6 6. Siapa Namamu?

Dor … dor … dor …

Ketika Shadow menembakan tiga peluru, ia kemudian terburu-buru keluar dari sana. Akibat dari perbuatannya terjadi keributan, mereka tidak tahu siapa yang menembak membuat semua orang saling menuduh satu sama lain, hal itu dimanfaatkan oleh Shadow untuk pergi dari sana memakai wajah orang lain. Ia sangat mudah meniru wajah orang lain, dengan teknologi yang ia pakai.

Tanpa sepengetahuannya, Lucas mengikutinya tapi kehilangan jejak karena Shadow memakai wajah orang lain. Wanita itu kembali ke kamar dan menganti pakaian dan mulai merakit senjata.

Kondisi ruang judi begitu memburuk, para tamu undangan pada berlarian ke sana kemari, mereka mencari tempat untuk bersembunyi, mencoba melindungi diri sendiri.

Ia kembali ke kamar miliknya untuk mengambil senjata miliknya, rencana awalnya gagal. Membuatnya harus memikirkan rencana baru.

Kekacauan yang Shadow buat membuat semuanya menjadi kacau balau, para pengawal bertarung satu sama lain untuk melindungi majikannya. Ada yang mengunakan pisau ada pula yang mengunakan senjata, begitu pula dengan Lucas yang tengah melindungi pria yang dikawal olehnya.

Shadow yang tengah melihat hal itu tersentak kaget ketika sebuah peluru tiba-tiba mengarah ke arahnya.

"Hampir saja," ucap Shadow. "Berani sekali dia mengarahkan senjatanya padaku," umpat Shadow sambil keluar dari persembunyiannya dan melesatkan satu tembakan mengenai seorang pria.

Pria itu tumbang untuk melindungi atasannya.

"Bodoh..." umpat Shadow.

Ia baru saja keluar dari tempat persembunyiannya, resmi mengunakan pakaian kerja berwarna hitam memperlihatkan lekukan tubuh seksi miliknya. Senjata berada di rShadow mulai turun, dengan pakaian kerjanya hitam, seksi, dan ketat serta pisau dan senjata di kedua kakinya. pria yang tadi bersamanya itu menatapnya.

Suasana tempat itu begitu kacau dibuatnya. Matanya tersentak kaget ketika melihat sang targetnya gemetar ketakutan, padahal beberapa saat yang lalu berdebat dengannya. Ia melirik ke arah Lucas yang tengah memegang bahunya karena tertembak.

Mata mereka bertemu, membuat Lucas bingung melihat Shadow tampak berbeda tidak seperti yang ia lihat.

"Apa dia seorang agen bayaran?" tanya Lucas membatin.

Sosok Shadow berdiri sambil menatap dingin. Apalagi ketika semua senjata kini mengarah ke arahnya.

"Berani kalian mengambil mangsaku..." ucap Shadow dingin kemudian menatap Lucas, pria itu meringis kesakitan.

"Kau pembunuh?" tanya Lucas.

Tidak ada jawaban dari Shadow membuatnya mengambil senjata.

"S-siapa kau?" tanya sang target terbata-bata, ia ketakutan. "Kau bukan wanita biasa. Siapa kau sebenarnya?" tanya pria itu dengan geram.

"Aku?" tanya Shadow sambil mengaruk kepalanya. "Apa pentingnya untukmu?" tanyanya kembali.

Lucas menarik pelatuknya, membuat Shadow lebih dulu menembak dan mengenai lengan pria itu. Semua orang menjadi waspada, apalagi ketika Shadow menembak dengan raut wajah datar. Tidak ada yang tahu tentang identitasnya, hal itu membuat mereka semua menjadi waspada.

Shadow mendekat ke arah Lucas kemudian berjongkok, matanya menatap pria berambut abu-abu itu.

"Diam, aku tidak berniat menembakmu. Jika kau tidak memulainya, aku pasti tidak akan menembakmu," ucap Shadow sambil mengikat Lucas. "Sebaiknya kau tidak bergerak," ucapnya lagi sambil memberikan akupuntur pada pria itu agar darah tidak banyak keluar.

Salah satu keahliannya adalah akupuntur, ia telah mempelajari hal ini sejak lama tidak mengherankan jika ia menguasainya.

"Aku akan menghentikan darahmu, jika kau ingin hidup sebaiknya kau diam saja," jelasnya.

Lucas terdiam, ia mengikuti intruksi Shadow. Raut wajahnya mengambarkan kebingungan ketika Shadow mengobati lukanya. Siapa yang akan menyangka di obati oleh seseorang yang menembak kita? Tidak hanya Lucas, tetapi semua orang di sana pun terlihat kebingungan, tergambar dari raut wajah mereka.

"Siapa kau? Berani sekali mengacau …."

Dor …

Satu kali tembakan ke atas ia berikan membuat semua orang terkejut, termasuk pria yang menjadi targetnya.

"It... itu... itu senjata legendaris milik pembunuh bayaran..." ucap salah seorang terbata-bata ketika melihat senjata yang digunakan oleh Shadow.

"Oh. Kau tahu tentang senjata ini?" tanya Shadow sambil melihat ke arahnya. "Karena sudah tahu siapa diriku, masih ingin mengambil buruanku?" tanya Shadow.

"Walaupun kami tahu siapa dirimu, tapi kami tidak takut padamu," ucap salah seorang pembunuh menantang. "Ayo... kita sama-sama membunuhnya," serunya lagi.

Tidak ada yang berani mengambil keputusan dengan gegabah mengingat yang tengah di hadapan mereka adalah Shadow, pembunuh bayaran yang telah mereka kenal selama ini bisa dengan mudah mengalahkan lawannya.

"Apa yang kalian takutkan? Dia hanya sendiri, sedangkan kita banyak. Membunuhnya, akan bermanfaat bagi kita," ucap pria itu lagi berusaha untuk menghasut, beberapa orang pun terhasut.

Lucas hanya bisa memperhatikan apa yang tengah terjadi di hadapannya. Kini ia mengerti mengapa wanita yang bersamanya sejak tadi begitu pandai bermain judi. Tidak ada yang bisaa mengalahkan Shadow dalam hal perjudian.

Beberapa orang telah sigap dengan senjata, membuat pisau milik Shadow melayang di udara mengenai paha beberapa orang, kemudian suara tembakan terdengar berasal dari senjata milik Shadow.

Suara ringisan terdengar ketika ia menembak kaki mereka yang ingin membunuhnya. Wajahnya berubah dingin, tanpa ekspresi.

"Aku tidak akan segan-segan membunuh kalian di sini, karena ingin membunuhku tapi karena suasana hatiku cukup bagus, kali ini kubiarkan kalian hidup," tegasnya Shadow. "Sial, kapalnya jadi kacau seperti ini," umpatnya melihat seisi kapal.

Matanya melihat seisi kapal yang hancur dipenuhi oleh peluru yang menembus dinding di mana-mana. Gelas-gelas pecah tengah berhamburan di lantai, meja-meja telah rusak, bahkan terlihat beberapa orang yang tergeletak tak berdaya.

"Aku membuat semua kekacauan ini," ucapnya sambil menghela napas kasar.

"T-terima kasih telah menolongku..." seru seorang pria membuat Shadow melirik ke arahnya. "Aku akan memberimu banyak uang sebagai rasa terima kasihku..." kata Pria itu lagi.

Dor!

Shadow seketika menembak pria itu, membuat peluru kini bersarang di paha pria itu tua itu. ia sengaja tidak menembak dititik vital menjaga agar pria itu tetap hidup.

"Jangan terlalu pede, aku menolongmu," ucap Shadow dingin. "Aku hanya tidak suka mangsaku direbut oleh orang lain," jelas Shadow membuat pria tua itu membulatkan matanya, begitu pula dengan Lucas.

Kini pria itu mengerti, targetnya adalah pria yang dikawal olehnya. Apakah berarti alasan Shadow mendekatinya karena hal itu?

Langkah kaki Shadow mulai mendekat ke arah pria tua, ditangannya terdapat sebilah pisau membuat sang target begitu ketakutan dan berusaha untuk melarikan diri, tapi ia tidak bisa melakukannya karena kakinya tertembak.

Shadow mendekat kemudian berjongkok, dan mengikat pria tua itu. Tanpa rasa kasihan ia langsung mengeluarkan peluru yang berada di paha pria itu membuatnya merasakan sakit luar biasa.

Kini fokusnya teralih pada Lucas, ia melepaskan tali yang mengikat pria itu. "Diamlah, aku akan mengeluarkan pelurunya," ucap Shadow.

Lucas hanya terdiam, ia memperhatikan apa yang dilakukan oleh wanita itu padanya sambil melihat dari dekat raut wajah cantik wanita yang menjadi buronan internasional itu.

"Sebaiknya kau menahan sakitnya," ucap Shadow mulai mengiris kulit perut Lucas. "Untung saja peluru tidak menembus organ dalammu karena ototmu lumayan keras," ucap Shadow mengeluarkan peluru dari perut sebelah kiri Lucas. "

"Kenapa tidak membunuhku?" tanya Lucas membuat Shadow melihat ke arahnya.

"Aku tidak membunuh seseorang yang bukan targetku. Mereka hanya terluka dan aku hanya membius mereka selama enam jam. Pria yang kau kawal, harusnya adalah targetku. Tapi aku berikan padamu, karena kau adalah seorang mata-mata. Jangan sampai dia kembali ke dunia luar lagi, jita tidak aku yang akan membunuhnya," ucap Shadow. "Aku menolongmu, karena kau adalah kekasihku mala mini," ucapnya lagi sambil menyelesaikan jahitan luka.

"Bagaimana kau tahu, jika aku?"

"Mudah saja. Jadi, kapan timmu akan sampai? Aku harus segera kembali,"

"Siapa namamu?" tanya Lucas meraih tangan milik Shadow.

"Panggil saja Shadow. Pembunuh bayaran Shadow," ucap Shadow sambil memperlihatkan senjata yang mengukir nama samarannya di sana. "Kau akan mengenaliku jika aku mengeluarkan senjata ini," ucap Shadow tersenyum.

"Bagaimana aku bisa menghubungimu?"

"Kita akan segera bertemu lagi, tapi aku tidak akan menjamin, kita akan bertemu berada dipihak yang sama," ucap Shadow mengedipkan sebelah matanya. "Ah iya. Luka kemarin, lumayan. Sampai jumpa,"

Bersambung …

avataravatar
Next chapter