Prolog

-Nightless-

"Aku, layaknya manusia pada umumnya. Terlahir pada seutas tali pusar yg menghubungkan antara kehidupan dan kematian.

Aku, layaknya rumput pada tanah lapang.

Yang hidup diinjak-injak oleh mereka para bajingan tapi tetap menggantungkan diri pada setiap kotoran yang mereka buang kearahku."

●●●

"Nafasku sesak sekali, aku rasa ada tali yang mengikat perutku. Ohh! Tulang rusukku serasa patah, sakit sekali! Hidungku sepertinya tidak normal, darahnya keluar tak ada hentinya. Tapi kenapa darahnya naik ke mata? Aduh! Kepalaku pening sekali, rasanya seperti akan meledak. Dimana aku? Aku tak bisa merasakan lantai sama sekali, tanganku juga terikat. Kakiku kenapa? Rasanya seperti mati rasa namun sakitnya bukan main! Aku tak bisa menggerakkan apa apa."

"DIMANA KAKIKU?! AKU TAK BISA MENGGERAKKAN PERGELANGANKU! KAKI KIRI KU DIMANA?!" teriak si pemuda.

dap... dap... dap

Kriet Brak!

"HEY SIAPA SAJA!! KELUARKAN AKU! TURUNKAN AKU! BANGSAT! SIAPA YANG BERANI MENGGANTUNG AKU SEPERTI INI?!"

"Kau sudah sadar ternyata? Kelelawar licik! Hahaha," kata lelaki itu.

"Bangsat! Siapa kau?! Turunkan aku! Dasar gila!"

"Kau tak perlu tahu siapa aku, aku hanya minta kau menjawab, dimana kau sembunyikan kepingan itu?" Balas si pria.

"Kepingan apa?! Apa maumu?!" Sahut pemuda itu.

"Sudahlah, hentikan semua usahamu, jika kau tak segera menjawab kau akan terjun bebas ke lahar yang sudah kusiapkan dibawahmu," ancamnya.

"Apa? Lahar? Pantas saja dari tadi aku mencium aroma belerang," batin si pemuda.

Greg gruuung suara mesin terdengar keras menggaung seantero ruangan.

"Hey! Apa yang kau lakukan! Jangan turunkan aku! Tidak!"

"Diamlah kau babi cengeng, aku akan sangat menikmati pertunjukkan ini"

"Argh! Hentikan!" jeritnya kesakitan.

Pemuda itu tersentak ketika helai demi helai rambutnya tercelup hangus dimakan kobaran api lahar hingga batok kepalanya gundul dan terluka cukup parah oleh cairan lahar yang berada di kolam besi tebal itu. Sama sekali tak terpikirkan olehnya jika pria itu akan menyiksa dirinya hingga benar benar nyawanya akan lumer dalam hitungan detik.

Wuuung grek si pria mematikan mesin katrol

"Aargghh," jeritnya menahan sakit.

"HAHAHA"

byuuurrrr

"AAHHH!" pemuda itu berteriak menahan sakit.

"Hey sayang, berterima kasihlah kepadaku karena telah mengguyur air es ke kepalamu yg lumer itu. Oh sayang sekali tengkorakmu menghitam, padahal itu enak sekali rasanya," siluet senyuman pria gila itu terlihat dari kegelapan.

"DASAR IBLIS KEPARAT! ARGH!"

"Hahaha baiklah sepertinya malam ini cukup sampai disini. Aku akan kembali dalam beberapa hari. Selamat malam, dan selamat istirahat, semoga mimpi indah sayang! Hahaha!" kata lelaki itu dengan jalan pelan menuju arah pintu yang berada di kegelapan sana.

"WOI! KEMBALI KAU IBLIS KEPARAT! LEPASKAN AKU! ANJING GILA!" teriak pemuda itu hanya menggaung dan tak ada balasan dari siapapun termasuk angin malam.

"Kenapa aku bisa seperti ini? Apa salahku? Sudah berapa lama aku disini? Bagaimana nasib para sahabatku, Niamh serta Ayah, Bunda, dan Keisha? Aku sangat rindu mereka. TOLONG CARI AKU!"

•••

"HAH HAH HAH! Sial aku tertidur!"

"Uhuk-uhuk hueek"

karena terlalu lama digantung terbalik akibatnya dia memuntahkan semua isi perutnya termasuk cairan berwana kuning beraroma busuk yang pelan pelan membasahi mukanya.

Grrr guk guk guk!

"Anjing? Dimana? Woi apa ada orang?!" tanyanya.

Guk guk!

"Hai! Apakah ada orang disini?! Tolong aku turun dari sini!" tanyanya kesekian kalinya.

Setelah itu suasana kembali hening, dia hanya dapat mendengar suara tetesan air jatuh. Tetesan lendir kuning yang menetes dari luka bakar di tengkoraknya.

"Aaahh! Perih!" pekiknya.

Suiiit Crak! Bruk!

Tiba tiba dari kejauhan muncul suara bising seperti ribuan lebah yang menyerang dan mendorong keras rantai besi yang mengikat perutnya hingga menabrak dinding besi baja disana. Ternyata itu bukanlah lebah! Melainkan anak panah! Dan bunyian keras itu berasal dari ujung mata panah!

"Argh gila! Apalagi ini?!" bentaknya.

"Hahaha anak anak kepung dia!" Seru pria itu.

Guk guk!

Dap dap dap

Anjing-anjing itu langsung berlari menuju si pemuda dan berhenti tepat di bawahnya.

Guk guk guk!

"Good boy! Tenang anak anak bodoh, kalian sudah makan usus bayi hari ini! Jangan melompat lompat kearah babi gantung itu!"

Guk guk guk!

BRAK!

"BANGSAT! KUBILANG TENANG!" suara kayu yang tiba tiba dibanting ke lantai gedung diiringi bentaknya itu seketika menghentikan gerak para anjing.

"Siapa kau?!" tanya pemuda itu.

"Cih, babi gantung kotor muka hancur bau sampah! Jangan banyak bacot atau akan kuhancurkan kakimu satunya dengan panah panah ku ini! Cuih!" bentak pria bermuka seram dan bertubuh buntal itu.

"Gluk gluk glukkk ahhh~ Memang enak arak tuban ini, ndak rugi aku beli banyak kemarin malam!" tambahnya.

"Woi jawab aku brengsek! Siapa kau dan darimana kau datang?!" bentak si pemuda sekali lagi.

"Hahaha bajingan, keren sekali ucapanmu itu! Dasar babi mulut sampah! Aku adalah penjagamu! Dan hari ini aku ditugaskan oleh bos besar untuk memeberi jatah makanmu!" sahut pria itu.

"Jangan kau sok baik hati dengan memberi aku makan, dasar setan alas!"

"BRENGSEK!" bentak si pria tambun.

Suiit Crak!

"AAHH BAHUKU!" pemuda itu yang merasakan bahu kirinya dihujam mata panah.

"HAHAHA PUAS KALI KU BISA MEMBURU BABI SIAL INI! HAHAHAHA TAPI SAYANGNYA BOS TIDAK MENGIJINKANKU MEMBUNUH HASIL BURUANNYA KARENA KAU SANGAT PENTING BAGINYA! HAHAHA!" teriak pria gendut itu.

"SIAL! ARGH! HAH HAH! NAFASKU SESAK!"

Ternyata tulang bahunya sebelah kiri bukan hanya tergores saja, melainkan ringsek akibat ujung anak panah itu! Tulang sendinya hancur dan kini tangan kirinya tak dapat digunakan lagi!

"Hahaha hmmm uhuk-uhuk, cuih! Ah sial gara-gara kau aku tidak bisa menikmati arak ku ini! Bajingan tengik mulut sampah banyak bacot! Kalau sampai saja nanti mulutmu tetap berisik aku akan membunuhmu!" ancamnya.

"Anak anak menyingkir dari sana! Kembali ke depan gerbang!" suruhnya kepada para anjing itu.

Guk guk!

Krek... brak!

"AAARH!"

Suara katrol dan rantai menurun keras hingga mengakibatkan kepala pemuda itu menghantam keras permukaan lantai.

"HAHAHA ADA BABI MELUNCUR!"

Sruug... drak suara piring nasi didorong menghantam bibir si pemuda yg terkulai lemas di lantai.

"Aah!" jeritnya kesakitan.

Pria tambun itu menggerakkan tangannya membenarkan posisi si pemuda dan menyandarkannya ke tiang baja, lalu menyuapkan makanan malam itu.

"Hueek! Apa ini?! Bangsat! Huek-huek!"

"Hahaha goblok! Ini makanmu cok!" teriak pria itu.

"Kau beri aku makan apa?!" tanya si pemuda.

"Ini nasi kuah rendaman tikus dan daging angsa! Bukankah ini sangat nikmat!"

PLAK! tangannya besarnya terjun bebas ke pelipis si pemuda.

"AAH! SAKIT!"

"Ini hasil buruan dan jatah makanku selama berburu beberapa hari yang kumasak sepenuh hati namun kau muntahkan!"

PLAK... PLAK...! ucapnya sambil terus menggampar pelipis pemuda itu.

Akhirnya pemuda yang lemas dan sangat lapar itu hanya bisa menangis terisak isak sambil memakan apa yang disuapkan oleh pria gendut itu. Tak berapa lama semua hidangan malam hari itu ludes tak sersisa dimakan si pemuda. Bukan hanya makanan itu namun seluruh muntahan yang ada di lantai bersih di sikat oleh pria tambun dan dijejalkannya ke pemuda itu hingga benar benar tertelan. Jika pemuda itu memuntahkan makanannya, maka pria itu akan menjejalkannya kembali hingga benar benar tertelan!

"Nih minum air ini!" bentak si pria.

Gluk gluk gluk

Pemuda itu menelan air sebanyak banyak mungkin.

"Enak?! Ya iyalah! Ini air bersih dari mata air yang aku temukan disana! Setelah aku kencing dan buang hajat tentunya! Hahaha!"

"HUEEEEK!"

Si pemuda langsung mual dan berusaha memuntahkan isi perutnya itu namun tak ada lagi yang bisa dikeluarkan oleh pemuda itu!

Si pria hanya tertawa lantang melihat si pemuda itu hingga dia meninggalkannya ke atas kasur dan tertidur pulas dengan salah satu anjing kesayangannya.

Disaat seperti itu si pemuda hanya bisa melihat lampu yang menyorot ke arah lelaki itu, dia hanya sanggup berdiam diri dan membenarkan posisi duduk.

Berjam-jam berlalu dan semua waktu itu hanya berlalu pada otak pemuda yang makin lama makin berfikir keras, memikirkan cara untuk lari dari tempat hina itu.

"Ya tuhanku, tolong aku. Huu-huu. Lihat ini semua, bahu kiriku hancur, hidungku bengkok, kulit kepalaku terkelupas dan menghitam, dan kaki kiriku hilang terpotong entah kemana! Lihat lah ini tuhan! Berpuluh-puluh tahun aku percayakan hidupku kepadamu tapi kenapa kau hanya diam tak menjawab semua doa dan permintaanku ini! Apa yang sebenarnya terjadi?! Kenapa aku bisa seperti ini! Apa salahku?!"

"HUAAAA HUAAAAA"

Dia pun menangis terisak-isak mengharapkan siapapun mencari dan membantunya lepas dari jeratan iblis sesat ini, karena dia menyadari bahwa doanya tak diterima oleh tuhannya.

●●●

avataravatar
Next chapter