webnovel

Makam

Hening setelah beberapa waktu lalu suasana pemakaman yang begitu riuh kini hanya ada isak tangis pilu seorang gadis yang berpakaian hitam menyeluruh dengan wajah yang hanya menampilkan dua biji bola mata ditutupi cadar. Sembari menatap lesu sebuah foto pria tua yang dipajang di lemari abu krematorium dengan mata yang sembab.

Di luar ruangan beberapa pria dan seorang wanita memandanginya dengan jengah, dengan wajah yang tidak senang tentunya.

"Tunggu apa lagi, seret dia" Perintah wanita itu dengan arogannya.

Beberapa pria itu segera menghampiri gadis yang masih dalam kondisi berkabungnya.

Dengan tarikan kasar mereka menyeret gadis yang sudah tidak berdaya akibat terlalu lama menangis itu hingga terseret ke luar dengan perlakuan yang tidak manusiawi.

"Ada apa ini nyonya?, Kesalahan apa yang aku perbuat" lirihnya lesu sembari memegang kaki wanita itu.

"Dengar! Sekarang ayahku sudah tiada, meskipun dirimu tidak termasuk dalam pembagian harta warisan, maka aku sebagai anak tertua mendapatkan hakku memiliki seorang budak bekas dari ayahku" Jelas Nyonya Harem. Putri tertua dari Mendiang Tuan Henan yang baru saja meninggal.

Maria, gadis itu tidak punya pilihan. Seorang budak yang sedari remaha dibawa oleh Henan dan merawat Henan sampai masa wafatnya, kini akan mendapatkan Tuan baru, yaitu Nyonya Harem. Wanita yang kasar dan tidak berprikemanusiaan.

Tanpa persetujuan Maria si budak barunya, Harem memerintahkan para pelayannya untuk menyeret Maria masuk ke mobil dengan kasar.

Maria hanya bisa meringis kesakitan akan perlakuan pelayan pria yang menarik kasar tubuhnya yang mulai melemah kini hanya bisa pasrah. Bagi seorang budak sepertinya tidak ada yang bisa membantu selain kematian yang mengakhirinya.

Tibalah mobil Alphard hitam yang membawa mereka di sebuah rumah yang mewah nan megah. Rumah yang penghuninya adalah para manusia rakus dan tamak, tidak punya nurani dan belas kasih terhadap siapapun yang mereka hanya anggap seorang budak.

Ironisnya di zaman ini masih ada praktek perbudakan yang terjadi. Praktek ini tentunya hanya dilakukan oleh para penguasa rakus yang tidak pernah puas dengan kekayaan dan kekuasaannya.

Ada beberapa keluarga konglomerat yang masih menggunakan sistem perbudakan seperti ini, mereka membungkusnya dengan rapi. Menyuap lembaga hukum yang mencoba menangani pengaduan para eks budak yang berusaha melarikan diri.

Bahkan ironinya lagi, ada beberapa anggota parlemen yang memiliki budak yang mereka peruntukan khusus untuk memenuhi kebutuhan seks mereka. Seks brutal yang bahkan menghilangkan nyawa budaknya sendiri.

15 tahun yang lalu.

Maria kecil diadopsi oleh sepasang suami istri dari salah satu panti asuhan. Maria yang bahagia bisa memiliki keluarga baru pastinya memiliki ekspektasi layaknya keluarga cemara.

Namun realitanya ia hanya diperlakukan sebagai seorang anak selama satu bulan tidak lebih dan Keesokan harinya orang tua angkat yang mengadopsinya telah menjual Maria kepada salah seorang pebisnis dunia hitam. Bandar Narkoba.

"Maria sayang, ikutlah bersama mereka. Jika kamu patuh maka hidupmu akan sangat bahagia, namun jika kamu bandel, maka kamu akan tahu akibatnya" ucap wanita yang telah mengadopsinya dengan raut wajah bahagia.

"Ibu, Maria ingin tinggal disini, bersama Ibu dan Ayah. Maria akan patuh hanya pada Ibu.."

Belum usai ia melanjutkan kata-katanya beberapa pria dewasa mengangkat tubuh kecilnya yang saat itu berusia 11 tahun ke dalam mobil truk. Disusul oleh Pria kaya yang barusan membelinya dari orang tua angkatnya.

Hari-hari yang Maria jalani berada dalam sebuah kelas, kelas yang diisi oleh beberapa anak seusianya dan beberapa lagi yang sudah remaja berusia 15-17 tahun ke atas. Namun kelas itu tidaklah mengajarkan materi baca hitung dan pengetahuan pada umumnya. Melainkan bagaimana cara menjadi seorang budak Seks "Paket complete" yang tidak hanya bisa memuaskan sang Tuan di ranjang namun bisa melakukan segala hal yang diminta oleh tuannya.

Maria dan anak-anak lain yang sudah tahu kemana arah mereka diajarkan untuk apa, sempat memberontak dan berusaha melarikan diri. Namun sia-sia, mereka tidak sedang berada di daratan, namun di sebuah lautan lepas dengan Kapal besar tempat budak-budak lainnya di didik.

Keras!, Mereka bahkan dipukul dan dikurung di kandang anjing dan babi jika berani memberontak. Tidak ada pilihan selain patuh dan tunduk kepada para biadab yang mengeksploitasi manusia itu.

Usai pendidikan selama dua tahun, maka mereka digiring untuk melakukan pelelangan dan pertunjukan. Pertunjukan yang menentukan harga jual mereka kepada Tuan yang akan membelinya.

Mereka diminta untuk melayani calon tuan dengan berdansa memamerkan lekuk tubuh dan kepiawaian dalam menuangkan minuman keras serta menjilati mulai dari sepatu hingga ke tubuh para Tuan yang akan memberikan mereka harga.

Tidak ada yang mudah, mereka ditekan dengan sebegitu kerasnya. Bahkan dilecehkan didepan banyak orang, mereka hanya diam dan menerima.

Henan Borgovista. Seseorang Pria berusia 49 Tahun yang sangat disegani karena kekayaannya yang tidak bisa ditandingi. Penguasa Negeri, Pebisnis dunia hitam, Bandar Narkoba bahkan profesi hebat apapun tidak sebanding dengan kekayaannya.

Maria dengan segala keberanian yang ditampungnya mendekati Henan dengan bersujud di bawah lutut pria itu. Sembari menangis memohon pengampunan dan belas kasih agar Henan membebaskannya dari status perbudakan.

"Hahahahaa" Gelak tawa para kaum biadab itu membuat jantung Maria berdetak sangat kencang, tangannya kaku dibawah lutut Henan dan bibirnya gemetar.

"Gadis kecil yang bodoh, kamu datang ke orang yang salah" Timpal seseorang berperut besar yang tampangnya sangat menjijikan.

Henan melepaskan silang kakinya, dan merunduk melihat Maria yang masih dalam kondisi sujud. Tangannya perlahan mengangkat dagu Maria.

"Berapa usiamu" Henan bertanya dengan melihat sorot mata Maria yang ketakutan.

"13 tahun Tuan" jawab Maria dengan suara yang gemetar.

"Hehhee, dia sangat muda, jika aku coba sekarang apakah terlalu cepat" Henan melihat Maria yang masih gemetar di hadapannya. Para hidung belang yang berkedok Tuan memandanginya dengan pandangan mengiyakan.

"Baiklah, akan aku pupuk hingga ia tumbuh subur, bawa dia" Perintah Tuan Henan meminta para pelayannya untuk membawa Maria.

Maria di bawa langsung masuk ke dalam sebuah mobil mewah milik Henan. Berada di dalam mobil setidaknya membuat Maria bisa bernafas dengan lega, saat itu yang ada dalam pikirannya iyalah bisa keluar dari neraka yang selama ini menyiksanya.

Meskipun ia sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Mendengar perkataan dari para pria jahanam yang berada didalam tadi sangat jelas bahwa Tuan Henan sendiri bukanlah orang yang akan membuatnya terselamatkan.

Persetan dengan itu semua, bahkan jika tuan Henan meminta dilayani Seperti materi yang mereka dapatkan selama berada dalam tahanan iblis dua tahun lamanya, maka ia akan melaksanakannya. Setidaknya dia tidak akan di lecehkan para pria brengsek itu didalam sana.

Ibarat keluar dari lubang ular dan masuk ke gua singa. Sama-sama pilihan yang tidak menguntungkan. Tapi apa boleh buat selama masih ada pilihan maka tidak ada salahnya untuk mencari keberuntungan.

Tiga jam berlalu. Tuan Henan yang dalam keadaan sempoyongan di papah oleh kedua pelayanannya memasuki mobil. Maria yang sedari tadi diselubungi rasa khawatir kini bertambah ketika Tuan Henan didudukkan tepat disampingnya.

Henan yang tidak sadarkan diri akibat kebanyakan minum tidak menghiraukan Maria yang sedang berada disamping. Maria sedikit menjauhkan diri ketika Henan merebahkan tubuhnya kesamping tepat kearah Maria.

Mobil melaju dengan cepatnya, Henan yang dalam keadaan mabuk berat beberapa kali memuntahkan apa yang sebelumnya ia masukkan kedalam perutnya. Maria yang diberikan oleh supir kain dan tisu langsung mengerti apa yang harus diperbuat.

Maria dengan teliti membersihkan wajah Henan dan lengan yang dipenuhi muntahan. Henan bergumam asal dengan aksen yang tidak jelas. Maria terus membersihkan dan memantapkan posisi tuan baru nya itu agar lebih nyaman.

Kurang dari dua setengah jam di perjalanan dari lokasi mengerikan itu dan sampailah mereka di sebuah rumah yang memiliki halaman cukup luas.

Rumah megah yang bernuansa Eropa. Beberapa pelayan rumah keluar ketika mendengar suara mesin mobil yang halus itu tiba di depan rumah.

Henan yang sudah tertidur pulas di bopong dua orang pelayan pria dengan tubuh yang kekar. Sedangkan Maria dibawa oleh seorang wanita paruh baya yang diintruksikan oleh si supir.

Betapa terkejutnya Maria ketika memasuki rumah yang megah itu, warna cat putih yang bersinar terkena tempias lampu besar yang menggantung di plafon sana. Maria terkagum-kagum sebab baginya tempat ini bukanlah rumah, melainkan istana seperti didalam dongeng kerajaan.

"Tersenyumlah gadis kecil, untuk pertama kamu akan mengira ini adalah istana. Namun setelah rasa takjub ini kamu akan tahu bahwa ini adalah penjara yang mengerikan". Ujar wanita paruh baya yang membawa Maria masuk kerumah itu.

"Apakah ini betul-betul istana, Maria belum pernah memasuki istana, Nyonya". Maria bergumam setelah mendengar penuturan si wanita

" Semoga harimu beruntung" tukas wanita itu.

Maria dibawa ke salah satu ruangan yang nampak seperti kamar tidur. Ruangan yang letaknya tidak jauh dari tempat cucian baju dan alat-alat pembersih. Di seberang ruangan itu ada juga 3 deretan ruangan yang sama.

Meskipun letaknya seperti diujung rumah utama, namun tinggi tembok yang membatasi dari dunia luar sangat tinggi. Beberapa pecahan benda tajam seolah pernak-pernik yang menghiasi dinding pembatas, seolah memberi kode bahwa sekali-kali kalian mendekat maka daging kalian akan robek!.

"Panggil saya Anne, itupun jika kamu membutuhkan sesuatu. Tapi ketahuilah meski kita tinggal di rumah yang sama namun baik aku, kamu dan mereka tidaklah bisa dekat" Tekan Anne sembari menunjukkan jarinya ke arah deretan ruangan yang berjejeran di seberang ruangan tempat mereka berdiri.

"Baiklah Anne, saya mengerti". Ujar Maria mengangguk.

Anne berlalu meninggalkan Maria yang masih mematung didepan pintu ruangan yang akan dijadikan kamar untuknya.

Maria memasuki ruangan yang kondisinya sangat berantakan, banyak sekali barang-barang yang sudah rusak di tumpuk asal disana. Maria mulai membersihkan dan merapikan barang-barang yang berserakan sedikit demi sedikit hingga terlihatlah ruangan itu lebih rapi dari sebelumnya.

"Huhh.. melelahkan sekali" Maria menghela nafas berat yang disusul tubuhnya bersender diantara barang-barang besar yang sudah dirapikan menjadi susunan bertingkat.

Anne kembali datang bersama dua orang wanita dengan membawa tiga kardus kecil, tanpa bicara apapun Anne dan kedua wanita yang bersamanya langsung meninggalkan Maria setelah meletakkan bawaan mereka didepan Maria.

Maria membuka ketiga kardus itu, dan mendapati beberapa helai baju ganti bekas, sepatu bekas, sprei , bantal kecil dan hanya pakaian dalam yang masih dalam kondisi baru. Maria sangat bahagia meski mendapatkan barang-barang bekas, setidaknya ini lebih baik dari pada ketika berada di penjara jahanam dua tahun yang lalu.

Hari-hari yang dia lewati berada di rumah mewahnya Henan, banyak sekali hal-hal yang terjadi. Perlakuan tidak adil yang terjadi kepada beberapa wanita di seberang ruangan sana bisa ia saksikan, bagaimana Henan memperlakukan mereka. Menjadi budak seks yang melayani Henan setiap malam secara bergantian membuat Maria pilu. Maria yang dianggap Henan masih terlalu kecil hanya dijadikan babu, namun ketakutan itu masih terlihat jelas di mata Maria.

Siti, salah seorang budak Henan yang sudah jengah dengan perilaku tuannya itu, pada suatu malam saat dia mendapat giliran memuaskan nafsu tuannya membawa obat yang diracik asal dari kumpulan obat-obatan kadaluwarsa yang dijadikan bubuk dan korek api serta minyak bakar yang sudah disiapkan dibalik jubahnya.

Maria, yang juga ditugaskan untuk mengantarkan minuman ke kamar Henan bertemu dengan Siti didepan pintu. Siti sudah memperingatkan Maria untuk tidak menjalankan tugasnya dan bersegera pergi meninggalkan rumah itu. Maria yang kebingungan dengan prilaku Siti hanya terdiam heran, tidak lama berselang para pelayan lainnya memerintahkan Maria dan Siti untuk segera masuk.

"Welcome Honey" Sapa Henan ketika mendapati Siti dan Maria yang memasuki kamarnya.

"Maria, kemarilah. Kamu harus banyak belajar dari Siti dan yang lainnya bagaimana cara menjadi budak yang patuh". Lanjut Henan dengan melebarkan kedua tangannya membentang mengukur kasur.

Henan beranjak dari tempat tidur dan berdiri menghadap ke jendela balkon yang menyuguhkan pemandangan perkotaan yang begitu indah, Maria hanya menatap penuh harap akan bagaimana kenikmatan hiruk pikuk udara malam di perkotaan sana.

Siti berjalan pelan kearah minuman diatas nakas yang sudah diminum setengah oleh Henan, perlahan Siti menuangkan semua bubuk obat-obatan yang sudah ia persiapkan. Maria hanya menganga tidak berani bersuara, sebab Siti telah memberikan isyarat untuk diam.

Henan kembali ke tempat tidur dan mulai menghabiskan minumannya yang masih terisisa. Siti menghela nafas lega ketika Henan menegak minuman tanpa sisa. Terlihat raut wajah Henan yang bisa merasakan perbedaan rasa minumannya, mengapa tidak, sebab obat-obatan yang Siti masukkan berasal dari beragam macam obat yang ia sendiri tidak tahu kandungan apa saja yang ada disana.

Henan tidak menghiraukan rasa minuman itu dan malah melirik kearaha Siti, Siti sempat merasa Henan menyadari perbuatannya namun,

"Kemana bajumu yang lain Siti, mengapa menggunakan baju yang mengerikan itu" pekik Henan sinis melihat Siti yang mendatanginya menggunakan pakaian jubah yang tertutup.

Baik Siti maupun Maria hanya diam tidak bersuara. Maria melihat Siti nampaknya memiliki rencana yang terlihat dari sudut matanya yang selalu menuju kearah jendela.

"Maaf tuan, seperti yang anda tahu saya tidak pernah menginginkan untuk berada disini, pakaian memalukan yang anda berikan adalah sampah yang harus segera di musnah". Ucap Siti menggelegar dengan sorot mata penuh kebencian.

Henan beranjak dari tempat tidur dan memukul wajah Siti hingga terjatuh ke lantai.

"Jalang tidak tahu malu, budak rendahan sepertimu berani-berani.." Henan langsung mengayunkan kaki dan menendang punggung Siti yang masih dalam posisi jatuh di lantai.

Maria terkejut untuk kedua kalinya, sehingga minuman yang dipegang jatuh berhamburan ke lantai.

Siti yang masih kesakitan melihat serpihan gelas dan botol wine berserakan di lantai segera bangkit dan mengambilnya. Henan dan Maria yang melihat Siti mengambil serpihan beling sontak terkejut sebab tangan Siti mengeluarkan darah segar yang bercucuran.

"Mbak Siti, lepaskan benda itu" Maria berusaha untuk menghentikan Siti. Siti hanya tersenyum simpul.