9 9. Pembicaraan Shadow-Lucas

Shadow segera beranjak dari sana, sebelum semua orang mengetahui jika dialah pelaku pembunuhan itu. Ia keluar dengan bercampur menjadi penonton yang tengah panik, untuk menghilangkan jejak.

Di parkiran, mobil Lucas telah sampai. Wajahnya tampak pucat bahkan kemeja yang dia pakai terlihat darah. Ia berjalan dengan pelan, hingga langkah kakinya berhenti pada seseorang yang baru saja keluar.

Mata mereka berdua saling bertatapan satu sama lain.

"Apa kau yang membunuhnya?" tanya Lucas sambil memegang perut, di mana jahitan lukanya terbuka.

Shadow melirik ke arah luka itu sejenak. Ia diam, tidak menjawab.

"Apa kau yang membunuhnya?" tanya Lucas sekali lagi dengan suara keras membuatnya meringis kesakitan.

"Sepertinya kau tidak merawat lukamu dengan baik,"

"Jangan mengalihkan pembicaraan, jangan kau pikir aku hanya karena kau menolongku semalam. Aku akan membebaskanmu? Tidak! Jangan harap aku melakukannya," ucap Lucas membuat Shadow mengerutkan kening. "Berhenti bermain-main denganku," geram Lucas sambil menodongkan senjata kea rah Shadow.

Wanita di hadapannya tetap diam, seakan ancaman Lucas, tidak berarti sama sekali.

"Huh! Kau ini pria begitu serius, tidak bisa diajak basa-basi," ucap Shadow sambil menyilangkan tangannya di dada.

"Shit! Jawab pertanyaanku, aku tidak berniat bermain-main denganmu. Apa kau yang membunuhnya di depan banyak orang?" tanya Lucas sekali lagi.

Sorot matanya begitu serius, bisa terlihat jika ia tidak akan segan-segan menarik pelatuk senjata miliknya.

"Hmm. Mungkin iya," ucap Shadow santai membuat Lucas begitu geram.

Ia sangat tidak ingin bercanda saat ini, tetapi wanita di hadapannya terus saja memancing emosinya.

"Cukup bermain-main denganku, aku tidak akan segan menembakmu saat ini," ucap Lucas tegas.

"Tsk! Oke… oke, akan aku katakan. Ya. Aku yang membunuhnya, tapi tidak sepenuhnya. Kau tidak melihatku di sana bukan? Jadi, bukan aku pembunuhnya melainkan kawat itu yang membunuhnya," ucap Shadow santai.

Lucas yang mendengar jawab itu segera menembak Shadow tanpa tahu, jika wanita yang berada di hadapannya saat ini adalah wanita yang bersamanya saat di kapal pesiar. Peluru itu hampir saja mengenai dirinya, untuk saja ia gesip dan bisa menghindar.

"Kau tidak bisa melawanku dengan kondisimu seperti itu," ucap Shadow mengingat Lucas jika dia tengah terluka saat itu.

"Bukan urusanmu," ucap Lucas ketus membuat Shadow tersenyum.

Lucas melihat Shadow bisa merasakan jika mereka memiliki perbedaan kekuatan yang cukup besar karena dirinya tengah terluka, hal itu membuat Lucas melemparkan pisau miliknya, hingga mengenai Shadow.

"Sial... dia bukan lawan yang mudah," umpat Shadow memegang lengannya yang kini berdarah. "Sepertinya aku begitu sial ketika bertemu dengannya. Mungkin dia adalah pembawa sial, untukku," umpat Shadow dalam hati.

Lucas yang terlihat kelelahan hanya melakukan satu serangan pada Shadow membuat wanita itu menatapnya. Darah bahkan telah menetes di lantai bastment.

"Tsk! Lukamu belum sembuh, dan kau ingin melawanku, harusnya kau beristirahat beberapa hari, kenapa memilih bekerja. Sepertinya kau penasaran dan ingin tahu siapa aku sebenarnya," ucap Shadow sambil mengedipkan mata pada Lucas.

"K-kau Shadow?" tanya Lucas menyelidiki. Ia sedikit tidak percaya dengan apa yang dilihat olehnya, bagaimana bisa wanita yang saat ini di hadapannya adalah wanita yang bersamanya.

Shadow mengerutkan kening membenarkan pertanyaan Lucas. "Yes. Benar,"

"Tapi wajahmu—"

"Ah. Ini, penyamaran," ucap Shadow. Ia tidak ingin menjelaskan lebih apa yang dipakai olehnya, karena itu adalah privasi. "Sepertinya kita masih saja sama, berada di pihak yang berbeda," kata Shadow.

"Kau ini apa? Laki-laki atau perempuan?" tanya Lucas begitu penasaran.

Shadow seketika tertawa mendengar pertanyaan Lucas, menurutnya itu lucu. "Apa kau malu, jika mengetahui jika aku adalah benar-benar seorang pria?" tanya Shadow. "Tapi, aku akan mengatakannya padamu, jika kita bertemu lagi," kata Shadow lagi.

"Bisakah kau membiarkan aku pergi?" tanya Shadow.

"Ppffttt... tapi aku sedang bekerja," kata Lucas membuat Shadow agak kesal.

"Baiklah, jika seperti itu aku tidak akan sungkan lagi denganmu,"

Ia harus segera pergi dari tempat itu, tetapi harus mengalahkan Lucas terlebih dahulu. Membunuhnya mungkin cepat, tapi ia tidak membunuh seseorang yang bukan targetnya.

Shadow menembak ke arah Lucas. Lucas mencoba untuk menghindari peluru, tapi senjata sebenarnya adalah sebuah jarum yang sudah di olesi oleh obat bius. Jarum itu mengenai titik vital Lucas membuatnya tidak bergerak.

"Lengah. Aku tidak membunuh seseorang yang bukan targetku," kata Shadow mendekat kemudian mengambil jarum akupuntur miliknya. "Kau akan bisa bergerak 10-15menit lagi," kata Shadow. "Aku akan menyuntikkan obat ini terlebih dahulu, anggap karena karena kau membiarkanku lolos kali ini. Obat ini, akan segera membuat lukamu sembuh dalam beberapa hari ini," kata Shadow kemudian benar-benar menghilang dari sana.

Lucas memperhatikan wajah Shadow yang tengah dalam penyamaran. Mengapa wanita itu menolongnya? Padahal, ia adalah pria yang akan menangkapnya.

Langkah kaki Shadow menghilang. "Tsk! Wanita ini. Yah sudah, aku tidak akan mengejarmu kali ini, anggap saja balasan karena telah menolongku semalam," ucap Lucas tersenyum kecil meraba luka miliknya.

Beberapa saat kemudian, obat yang disuntikan oleh Shadow mulai bekerja. Kepalanya terasa berat, pelan-lahan ia mulai tertidur karena obat bius.

Siaran langsung yang membunuh kadidat presiden membuat semua orang terkejut, bahkan ada beberapa pengawai pemerintahan ketakutan jika dirinya akan mengalami nasib yang sama, hingga menyewa para pengawal.

Di social media begitu ramai memperbincangkan tentang pembunuhan tersebut. ada yang menyebut Shadow sebagai seorang pahlawan, adapula yang mencap dirinya sebagai seorang pembunuh sadis.

Bersambung …

avataravatar
Next chapter