5 5. Meja Judi

Tidak banyak hal yang terjadi di antara mereka hanya ada obrolan kecil, mata Shadow tengah memandangi para pemain billiard di hadapan mereka sambil sesekali mengamati gerak targetnya.

"Sayang... itu dia orangnya, mengatakan wajah wajahku jelek dan juga waku wanita pelacur," sebuah suara tengah merengek manja dikenali oleh Shadow membuatnya menatap tajam ke arah asal suara itu.

Berlindung di belakang pria itu membuat Shadow menatapnya dingin.

"Tenang, biar aku mengurusnya untukmu," ucap pria itu sambil mendekat ke arah Shadow.

Matanya membulat ketika melihat wajah Shadow tengah duduk, ia tergoda dengan wajah serta lekukan tubuh Shadow, tetapi nyalinya menciut melihat pria di samping Shadow.

Walaupun nyalinya menciut, ia masih penasaran dengan tubuh Shadow hal itu membuatnya memberanikan diri menantang. Melihat tatapan mata terus terfokus pada Shadow membuat wanita itu kesal dan memukul pelan kekasihnya.

"Apa yang kau lihat?" tanyanya kesal membuat pria itu gelagapan.

"T-tidak, aku akan membuat perhitungan dengannya," seru pria itu. "Dan aku akan mendapatkan tubuh wanita itu juga," batinnya dengan tetapan nakal membuat Shadow ingin sekali menghajar atau membocorkan kepala pria itu.

"Ingin bermain?" tawarnya membuat Shadow melihat ke arah Lucas. Sejenak ia berpikir kemudian menyetujui tawaran itu.

"Tapi, tidak seru tanpa taruhan," serunya menatap Shadow dengan tatapan nakal menjelajahi seluruh lekukan tubuh Shadow membuat Lucas menghalangi tatapan pria itu.

"Apa taruhannya?" tanya Lucas dingin, ia tidak suka wanita yang tengah bersamanya ditatap oleh pria nakal seperti itu.

"Hhmm... Bagaimana jika yang kalah melepas pakaiannya satu persatu?" ujar pria itu menantang.

Lucas mengepal tangannya erat, bagaimana bisa ia menerima tawaran seperti itu, sebagai seorang pria ia layak melindungi wanita yang tengah bersamanya. Matanya penuh amarah ingin segera memukul wajah pria itu tetapi tangannya dicegat oleh Shadow. Sama halnya dengan Lucas, ia bahkan ingin sekali menarik pelatuk dan membocorkan kepala pria itu, tetapi ia tengah berada dalam misi.

"Aku terima," ucap Shadow membuat Lucas membulatkan mata dan melihat ke arahnya.

Wajah bahagia terlihat dari raut wajah pria yang memberi tantangan itu, ia kegirangan karena merasa jika ia pasti akan menang. Rambut panjang perak tengah tergerai diikat memperlihatkan leher jenjang yang membuat pria tergoda. Tidak ada raut wajah takut ketika Shadow memulai permainan.

Semua mata memandang ke arah Shadow, ia terlihat santai seakan apa yang tengah terjadi bukanlah masalah.

Tak …

Wanita itu mulai bermain diperhatikan oleh beberapa orang pria dengan serius. Sebenarnya mereka sangat ingin Shadow kalah, karena akan mendapatkan sesuatu yang gratis. Namun, apa yang mereka inginkan tidak juga terjadi. Satu permainan berlalu dimenangkan oleh Shadow, hingga sepuluh babak pun berlalu, kemenangan terus berada pada Shadow membuat mereka tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

Bukan Shadow yang melepaskan pakaian, tetapi pria yang mengajaknya bertaruh. Kini pria itu tanpa sehelai benang. Berbeda dengan Lucas, sejak Shadow bermain ia terus mempehatikan wanita itu. Dirinya menjadi penasaran dengan sosok Shadow.

Shadow melihat ke arah pria itu, kemudian melirik ke arah wanita yang berada di samping pria itu. Ada senyum kemenangan sedikit mengejek dari bibir Shadow ketika melihat ke arah pria dan wanita yang menantangnya.

"Aku menang," seru Shadow. "Kau pikir aku wanita murahan yang akan melemparkan tubuh pada pria sepertimu," seru Shadow kemudian pergi meninggalkan tempat itu.

Pria yang baru saja dikalahkannya, begitu geram tidak terima dirinya dipermalukan di hadapan begitu banyak orang.

Semakin menarik sosok Shadow di mata pria itu. Acara masih belum selesai, masih ada beberapa acara lagi. Lagi-lagi Shadow memilih tempat yang sepi, rasanya sebuah keramaian tidak disukainya. Matanya jauh menerawang ke depan. Hingga seorang pria memakaikan jas untuk menutupinya.

Beberapa jam lagi, dia harus menyelesaikan misinya, begitu pula dengan pria yang tengah bersamanya itu. Semua tamu yang hadir memiliki pengawal seorang professional di samping mereka. Shadow tidak ingin mengambil resiko jika ia harus berusan dengan begitu banyak pengawal, ia hanya menginginkan targetnya bukan musuh.

Kini meja judi sudah terlihat, beberapa orang tengah bermain di sana. Shadow hanya menjadi penonton, sebenarnya lumayan menarik jika dia ikut gabung, apalagi pria yang menjadi targetnya itu adalah pria hidung belang.

Tatapan Lucas pada Shadow pun tidak pernah luput, ia menjadi penasaran tujuan wanita itu datang, bahkan ia tidak pernah mengundang perhatian banyak orang, bahkan lebih memilih menyendiri.

Shadow yang merasa permainan yang tengah berada di hadapannya begitu membosankan, memilih ikut bergabung, Lucas mengerutkan kening tidak percaya dengan apa yang tengah dilihatnya.

Beberapa orang meremehkan Shadow yang ikut bermain, tapi dalam sejam saja wanita yang diremehkan oleh mereka telah mengantongi ratusan dollar membuat banyak perhatian tertuju padanya, termasuk sang target.

Tidak sedikit mereka menantang Shadow untuk bermain dan hasilnya pun sama saja. Shadow lagi-lagi memenangkannya, bahkan ada yang mempertaruhkan perusahaan. Semua yang berada di sana, adalah penjudi kelas atas.

Setelah bosan ia memilih berhenti tapi sebuah peluru tiba-tiba mengudara membuatnya menghindar alhasil peluru tersebut mengenai pria yang berada di belakang Shadow. Alhasil kubu yang berada di belakang Shadow marah.

"Siapa yang melakukannya?" geram salah seorang pria ketika melihat saudaranya mati karena tertembak di kepala.

Shadow mengelengkan kepalanya. "Bukan aku, tapi dia," tunjuk Shadow ke arah sang target.

Ketika melihat siapa yang menembak, emosinya tidak terkontrol tapi ditenangkan oleh seseorang.

"Enak saja kau ingin pergi dari sini. Kau pikir bisa keluar dari tempat ini? Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu keluar dari sini," ucap pria itu penuh ancaman.

Shadow cengegesan. "Ini tidak masuk akal, aku tidak membuat kesalahan sama sekali, aku hanya memenangkan permainan," ucap Shadow.

"Karena itu, kau tidak boleh pergi dari sini,"

"Ini lucu. Kalian tidak memiliki hak melarangku," ucap Shadow lagi.

Lucas melihat Shadow yang begitu berani, ia bahkan seorang wanita. Bagaimana bisa seorang wanita memiliki keberanian. Menghadirkan pertanyaan di kepalanya, mungkin wanita yang tengah ada di hadapannya seorang penjudi kelas kakap.

Shadow hanya mengerutkan keningnya ketika ia telah dikepung oleh begitu banyak orang.

"Ini tidak adil, kalian ingin menyerangku yang seorang diri dan aku seorang wanita," keluh Shadow mencoba untuk menghidupkan sebatang rokok.

Sejenak Shadow memperhatikan begitu banyak orang yang tengah menatap tajam ke arahnya. "Sial. Sepertinya aku terlalu pamer," sesalnya sambil tersenyum paksa. "Tidak ada pilihan lagi, terpaksa ke Plan B," ucapnya sambil mengambil sebuah senjata di bawa meja dan menembak beberapa orang pengawal secara acak.

Dor … dor … dor …

Bersambung ...

avataravatar
Next chapter