambaikan tangannya kearah reika sambil berteriak *rei*, reika menyadarinya ia dan petrik langsung pergi menghampiri orang yang memanggilnya, disana ia bersama 4 orang teman sekelas.

Reika bergabung bersama sekelompok teman sekelasnya yang sedang asyik makan-makan dengan lahap, dan berceceran.

"Tunggu! Kenapa kau makan seperti ayam? "tanya reika kepada temannya yang sedang makan seperti ayam.

Ia tidak menjawab pertanyaan reika, ia hanya diam dan melanjutkan makannya lalu setelah selesai makan  ia menjawab  pertanyaan reika.

"kebelet! "

"Hah... Apa maksudnya itu? "tanya reika.

"Entahlah perutku seperti tidak makan selama 4 hari! "

"Ahh... Terserah lah! "

Reika lalu mengangkat tangannya dan memesan sesuatu.

"Bu! Parfait nya satu! "

Penjaga kantin tersebut menjawab*bentar*lalu tidak sampai 5 menit sebuah Parfait yang disajikan  dengan mewah diletakkan di depan reika.

"Terima kasih bu! "

"Nikmatilah! "

Setelah itu reika menikmati Parfaitnya tanpa pikir panjang, setelah ia menghabiskan Parfaitnya ia langsung pamit kepada teman-temannya, lalu membayar parfaitnya dan pergi kembali ke ruang kelas.

Tiba di ruang kelas seorang perempuan bertanya, ia adalah rise.

"kenapa cepat sekali? "

"Bukan urusanmu kan? "

Reika tidak memperdulikan lagi dan hanya berjalan ke bangkunya saja.

***

"Sebaiknya kau pergi sekarang! "

Shira memberi nasihat kepada pelayanannya krian. Saat ini mereka berdua sedang berada di bagian depan vila milik Shira dan waktu bertepatan pukul 21: 00.

"Tetapi kalau dipikirkan itu terlihat seperti mustahil! Apa benar akan berhasil? "

"Apa mau sudah tidak percaya padaku? "

Krian berpikir bahwa rencana itu mustahil, namun rencana itu harus dilakukan untuk menjamin kehidupan mereka.

"Aku akan pergi seperti biasa! "

Setelah berkata seperti itu Shira pergi meninggalkan pelayanannya, setelah beberapa lama diam krian pun pergi menjalankan rencananya.

Jalanan yang gelap, dan hanya terdapat lampu redup yang menyinari sedikit area di sekelilingnya, sedangkan di area lain hanya sinar bukanlah yang meneranginya.

Shira berjalan dengan biasa seperti seorang manusia, dan memakai topi jerami dengan pakaian khas tahun 90-an. Ia berjalan menuju ke kerumunan orang kerumunan orang tersebut membentuk sebuah lingkaran.

Setelah melihat dari dekat Shira melihat ada mayat yang tergeletak dengan darah keluar banyak, dan mata terbuka lebar, ekspresi Shira biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa, setelah lama berpikir ia membalikkan badanya dan meninggalkan kerumunan.

Hal yang pertama terbesar di orang biasa mungkin adalah pembunuhan, tetapi Shira melihat kejanggalan yaitu pakaian yang digunakan sama seperti orang-orang yang menyerang Shira waktu itu, dan yang aneh lagi tidak ada senjata yang digunakan dan luka juga tidak ada, jadi bisa disimpulkan bahwa orang tersebut mati dengan luka dalam, tetapi darah itu bagaimana? Hal itulah yang membuat Shira penasaran! Apa mungkin ada orang lain?

Shira berpikir sambil berjalan dengan tenang lalu ia sampai di sebuah tempat kontruksi, kontruksi tersebut  belum selesai dan masih berupa besi-besi yang membentuk rangka sebuah gedung.

Shira mengalihkan pandangannya ke bawah, ia menemukan setetes darah dan memutuskan untuk mengikuti jejak darah tersebut yang mengarah masuk ke dalam area kontruksi.

Sementara itu didalam kontruksi terdapat sekelompok orang lebih tepatnya berjumlah 8 orang, mereka semua adalah rasa vampir, salah satu dari mereka sedang meminum darah korban dengan menancapkan taringnya ke leher korban.

Salah seorang vampir yang sedang menyandarkan punggungnya ke dinding merasakan sesuatu dan berkata kepada kelompoknya.

"Ada seseorang yang datang! "

"Hah... Mana mungkin ada seorang manusia yang datang! "

"palingan dia hanya tersesat! "

Mereka semua tidak menghiraukan seseorang yang datang tersebut dan hanya diam saja.

"Baiklah kalau begitu lebih baik kita menangkap mangsa tersebut! "

Semuanya tersenyum dan bersembunyi di balik bayangan.

Shira memasuki sebuah lantai yang gelap dan jejaknya mengarah ke lantai tersebut, setelah sampai ia melihat mayat yang tergeletak dan ada seseorang yang berdiri di dekat mayat tersebut dengan mata berwarna merah darah sambil tersenyum ke arah Shira.

Shira berjalan mendekati mayat tersebut, tetapi mereka tidak sadar bahwa Shira adalah rasa yang sama dengan mereka, karena Shira menutupi fisiknya dengan  topi jerami sehingga tertutup dengan sempurna.

Shira menghentikan langkah kakinya, dan vampir yang ada di depannya berjalan maju mendekati Shira, ia memegang bahu Shira dari belakang dan berujar dengan lembut.

"untuk apa kau ke sini dek? "

Beriringan setelah vampir tersebut berujar kawan-kawannya keluar dari tempat persembunyian sambil menatap Shira dengan tajam.

"Seharusnya kau tidak kesini lho dek! "

"Dia masih perawan! "

Kedua orang itu berbicara sambil mendekat ke arah Shira, pada dasarnya vampir ada berapa kelas yaitu vampir biasa,vampir bersenjata, dan vampir bangsawan, mereka yang ada di sekitar Shira hanyalah vampir biasa dan hanya memiliki kemampuan di atas manusia, dan vampir bersenjata ialah sekolah krian yang melayani seorang bangsawan, sedangkan vampir bangsawan merupakan vampir yang memiliki kemampuan istimewa.

Salah seorang vampir melompat ke arah Shira dengan niat melumpuhkan Shira, tetapi serangannya tidak kena dan Shira sudah berada di belakangnya dengan cepat, vampir yang menyerang Shira tersebut terdiam sesaat dan tubuhnya jatuh ke bawah dengan kondisi terpotong secara horizontal.

Melihat kejadian tersebut semua kawan-kawannya bersiaga menghadapi Shira, Shira lalu berjalan mundur dan berkata setelah sampai di samping seorang vampir yang terpotong tersebut kepada kawan-kawannya.

"Kenapa kalian meninggalkan bukti di lokasi kejadian? "

Shira bertanya merujuk kepada mayat yang tadi ia lihat di jalan, sambil bersiaga salah seorang menjawabnya dengan sombong.

"Agar para manusia itu sadar akan diri mereka sendiri! "

*ohh*hanya kata itulah yang keluar dari mulut Shira, Shira lalu membuka topi jerami miliknya, dengan penampilan seperti bocah kelas 4 SD, bola mata berwarna merah darah, dan telinga yang runcing, jika di ukur mungkin tinggi tubuhnya sekitar 157cm.

"Apa-apaan itu jangan sombong dulu! "

Salah seorang vampir dari mereka memberontak dan melancarkan serangan ke arah Shira, tetapi sebelum mencapai Shira vampir tersebut jatuh ke bawah dengan bagian dada berlubang.

Shira memegang jantung vampir tersebut lalu mencengkramnya, dan jantung tersebut hancur,beberapa detik setelah jantung tersebut hancur vampir yang ada di tanah Menjadi abu dan tertiup angin.

Setelah itu Shira kembali ke belakang dengan berjalan santai dan membunuh vampir dengan yang ada di tanah, kewaspadaan musuhnya menjadi tingkat tinggi.

"Dia seorang bangsawan! "

"Yang benar saja! "

Vampir-vampir tersebut mulai ketakutan, mereka tidak tahu bahwa Shira adalah seorang bangsawan dan menyerangnya dengan sembarangan, salah seorang dari mereka bersujud dan meminta maaf.

"Aku mohon tolong maafkan kami! "

Ia bersujud dengan lama, sebelum ia mengembalikan posisi tubuhnya ke awal Shira sudah beraksi, Shira membunuh semua vampir selain yang sujud dengan cara mencabut semua jantung dan menghancurkannya kurang dari 10 detik.

Kini yang tersisa hanya satu vampir saja, vampir tersebut berdiri lagi dan mengucapkan Terima kasih.

"Saya sangat berterima kasih kepada Anda! "

"Tidak usah dipikirkan! Yang lebih penting lagi ada hal yang ingin ku tanyakan  padamu! "

Mereka berdua memulai pembicaraan dengan santai, Shira menyandarkan di sebuah dinding dan vampir tersebut duduk di bawah.

"Jadi apa yang ingin anda tanyakan? "

"Apa kau mengetahui identitas orang yang kalian bunuh? "

"Kalau soal itu saya masih belum tahu, yang lebih jelas lagi mereka menyerang kami saat sedang berkumpul secara membabi buta! "

"ohh... Berdirilah! "

Shira menyuruh vampir tersebut berdiri, dan ia berdiri menghadap Shira.

"Satu hal lagi! Apa orang yang menyerang kalian menggunakan senjata? "

"Benar! Dia menggunakan pedang yang berwarna silver! "

"Jadi dimana pedang itu? "

"Pada awalnya mereka bertiga, dan kami hanya membunuh 2 orang saja, sedangkan satu orang lagi melarikan diri! "

"hah... "

Shira menghela napasnya setelah mendengar kesaksiannya, satu hal yang dapat ia simpulkan bahwa orang-orang yang menyerang vampir tersebut adalah orang yang sama dari sebuah organisasi/perusahaan tertentu.

"Sebaiknya kau tidak usah kabur,karena percuma saja! "

Langkahnya terhenti ketika mendengar perkataan Shira, vampir tersebut berusaha melarikan diri dari Shira secara diam-diam, tidak tinggal diam setelah itu ia menyerang Shira dengan kukunya yang panjang, Shira mencabut sebuah pisau yang ia simpan di pahanya, setelah itu Shira menghindari serangannya dan menancapkan pisau tersebut tepat ke jantung vampir yang menyerangnya.

Tubuhnya tergeletak di tanah namun belum juga menjadi abu, vampir itu berkata dengan kesulitan.

"K-kau tidak ak-... Gu... Akan pernah menang! "

Diakhiri perkataannya ia tersenyum, dengan emosi Shira menendang kepalanya hingga terpental dan vampir tersebut berubah menjadi abu.

"Hahahahaha.... Kau tidak akan pernah mengerti permainan ini, sedangkan kau hanyalah pion yang di gunakan, tidak lebih dari itu!... "

Sebelum menyelesaikan perkataannya Shira melihat ke arah luar, ia menyadarinya bahwa ada yang mengawasinya dari jarak jauh dengan teropong mungkin, tetapi yang jelas sedang ada yang mengawasinya, ia lalu berlari ke arah jendela yang belum jadi dan melompat dengan gaya seperti perenang yang memulai lomba renangnya.

***

Seorang pria berjalan menaiki tangga yang jumlah cukup banyak, setelah sampai di puncak disana terdapat sebuah pintu, ia lalu membuka pintu tersebut secara perlahan setelah terbuka terdapat lahan yang cukup luas, dan juga pria tersebut membawa sebuah sniper yang bawa dengan tas.

Pria tersebut duduk di ujung yang dihalangi oleh tembok dan pagar besi yang tinggi, ia lalu membuka tasnya dan merangkai semua komponen sniper nya. Setelah itu pria itu melihat dari scope nya dengan mata kanannya, ia melihat sebuah adengan dimana 6 orang dibunuh dalam waktu singkat.

Adegan yang ia lihat adalah saat Shira membunuh 6 vampir dengan cepat, lalu melihat salah seorang vampir sujud, ia berpikir kemungkinan bahwa vampir tersebut ingin terus hidup.

Setelah beberapa menit melihat, vampir tersebut dibunuh oleh vampir yang tinggi 154 cm dengan pisau, lalu vampir tersebut melihat ke arah pria yang melihat adegan tersebut dengan tajam, dan setelah beberapa vampir melompat dari jendela yang berada di lantai atas.

"Dia menyadarinya! "

Pria tersebut langsung bangun dan bergegas meninggalkan senjata miliknya, ia berjalan menuju lift dan turun ke lantai 1,ia memilih untuk melewati jalan belakang dari hotel.

Jalan gang yang sempit dan hanya ada 1 lampu penerangan yang nyalanya tidak cukup terang, pria tersebut berjalan dengan tergesa-gesa meninggalkan semua perlengkapannya, setelah sampai di bawah cahaya lampu penerangan tersebut pria itu menghentikan langkah kakinya alasannya mudah, karena ada seorang gadis dengan tinggi 154cm, bola mata berwarna merah darah,rambut berwarna merah darah, dan telinga yang runcing berjalan mendekatinya.

Pria tersebut tidak bisa berbuat apa-apa, kakinya sulit untuk di gerakkan dan mulutnya tidak bisa berbicara, lalu ia berkedip dan dengan sekejap sosok gadis itu berada di depannya, dan menendang kakinya dan membuat ia terjatuh ke tanah.

Ia adalah Shira, seorang vampir bangsawan, leluhur ke-2 yang tadi membunuh sesama rasnya sendiri, saat ini pria itu berada di kondisi yang tidak menguntungkan nya, Shira mendekati wajah dari pria itu dan menempatkan sebuah pisau dekat dengan lehernya lalu bertanya.

"Siapa kau? "

"A-aku hanyalah seorang pembunuh bayaran! "

Pria tersebut menjawab pertanyaan Shira dengan gugup seperti seorang mahasiswa yang menyerahkan skripsinya ke dosen, tidak menerima informasi yang menguntungkan Shira bertanya lagi.

"Siapa targetmu? "

"Seorang pemimpin.Sebuah organisasi yang sedang melakukan pesta! "

"Apa kau mempunyai data tergetmu? "

"ada! Dokumennya ada di kamarku! "

"kamar nomor berapa? "

"287! "

"kuncinya! "

"ini dia! "

Sambil berkata pria itu menyerahkan sebuah kunci yang terdapat di sakunya, dan mengerahkan kepada Shira, Shira menerima kunci tersebut lalu menyayat leher pria tersebut dan darah menyembur keluar seperti air yang keluar dari pipa paralon yang bocor.

Shira lalu berjalan masuk ke hotel, dan menuju ke lamar yang disewa pria tersebut untuk mengambil dokumen.

Beberapa lama berjalan, dan menaiki tangga ia sampai di kamarnya, kondisinya berantakan Shira melihat ke segala penjuru lalu perhatiannya teralihkan ke atas meja, disana terdapat setumpuk kertas, mungkin itulah dokumen tentang target pembunuh tadi.

Shira berjalan ke arah meja lalu mengambil kertas tersebut, kemungkinan kertas tersebut berisi informasi yang ia butuhkan, Shira membaca semua dokumennya.

"ohh... "

Hanya kata itulah yang keluar dari mulut Shira, setelah beberapa lama ia dia ia mengambil sebuah ponsel yang ada di atas kasur, ponsel tersebut hanya dapat di buka oleh sidik jari pemiliknya, dan pemiliknya sudah mati yang artinya Shira harus berjalan kembali ke tempat tadi.

"Ahhh hhhh.... Merepotkan! "

Shira hanya bisa mengeluh sambil membawa ponsel di tangannya bersama dokumen tadi, Shira berpikir sebentar lalu ia menuju balkon hotel dari sana ia melompat ke atap dengan mudahnya, dan setelah sampai di atap ia melihat sebuah senjata yang digunakan oleh pembunuh tadi dalam membunuh targetnya.

Demi menghilangkan barang bukti Shira mengemas seluruh senjata tersebut dan menggendongnya, Shira berjalan ke arah lain dan sampai di ujung setelah itu ia melompat dengan kaki terlebih dahulu, *brakk*suara yang muncul ketika Shira mendarat di tanah dan tempat pijakan nya menjadi retak.

Shira berjalan mendekati mayat pembunuh tadi, dan setelah sampai ia meletakkan salah satu jarinya ke finger scan di ponsel tersebut, hal tersebut ia lakukan berulang-ulang sampai akhirnya password ponsel tersebut terbuka.

Shira melihat ke pesan di ponsel tersebut, ia menemukan banyak sekali pesan dan notifikasi Shira membaca semua pesan dan menemukan sebuah pesan dari sebuah organisasi, setelah itu Shira berjalan menuju lokasi yang sudah ada di benaknya.

***

Suara musik yang merdu mengiringi sebuah pesta yang dihadiri para petinggi sebuah perusahaan. Di dalam ruangan yang besar terdapat banyak orang yang sedang menikmati pesta, diantaranya para lelaki kebanyakan memakai tuxedo dan para perempuan kebanyakan memakai gaun yang mencolok. Tidak hanya itu banyak sekali makan yang tersaji di atas meja, bir, dan beberapa jus.

Seorang pria paruh baya sedang mengobrol dengan beberapa orang sambil memegang sebuah gelas bir, ia berbicara dengan sangat sopan, tidak hanya itu sepertinya dia dihormati semua orang.

Seorang gadis datang membawa segelas bir ditangan kanannya, gadis itu berpenampilan menarik dengan bola mata yang berwarna coklat, rambut yang panjang Damalis menutup telinga dan hampir menyentuh tanah berwarna merah darah, dan gaunnya yang berwarna biru ditambah ada bunga lotus di bagian pinggangnya.

Gadis itu tidak salah lagi Shira, karena tingginya yang pendek dan warna rambutnya. Shira berpura-pura terjatuh ke arah pria yang sedang mengobrol tadi dan menumpahkan birnya tepat di kemejanya, tetapi pria itu menahan Shira agar tidak terjatuh.

"Terima kasih tuan! "

"Tidak apa-apa! Yang lebih penting lagi kau! "

"Ah... Ya... Kalau aku baik-baik saja! "

Shira berkata dengan malu-malu dan mendapatkan perhatian pria paruh baya itu.

"Permisi aku tinggal sebentar! "

Setelah berkata pria paruh baya tersebut mengajak Shira pergi kelaur ruangan tersebut, mereka berdua memasuki sebuah lift yang turun ke bawah. Ketika didalam lift pria itu bertanya.

"Apa maumu? Sampai berbuat sebegitu padaku! "

"... "

"JAWAB PERTANYAANKU PEREMPUAN JALANG! "

Pria membentak Shira dan menghinanya. Shira berdiri dihadapannya lalu menarik kerah bajunya dan mendekatkan telinga mulutnya kepada pria itu lalu berbisik.

"Kau akan merasakan kematian yang sangat menyakitkan! "

Kelopak mata pria itu terbuka lebar dan keringat mulai muncul, *ting*bunyi lift menandakan bahwa mereka telah sampai di lantai yang dituju, Shira berjlan keluar dengan santai dan pria paruh baya tadi menghilang entah kemana bagai melakukan trik sulap.

"Pulang ah!... "

Setelah berubat dengan malas Shira memutuskan untuk kembali ke villa miliknya.

***

Tidak mendapatkan informasi yang sangat berharga dan hanya pulang dengan beberapa informasi yang cukup berguna, Shira berjalan menuju villanya yang sudah ada di depan matanya, disana terlihat seorang pria dengan tinggi 178cn berdiri dekat dengan gerbang, pria itu adalah krian pelayan Shira yang sedang menunggu majikannya.

"Selamat datang kembali tuan! "

Ketika sampai di depan krian, pelayanannya itu memberontak ucapan  dengan hormat. Shira hanya menjawab *ya*dan masuk ke dalam villa nya diikuti dengan krian yang berjalan dibelakang Shira.

"Bagaimana keadaan disana? "

"Biasa-biasa saja, tidak ada yang mencurigakan! "

Shira bertanya kepada krian tentang keadaan di kota vampir, kota yang dihuni oleh vampir kelas bersenjata, dan bangsawan, banyak juga vampir biasa yang tinggal disana.

"... "

"Ada apa gerangan tuan? "

Krian bertanya kepada tuannya Shira yang dari tadi diam saja di dekat pintu masuk.

"Apa kau tidak merasa ada yang aneh?... "

"Apanya? "

"Kenapa mereka mengincar ras vampir? Atau mereka sedang melakukan percobaan dan kita dijadikan objeknya? Saat tadi juga aku menemukan orang-orang yang menyerang ku waktu itu, mereka menyerang vampir lain secara membabi buta! Apa mereka di cuci otaknya?.... "

Sebelum menyelesaikan perkataannya Shira membuka pintu villa, didalam villa tersebut ada 3 lantai, dan lantai ketiga adalah ruangan pribadi milik Shira, lantai pertama saat ini Shira dan krian berpijak dihiasi dengan berbagai macam dekorasi seperti lukisan, dan lampu gantung yang besar menempel di atas selain itu juga ada sebuah kursi bergaya klasik berwarna hitam dan bergaris merah yang diletakkan di ujung sudut ruangan.

Shira berjalan menuju sudut ruangan, dan duduk di kursi seperti seorang raja yang duduk di singgasananya. Krian menawarkan sesuatu.

"Apa perlu saya ambilkan teh? "

"Tidak usah duduklah! "

"Baik! "

Krian duduk di depan Shira dengan tangan diletakkan di atas pahanya.

"Jadi kapan waktu rapat anggota dewan? "

"Saya masih belum tahu, tetapi ada rumor yang tidak baik tentang anda! Mereka membicarakan tentang sikap anda yang selalu tak perduli dengan rasa kita! "

Shira diam sejenak lalu berujar lagi.

"Kalau soal itukan kau tahu bahwa aku tidak suka hal seperti itu!.. "

Shira berdiri sebelum menyelesaikan ujaran nya, dan berjalan mendekati krian yang sedang duduk di hadapannya.

"... 80 tahun yang lalu padahal kau meminta ku untuk menyelematkanmu, tetapi kau malah berkata bahwa itu hal yang merepotkan. Adakah hal lain yang ingin kau sampaikan? "

Shira berkata sambil tersenyum kecil yang membuat taringnya terlihat menonjol keluar.

"Tapi saya harus membuat laporan atas tindakan anda! Saya setiap harinya harus berbohong demi menyelesaikan laporannya! "

Krian membela dirinya, akan tetapi Shira hanya melihatnya saja dan berkata lembut.

"Terkadang kebohongan itu diperlukan! "

"BOHONG NDASMU!.. "

Krian berteriak dengan keras sampai suaranya bergema dulu seluruh ruangan.

"Baiklah daripada tidak ada kerjaan aku ingin kau menyelidiki sebuah perusahaan! "

Sambil berkata dengan tenang Shira menyerahkan selembar kertas dan pergi ke lantai atas meninggalkannya.

***

Next chapter