webnovel

6. PREMIUM PORNH*B

Heri sedang duduk di lantai dengan kaki di lipat kebelakang lalu tangan nya ditaruh di atas paha nya matanya masih menunduk tidak berani menatap orang rumah yang sedang mengintrogasinya.

"Heri" yang pertama kali Heri dengar adalah suara tegas Papa Bastian sungguh yang paling takuti di keluarga Wijaya adalah Abi Adam dan Papa Bastian , Papa bastian tegas dan keras sedangkan Abi Adam lemah lembut tapi perkataan nya tidak jauh dari Neraka dan Azab. Untung saja Papi Alan dan Ayah nya santai bisa - bisa Heri stres menghadapi orang seperti Abi dan Papa nya .

"Heri nggak korupsi Pah" ujarnya

"Itu typo, Kang Bian sendiri udah tau kok. Sumvah aku nggak korupsi"

"Typo terus" ujar sindir Teh Arin

"Lain kali nggak lagi typo. Janji"

"Nggak ada lain kali, kalau sampe typo lagi Papa lempar kamu ke peliharaan nya Bang Al

Heri yang mendengar itu langsung melihat Bang Al yang diam dan menatap nya tajam.

Masya allah.

"Kamu ngapain daftar premium pornhub? Kan bisa yang biasa aja "

"Yah si Abi mau Alim tapi nanggung" ujar Renjun yang bergelanjutan di lengan Mami Mita.

"MANA HERI!!! HERI SINI KAMU" Teriak Bunda nya dari arah dapur sambil membawa panci kecil .

Heri segera berlindung dibelakang punggung Umi Nazwa yang hanya tersenyum.

"SINI KAMU" ujar Bunda nya nyalang untung saja di pegang ehh di peluk lebih tepatnya oleh Ayah.

"Asem.  Ayah nya emang kalo ada kesampatan nggak bisa dilewatkan. "

"Tenang hei, istigfar" ujar Ayah nya .

"Yah, nenangin si nenangin tapi tangan nya dong nggak usah remas - remas pantat Bunda!!!" Teriak Renjun yang terdengar jelas suaranya tapi tubuh nya berlindung di balik tubuh Mami Mita .

"Kamu kenapa bikin tatto nggak ijin dulu?" Tanya Bunda nya yang masih kesal .

"Hehehe Lupa"

"Lupa aja terus, awas aja kalo sampe nggak ijin - ijin lagi Bunda gunting titid nya"

"KENAPA SIH AKU SALAH MULU" teriak Heri tidak terima lebih ssperti tidak tahu diri .

"Kalian nggak tau aku beli premium pornhub buat siapa"

"Nih yah Bi , aku tuh beli premium pornhub buat ..."

Dengan serempak Bang Kai, Bang Eros, Renjun , Kang Bian , Juna , Mas Leon, dan Matthew menutup mulut Heri dan membawa nya keluar . Terakhir Bang Al yang mengikuti para Bujang Wijaya.

"Ehh kalian mau bawa kemana anak Bunda" ujar Bunda karena melihat Heri di arak - arak seperti maling.

"Bunda tenang aja nanti aku kembaliin anak Bunda masih dalam keadaan lengkap" Al mengatakan itu dengan nada datar

"Ta , anak nyeremin"

"Besok mau aku bawa kedukun Teh"

"Mita" peringat Abi

"Dih si Aa Adam, becanda A. Lemesin dong jangan tegang mulu. Tuh minta sama si Teteh Nazwa buat lemesin biar ngga tegang"

********

Para bujang Wijaya membawa Heri ke klub milik Bang Al semuanya serempak minum, kecuali Renjun yang setia meminum milkshakes strawberry.

"Ini kah yang namanya kesetiaan?

Ini kah yang namanya sesama sepupu harus saling melindungi

Ini kah yang...."

"Kalo sampe Lo ngomong sekata lagi, Gue masukin ke kandang Macan di lantai bawah" ujar Bang Al tegas .

"Hehehe" Heri hanya tertawa pelan nyali nya langsung ciut jika Bang Al sudah berbica

"Kang bukan nya itu Calon teteh ipar yah?" Ujar Renjun saat melihat Luna berjalan ke lantai atas.

"Shit" ujar Kang Bian lalu berlari mengejar Luna .

"Sesepuh sebentar lagi akan soldout, apakah Mas Leon akan mengikuti Kang Bian?" Tanya jahil Heri.

"Kai duluan"

"MUSTAHIL" Serempak semuanya .

Kai yang aneh bertanya.

"Lah kenapa mustahil?, besok juga Gue bisa.."

Semua bujang Wijaya menunggu kelanjutan ucapan Bang Kai

"Nikah?" Ujar Juna

"Kawinlah"

"Asem"

"Setan"

"Syalan" ujar Eros dan melempar botol aqua kearah Bang Kai.

Suasana nya menjadi beku seperti terhenti waktu, saat mengetahui kesalahan nya Eros berdiri dan berlari  . Ia kelepasan melempar botok aqua dan mengenai kepala Abang nya sendiri.

"Awas aja kalo pulang, Gue mutilasi" ujar Bang Kai.

Peraturan dari dulu keluarga yang lebih muda dilarang memukul kepala

Keluarga yang lebih tua, dan Eros salah karena ia adik kandung nya Bang Kai.

******

Tangan Luna ditarik oleh Bian, dan seketika pandangan keduanya bersatu.

"Bapak lagi ngapain disini?" Tanya Luna heran.

"Ini klub milik sepupu Saya, kamu ngapain kesini" tanya Bian tidak suka.

"Cari suami" jawab nya asal .

"Ohh, nih di depan kamu udah ada calon suami" Luna berbalik dan menatap jengah pria di depan nya itu .

"Ikut Saya ke Rooftop" ujar Bian dan menarik tangan Luna.

Tanpa menjawab Luna sudah di bawa ke lantai  paling atas yang terdapat sebuah kamar semi outdoor yang langsung mengarah ke pemandangan Jakarta di malam hari .

Bian duduk di pinggir kasur sedangkan Luna menatap langit malam yang indah .

"Soal kejadian itu Saya minta maaf" ujar Bian dan melihat Luna yang mulai menatap nya.

"Its Oke, udah lalu kita bisa lupain itu"

"Nggak bisa, Saya tetap harus bertanggung jawab"

"Married with out love? I cant" Luna berdecih dan berbalik memunggungi Bian.

"Saya percaya cinta bisa datang seiringnya waktu" ujar Bian dan mendekat ke arah Luna .

"Tapi itu terkesan terlalu di paksakan" Bian meraih jemari Luna dan Luna menatap tautan tangan nya dengan Bian.

Bohong jika dirinya tidak menyukai Bian.

Pesona nya terlalu kuat untuk di tolak apalagi sejauh ini Bian tidak bertindak aneh atau membuat nya ilfeel.

"Kita bisa mulai berpacaran kalau kamu nggak mau langsung nikah"

"Maksud Bapak apa?" Tanya Luna

"Kita bisa pacaran dulu sebelum nikah, kalau kamu masih nggak mau nikah sama saya . Saya nggak akan maksa kamu nikah sama saya"

"Bapak pikir saya hamil?" Tanya Luna dengan nada sedikit tinggi.

"Who knows, I don't use a condom and every time I have an orgasm I just get it inside" ujar Bian seduktif dan semakin mendekatkan tubuh nya pada Bian.

Feromon Bian begitu kuat hingga tanpa sadar Luna mendongkak dan semakin nelangsa ketika Bian dengan sengaja meniup pelan wajah nya.

Bian memegang dagu Luna dan menarik nya semakin dekat dengan wajahnya .

Ciuman  terjadi, Bian memangut pelan bibir bawah Luna dan Luna membalasnya dengan memangut bibir atas Bian.

Pangutan panas terus terjadi hingga Bian mendorong pelan tubuh Luna dan menidurkan nya di kasur lalu ciuman itu semakin intense dan dalam.

Tangan kanan Bian masih mencengkram pelan leher Luna sedangkan tangan kiri nya sudah menjalar kemana - mana .

Setelah menuntaskan semuanya Bian teringat perkataan Abi nya.

"Kalau kesalahan di lakuin 2 kali bukan kesalahan namanya tapi keenakan"

Bian memeluk erat tubuh polos Luna berharap gadis itu tidak meninggalkan nya lagi .

"Jadi kamu mau jadi pacar Saya?" Tanya pelan Bian .

"Lets try, jika berhasil kita nikah" jawab pelan Luna dan kembali memeluk tubuh hangat Bian.

Next chapter