3 3. Kegagalan Misi

Pesan misi selanjutnya diterima olehnya. Cukup membunuh seorang calon kadidat presiden. Gadis itu tersenyum. Dia mengedipkan matanya sejenak, memperlihatkan sebuah layar yang hanya bisa dilihat olehnya. Data-data tentang pria itu terlihat, membuatnya membulatkan mata.

"Dia?" gumamnya pelan, sambil memberikan perintah pada sistem miliknya.

Sebelum datang, dia lebih dulu memeriksa tempat lokasi, dia mencari tempat yang baik untuk menembak tanpa dilihat oleh banyak orang.

Hari telah ditentukan untuk membunuh, adalah tepat saat pria akan melakukan kampanye. Memakai topi, pakaian berwarna hitam, serta tas biola digunakan olehnya. Sebenarnya isi dalam tas itu adalah senjata api laras panjang.

Di lain tempat. Sebuah pintu lift terbuka, memperlihat seorang pria tinggi, dengan wajah tirus, rahang tegak, hidung mancung, serta rambut berwarna abu-abu, bibirnya tipis. Setelan jas berwarna abu-abu digunakan olehnya.

Di depan pintu, seorang gadis tengah menunggu dirinya.

"Ketua tim, direktur menunggu anda di ruang rapat," seru seorang gadis yang menyapanya.

"Oke, thanks," ucapnya sambil menuju ke sebuah ruangan.

Ruangan bersekat kaca, sebuah meja panjang terlihat. Seorang pria yang tengah memakai seragam serta lencana di bajunya tengah berdiri membelakangi dirinya.

"Direktur,"

"Aku ingin kau berserta timmu, untuk mengawal kampanye salah seorang calon presiden," ucap pria itu, karena tidak ada jawaban membuatnya membalikan tubuhnya.

"Lucas, apa kau mendengarkan apa yang aku katakan?"

"Ya, direktur. Mengawal kadidat calon presiden hari ini,"

"Bagus, hari ini dia akan melakukan kampanye, kalian harus mengawalnya,"

"Baik, aku akan mempersiapkan timku agar turun lapangan,"

"Jaga keselamatannya," ucap pria itu, kemudian beranjak dari ruangan itu.

"Semua tim kumpul," seru Lucas sambil menepuk tangannya, agar apa yang dikatakan olehnya di dengar oleh semua orang berada di dalam ruangan.

"Hari ini, aku butuh tim seperti biasanya. Kita akan melakukan misi mengawal kadidat calon presiden," ucapnya.

"Oh Yes, kita akan melakukan misi lagi, setelah sekian lama tidak melakukan misi," ucap salah seorang.

Beberapa orang telah bersiap dengan perlangkapan mereka. Ada yang memeriksa senjata miliknya, ada pula yang tengah menyiapkan laptopnya, ada yang baru saja berganti pakaian.

Kini mereka tengah memakai pakaian yang beragam, ada yang memakai pakaian biasa, ada pula yang memakai jas, sedangkan Lucas memakai pakai serta hitam yang biasa dia gunakan saat bekerja.

"Calon presiden telah sampai," ucap Lucas memberitahu pada timnya melalui sebuah Earphone. "Bagaimana di tempat kalian? Apa kalian menemukan sesuatu yang mencurigakan?" tanya Lucas sambil mengamati sekitar, sambil mengawal calon kadidat presiden bernama Herlambang Adipati.

"Aman," balas seseorang.

Lucas yang tengah berdiri di dekat calon presiden tersebut, melirik ke kiri dan ke kanan. Setelah salah satu timnya menganti dirinya, pria itu memilih untuk pergi dari sana, menuju sebuah atap gedung.

"Aku akan kembali ke posisiku," serunya.

Shadow melangkah menaiki gedung yang telah di incar olehnya menjadi sebuah tempat dia akan menembak. Memang, sebelum datang, dia lebih dulu memeriksa lokasi tersebut. Lkasi yang baik untuk menembak.

Ketika misi yang diberikan padanya begitu berat dia, dia hanya melukiskan senyum seakan dia bisa melakukan apapun untuk menyelesaikan misi tersebut.

Dia telah melihat pengawasan begitu ketat di mana-mana, ada tentara, polisi, dan beberapa bodyguard melindungi pria itu.

Melalui teropong miliknya, dia melihat pria yang telah menjadi targetnya telah sampai, dengan beberapa pengawal.

Tanpa diketahui olehnya, dari gedung berjarak 500 meter, seseorang tengah mengawasi jalan acara kampanye tersebut.

Telah cukup lama pria itu mengamati keadaan mengunakan teleskop, membuatnya bosan. Sekali lagi mengecek mengunakan teleskop memastikan semuanya dalam keadaan baik-baik saja.

Ketika Lucas kembali mengecek sekali lagi, matanya tertarik pada sesuatu dari seberang gedung. Ketika melihat seseorang berpakaian hitam, dengan membawa sesuatu di sebuah tempat, kemudian merakitnya.

Mata pria yang mengawasinya membulat ketika orang berada di seberangnya begitu cepat merakit sebuah senjata, kemudian mengarahkan senjatanya ke arah bawah. Pria itu kemudian melihat ke arah laras senjata di seberangnya

Suasana riuh terdengar, ketika kadidat presiden itu akan naik di atas panggung memberikan sambutan, visi misinya.

"Sial," umpat Lucas. Pria itu kembali mengaktifkan radio miliknya. "Aku melihat ada penembak jitu," ucap Lucas membuat tim miliknya mencari keberadaan Lucas dengan menatap ke atas gedung.

"Apa yang kalian tunggu, amankan calon presiden," teriaknya ketika melihat tidak ada yang bergerak. Pria itu tidak memperdulikan hal lain, dirinya kembali memperbaiki letak sniper miliknya, kemudian mulai membidik.

Senjata shadow membidik dengan benar ke arah bawa, ke arah pria paruh baya yang tengah sibuk memberikan janji-janjinya itu.

Dor!

Suara tembakan terdengar.

Na'asnya peluru yang Lucas tembakan, mengenai lengan untung saja peluru itu hanya mengores lengan, sedangkan sasaran bidikan tidak mengenai target, ia ingin menembak sekali lagi, tapi sebuah peluru kembali melesat cepat membuatnya harus segera menghindar.

"Sial, kenapa tidak ada pemberitahuan di sistemku jika ada penembak jitu dari jarak jauh," umpatnya dia mengeluh karena sistem miliknya tidak memberi peringatan padanya.

Gadis itu terpaksa meninggalkan senjata miliknya, dia terburu-buru pergi dari atas atap. Lucas yang melihat hal itu segera berlari mengejar,

Shadow terpaksaa meninggalkan senjata miliknya, dia harus pergi dari atap gedung. Pria yang menembaknya kini terlihat di teropongnya tengah menuju ke arahnya, apalagi beberapa orang lainnya pun tengah ikut mengejar.

Lucas mengejar Shadow dengan berlari mencoba melompati atap gedung yang jaraknya berkisar setengah bahkan satu meter. Jarak antara Lucas dengannya begitu dekat.

"Jangan bergerak," perintah Lucas membuat Shadow membalikan tubuhnya.

Tangannya tengah memegang senjata.

"Letakkan senjatamu," perintah Lucas.

Pakaian yang dipakai orang itu, serba hitam, mengunakan topi, serta kacamata hitam, tidak lupa dengan masker menutup wajahnya. Senjata di paha sebelah kanan, sedangkan pisau di paha sebelah kiri, dari balik kacamata tidak tampak sedikitpun ketakutan ketika senjata di arahkan padanya.

Sebuah senjata kini, terarah tepat di kepalanya.

Saat orang misterius itu mencoba untuk meletakan pelan-pelan senjatanya, siapa yang menyangka jika dia menembak dua agen yang tengah mengepungnya saat itu, kemudian terjun ke bawah.

Lucas yang melihat hal itu, tidak tinggal diam, berusaha untuk meraih orang tersebut, sayang sekali dirinya tidak meraihnya karena tali orang tersebut telah membaur di kerumunan orang di bawah sana.

Suara senjata masih saja terdengar menebak ke arahnya, di kembali menembak agen yang tengah mengejarnya itu, pastinya topi yang digunakannya terlepas membuat rambutnya tergerai, namun bukan shadow jika tidak bisa melarikan diri.

Di keramaian pengunjung dia melepaskan satu persatu pakaian yang di pakaiannya.

Jaket di lepasnya kemudian membuangnya, terlihat hanya sebuah baju atasan pendek, mengambil baju yang tengah di jual oleh orang-orang di pinggiran jalan, dia mengunakan pakaian dress untuk menutupi senjata dan pisau miliknya yang terdapat di saku celananya, mengambil sebuah topi, kacamata, dan tas wanita untuk menyamar agar tidak meninggalkan bukti dan dikejar oleh agen. Menaruh senjatanya di tempat yang aman.

"Sial!" umpat Shadow karena misinya gagal untuk yang pertama kalinya. "Hampir saja tertangkap," gerutu Shadow sambil berjalan membaur.

"Aku gagal," sebuah pesan dikirimkannya pada seseorang.

Memalukan bagi dirinya, karena selama ini dia tidak pernah gagal dalam menjalani misi yang diterimanya.

"Lihat saja. Aku akan memberikan kematian untuknya agar disaksikan banyak orang 3 hari lagi," bunyi pesan Shadow.

Bersambung …

avataravatar
Next chapter