1 Hole?

"Hmm 7/10"

Pukul 8 malam menjadi rutinitas kami untuk menonton film bersama bukan karna kami berpacaran tapi karna satu makhluk tuhan penggila cerita ini yang membuatku harus mengeluarkan banyak uang tiap bulan nya. Bayangkan saja jika satu tiket bioskop itu 40.000 dan untuk satu bulan nya ada 10 judul film saja sudah cukup untuk membuat dompet ku menangis.

Mungkin itu mudah baginya yang seorang penulis ternama untuk mengeluarkan uang sebegitu mudah nya untuk sekedar memenuhi hobi sederhana namun banyak biayayanya. Ya anggap saja dia memang penggila dunia cerita, melihatnya di bioskop sangatlah berbeda dengan dirinya ketika dia hanya duduk serius disudut ruang kerjanya.

Di sepanjang lorong bioskop seperti hanya suara dia yang menggema, ntah karna tidak ada orang lain disana atau saking keras dan serius nya dia bercerita, rambut panjang nya pun ikut mengayun karna semangat menceritakan film yang kita tontonton bersama yah bagaimanapun memang seperti itulah dia

"he, bukankah kau seharusnya sadar banyak sekali plot hole disana? Aku bahkan hampir menilai 5/10"

Tanyaku yang seorang amatir menanyakan hal yang wajar dari seorang Febridiana Feliska atasanku sambil mempersilahkannya duduk di café untuk mengistirahatkan diri dari seru nya film tadi serta mempersiapkan diri dari kuliah umum sang penulis ternama.

"memang menurutmu plot hole itu apa?"

"eror, hal yang tidak dijelaskan dalam cerita, ketidakonsistenan dalam penulisan"

Hal yang sudah seharus nya di ketahui para penulis apalagi penulis film besar seperti itu bukankah akan tidak masuk akal jika dilakukan. Dalam film yang baru saja kutonton ini menceritakan tantang seseorang yang mampu berteleportasi ke tempat yang dia mau, tapi penulis lupa memperhitungkan perbedaan zona waktu sehingga ada ketidak konsistenan dalam penulisan.

"yup, tapi… setiap penulisan cerita akan ada plot hole bahkan bisa dipastikan probabilitasnya akan semakin naik ketika cerita semakin panjang. Bukan hanya cerita – cerita sederhana bahkan banyak loh film-film besar yang masih ada plothole nya"

"apakah benar-benar tidak bisa dihindari?"

"hmm bukan menghidari tapi mengurangi. Mungkin paling mudah nya adalah mencatat apa yang kita tulis dan menulis apa yang kita catat, mungkin kamu akan berpikir ini artinya kamu harus menulis dua kali tpi yang ku mkasud adalah mencatat poin-poin dalam cerita yang suatu saat bakal digunakan lagi atau bahkan diulang-ulang seraya cerita berlanjut."

Ini sedikit menjelaskan kenapa meja kerjanya banyak sekali memo, ternyata itu semacam contekan agar dia terus pada jalur yang dia mau. Kapan karakternya lahir, dimana dia lahir, kebiasaan nya, kapan karakternya sampai kota dan tanggal kematian nya selalu dia tulis di potongan kertas meja kerjanya

"terus kenapa nilai nya 7/10?"

"karna beberapa plothole justru diciptakan dengan sengaja, sederhananya beberapa menulis ingin tetap merahasiakan sesuatu atau justru ingin melanjutkan di sequel berikutnya jadi dia sengaja tidak menjelaskan semuanya, walaupun bagiku aku lebih suka ketika panel hitam berakhir lembaran cerita sudah harus di akhiri dan akan dimulai dengan cerita yang baru tapi tidak semua orang menerima hal yang baru begitu saja kan?"

Mendapat jawaban yang berat seperti itu ntah kenapa membuat suasana nya jadi sedikit susah untuk bernafas

"ya kau benar dari segi bisnis kalau kau terus membuat pertanyaan di dalam cerita maka cerita nya akan terus berlajut, begitu pula dengan uang yang kau dapat jadi itu yang menyebabkan banyak film yang terus diperpanjang padahal sudah tidak layak ditonton, tunggu sebentar satu judul dengan banyak seri bukankah itu mirip sepertimu?"

"hei, kau sebaik nya tidak pernah meremehkan penulis apa lagi orang seperti ku"

hal yang perlu aku waspadai ketika dia mengatakan itu adalah dalam 1tahun bukan hanya dia berhasil menjadi penulis dengan penjualan buku terbanyak tapi dengan pemecahan misteri pembunuhan terbanyak dan dengan menodongkan garpu kearah ku dengan tatapan tajam mungkin aku bukan lagi bejo assisten febridiana feliska tapi bejo sang korban pembantaian febridiana feliska.

avataravatar
Next chapter