webnovel

Tragedi (01)

Hari ini aku pergi berburu bersama kakakku, aku diminta untuk belajar melemparkan tombak dengan tepat. Kakak menggendongku di pundaknya sambil berlari dengan cepat. Aku senang sekali karna hari ini adalah hari yang penuh dengan sinar matahari.

"Chas, apa yang ingin kamu tangkap hari ini?" Tanya kakak ku yang masih berlari sambil menggendong diriku di pundaknya.

"Aku ingin rusa! Seekor rusa yang besar!" jawabku berteriak karena girang.

"Lalu, kamu ingin mencari kelinci untuk chalissta juga?'' Tanya kakakku kembali.

"Iya!" Jawabku penuh semangat.

Kakak berlari sambil memerhatikan sekitarnya, mencari mangsa yang aku targetkan hari ini. Ditengah larinya, kakak tiba-tiba berhenti karena melihat sesuatu. Seekor rusa jantan besar sedang makan dengan santainya di balik semak. Kakak kemudian menurunkanku dari pundaknya. Dia menujukan rusa yang dia lihat.

"Chas, itu targetmu," Ujar kakak sambil tersenyum. "Mau melakukannya sekarang?"

"Iya, aku mau," Ucapku dengan suara pelan.

"Call, soul weapon : line spear," Ucap kakak memanggil senjata miliknya lalu memberikannya padaku. "ini, hati-hati menggunakannya."

Aku mengangguk dan menerima tombak dari kakakku. Aku perhatikan rusa jantan dihadapanku, menunggu moment yang tepat, dan aku melemparkan tombak tersebut ke arah leher rusa.

"Line spear!" Teriakku melempar tombak ke arah leher rusa.

Seketika tombak yang aku lempar menancap di leher sang rusa, tapi belum selesai sampai disitu. Aku dan kakak masih harus mengejarnya, karena yang aku tombak adalah rusa jantan, rusa yang memiliki kekuatan di atas rusa lainnya, atau bisa dibilang penguasa wilayah dari sekelompok rusa.

Aku terus berlari mengejar rusa itu sambil melemparkan tombak yang di berikan kakak padaku. Pengejaran berakhir pada lemparan ke-tiga, rusa jantan itu jatuh tidak berdaya. Kami pun membawa pulang rusa tersebut untuk di konsumsi.

Tidak kami sangka ternyata kami sudah terlalu jauh, jauh sekali dari daerah hutan sekitar tempat tinggal kami. Setelah mengetahui hal itu kakak bergegas menggendong ku dan menyeret rusa tersebut. Kakak berlari tanpa memperdulikan apapun yang ada di sekitar kami. Cukup lama waktu yang harus kami tempuh untuk pulang, dan kami sampai dirumah pada waktu petang.

Ayah dan ibu sudah menunggu kami didepan pintu, wajah mereka terlihat sangat khawatir. Ibu langsung memeluk kami yang terdiam melihat mereka, sementara ayah mengangkat rusa tangkapan kami.

"Syukurlah kalian sudah pulang, ibu dan ayah khawatir sekali," Ujar ibu yang masih memeluk kami berdua.

"Tangkapan kalian bagus, tapi sepertinya kalian pergi terlalu jauh, apa ayah benar?" Ucap ayah sambil menggendong rusa yang besar itu.

"Maaf kan aku ayah, aku tidak memperhatikan sekitar ku saat mengejar rusanya," Sahut kakak dengan wajah yang menyesal.

"Ini juga salahku," Sahutku tiba-tiba yang membuat semua orang melihatku.

Ibu kemudian melepas pelukannya dan memandangiku. "Tidak ada yang perlu di salahkan, buatlah hal ini sebagai pembelajaran untuk berhati-hati di lain waktu, kalian mengerti?" Ucap ibu dengan penuh senyuman.

"Kami mengerti, bu," Sahut ku dan kakak serentak.

"Sekarang, ayo kita masuk, bersihkan diri kalian dan bersiap untuk makan malam," Sela ayah melewati kami bertiga sambil membawa rusa.

~~~~~

Aku mengganti bajuku, merapikan rambut, dan pergi menuju meja makan. Disana sudah ada ayah, kakak, dan chalissta. Aku kemudian berlari kedapur, membantu ibu membawa hidangan ke meja makan.

"Ibu, aku ingin membawanya juga," Ujar ku tiba-tiba di dekat ibu.

"Baiklah, tolong bawakan piring berisi salad ke meja makan ya," Ucap ibu.

Aku lalu mengambil piring berisi salad dan membawanya ke meja makan. Sesampainya di meja makan aku sempat terdiam memandangi tepian meja.

"Hahaha, ada apa Chas?" Tanya kakak ku yg tertawa geli.

"Mejanya... Mejanya lebih tinggi dari diriku," Jawabku dengan wajah datar.

"Haha, kemarikan piringnya Chas," Ujar ayah yang ikut tertawa.

Ayah mengambil piring dari tanganku. Setelah meletakan piring di meja, ayah mengangkat dan mendudukanku di kursi. Kakak masih saja tertawa karena hal tadi. Apakah hal ini wajar? Pikirku sambil memandangi meja. Ayah meletakan tangannya di kepalaku sambil tersenyum dan berkata "Tenang saja, sekarang umurmu masih 10 tahun, kamu pasti akan bertambah tinggi nanti."

Tidak lama kemudian ibu datang dengan membawa daging rusa panggang hasil tangkapan kami. Aroma panggangan daging rusa yang harum di tambah dengan saus madu asam buatan ibu, membuat kami semua tidak bisa menahan rasa lapar lagi. Kami langsung menyantapnya setelah ibu membagikan potongan daging ke piring kami. Nikmat sekali, seakan aku tidak ingin ini berlalu begitu cepat.

"Ini enak bu!" Ucap ku lantang.

"Iya, ini enak sekali, ibu memang yang terbaik!" Sahut kakak dengan mengangkat garpunya.

Ayah hanya tertawa melihat tingkah kami. Ibu ikut tertawa begitu juga dengan chalissta. Aku sangat menikmati waktu bersama keluargaku seperti ini. Tidak ada yang bisa menggantikan suasana hangat dari sebuah keluarga. Aku melanjutkan makan malam ku, menghabiskan daging panggang beserta saladnya. Setelah waktu makan malam selesai, kami semua berkumpul di belakang rumah untuk melihat bintang. Banyak sekali bintang yang bertebaran di langit. Ayah memberi tahu kami banyak hal tentang bintang, mulai dari bintang penunjuk arah, bintang yang menandakan pergantian musim, dan rasi bintang.

Ditengah kesenangan kami melihat bintang, ayah tiba-tiba menghilang. Ibu jadi bertingkah aneh, ibu seperti memfokuskan seluruh energinya untuk mengawasi sekitar kami. Dan kemudian ibu meminta kami masuk ke dalam rumah dengan segera.

"Kalian masuk lah ke dalam rumah sekarang," Ucap ibu serius.

"Ibu, ada apa?" Tanya kakakku bingung melihat sikap ibu yang berubah tiba-tiba.

"Ibu, ayah dimana?" Tanyaku yang juga bingung.

"Jangan perdulikan apapun sekarang! Chuorin, Masuk kedalam rumah bersama Chas dan Chalissta sekarang!" Ucap ibu agak keras.

Kakak langsung menggendong chalissta dan menarik tanganku. Kakak membawa kami masuk ke dalam rumah. Tangan kakak yang menariku, aku merasakan tangan kakak dingin dan gemetaran. Raut wajah kakak terlihat sangat bingung dan ketakutan. Aku dan chalissta di letakan di meja makan. Kemudian kaka berlari menutup semua pintu masuk dan jendela.

"Kakak, sebenarnya ada apa ini?" Tanyaku yang sudah tidak mengerti lagi akan situasi yang ada. Kakak tidak menjawabku, dia memeluk diriku dan Chalissta sambil berkata "Tidak apa-apa, kakak ada disini, kakak akan melindungi kalian."

"Kakak..." Gumamku tidak tahu lagi apa yang harus aku katakan.

Next chapter