11 11. Penyelidikan

"Sial. Pakaianku menjadi kotor seperti ini," ucap Shadow yang melihat pakaian yang ia pakai telah berubah merah karena darah dari pria yang telah ia bunuh.

Untuk melakukan transaksi yang saat ini dia lakukan, Shadow memilih sebuah jembatan untuk berjaga-jaga jika sesuatu hal terjadi tanpa keinginannya. Sengaja ia lakukan, untuk memudahkan melakukan pelarian nantinya.

Mengunakan teleskop ia melihat sebuah mobil mulai mendekat ke arah tempat yang telah ia inginkan. Ia pun bisa melihat begitu banyak pengawal yang terlatih mengawal wanita yang berada di dalam mobil.

Seorang wanita itu hanya duduk di dalam mobil, sedangkan pengawalnya yang melakukan transaksi. Transaksi pun dilakukan. Namun terjadi hal yang tidak diinginkan, ternyata mereka adalah polisi yang tengah bekerja.

Shadow tidak menyadari jika mereka yang datang adalah polisi yang bertugas karena sistem miliknya tidak mendeteksi di akibatkan oleh mereka polisi yang tidak terdata di dalam kepolisian.

"Tsk! Kenapa mala mini begitu sial, banyak yang tidak berjalan dengan lancar," gerutu Shadow sambil mengambil senjata miliknya dan menembak kaki pria itu, beberapa orang pun tidak luput dari tembakan. Ada yang ditembak tepat di bahu ada pula yang tidak dapat bergerak akibat jarum akupuntur yang dipakai olehnya.

"Kau ingin menjebakku. Kau pikir aku bisa dijebak hal seperti ini? Tsk! Sepertinya kau tidak tahu berurusan dengan siapa," ucap Shadow menodongkan senjatanya. "Lihatlah, semua pengawalmu telah terluka, jika kau menyerangku kau akan kehilangan mereka semua," ancam Shadow.

Wanita itu tidak pernah main-main dengan ancaman yang ia berikan. Akan terjadi, jika mereka tidak mengikuti apa yang ia perintahkan. Mulut senjata yang tengah mengarah padanya, wanita itu melihat ke arah para pengawal yang di bawah olehnya. Benar saja, mereka semua meringis kesakitan.

"Kau..."

"Aku tidak akan membunuh mereka, karena misiku hanya mengantarkan paket. Tidak lebih," jelas Shadow.

ia melihat ke arah pakaiannya. "Apa kau lihat pakaian yang aku pakai berwarna merah? Sebelum datang kemari, aku baru saja membunuh beberapa orang pria yang membuatku kesal, lokasinya tidak jauh dari sini. Jika kau ingin membuatku kesal, akan kubiarkan hidup tetapi mereka yang bersamamu, tidak akan kubiarkan hidup," ancam Shadow.

Sebenarnya ia lelah, ingin segera pulang dan berendam di bathtub.

"Aku tidak takut denganmu, tugasku—"

Belum selesai polisi itu mengatakan apa yang ingin ia katakan, pisau telah lebih dulu tepat berada di lehernya. Membuatnya menelan saliva, ia tidak berani bernapas, hal itu akan dapat membahayakan nyawanya karena pisau begitu dekat.

"Kau pikir aku main-main?" tanya Shadow menatap intens pada wanita itu. "Aku tidak main-main, jika kau pikir aku adalah bandar narkoba yang mengedarkan narkoba, kau salah. Aku hanya pesuruh untuk melakukan tugas dan menerima bayaran ketika selesai," jelas Shadow ia tidak ingin dituduh sebagai pemasok narkoba karena itu menjelaskan tentang dirinya.

"J-jadi—"

"Kalian menangkap orang yang salah," ucap Shadow. "Oh iya. Apa kau lihat siaran tadi? Siaran langsung. Siaran yang membunuh pria itu dengan mengunakan kawat dan menyiarkannya. Apa kau ingin menjadi seperti pria itu? Tsk! Polisi kecil sepertmu, jangan coba-coba untuk menangkapku," kata Shadow sambil menembak pria itu di lengannya, "Jadilah kuat untuk menangkapku..." kata Shadow sambil pergi dari sana, dan meninggalkan koper yang berisi dengan narkoba di dalamnya.

Wanita yang diancam oleh Shadow mengepal tangannya, ia tidak habis pikir jika dirinya akan berhadapan langsung dengan pembunuh bayaran yang terkenal. Perkataan Shadow begitu menghinanya, ia bahkan tidak dapat membuat para pengawalnya tidak terluka. Begitu memalukan untuk dirinya.

Di lain tempat, Lucas merapikan jas miliknya sebelum masuk ke dalam lift. Pesonanya adalah asset baginya.

Seorang pria langsung mendekat ke arahnya, ketika melihat Lucas yang baru saja datang.

"Kamu menemukan sesuatu," kata pria itu.

Raut wajah pria itu terlihat memiliki kewaspadaan di sana. penasaran apa yang tim mereka temukan Lucas pun bergegas melihatnya.

"Semua dokumen-dokumen ini beberapa saat lalu dikirimkan kepada kita," kata seorang perempuan yang berusia sama dengan Lucas. Alesia Zea, gadis itu terlihat begitu gemulai tapi begitu tangguh. Mungkin, akan jadi lawan yang pas untuk Shadow, namun mengalahkan pengalaman yang telah dimiliki oleh Shadow.

Alesia, memperlihatkan dokumen-dokumen itu. "Ini semua yang dia dikirimkan kepada kita,"

Lucas membaca berkas yang dikirimkan pada timnya, ia pun ikut penasaran siapa yang mengirimkan berkas itu pada tim mereka.

"Siapa yang mengirimkannya?" tanya Lucas dijawab anggukan oleh para tim.

Tidak ada yang mengetahui siapa yang mengirimkan berkas tersebut, tiba-tiba saja berkas itu datang dengan atas nama Lucas, sedikit mencurigakan apalagi tidak ada nama pengirimnya.

"Apa kalian menemukan saksi dari kasus ini?" tanya Lucas sambil menyusun kembali berkas-berkas yang dilihatnya, ia memasukan ke dalam kardus.

Ketika tengah sibuk dengan apa yang tengah kasus yang tengah mereka kerjakan, semua orang terkejut dengan suara teriakan begitu lantang memanggil Lucas.

"Lucas. Aku menyuruhmu menemukan pembunuhnya bukan mencari tahu tentang pria yang sudah mati,"

Lucas mengerutkan kening, bagaimana caranya ia menemukan pelakunya jika ia tidak menyelidik latar belakang dari pria itu, apa pelaku pembunuhan itu akan langsung ditemukan begitu saja? tentu tidak.

Lucas melihat ke arah pria yang menjadi atasannya itu. Tatapan Lucas begitu intens, ia sangat tidak suka pria yang tengah berdiri dengan berdecak pinggang di hadapannya.

"Lanjutkan apa yang kalian lakukan..." titah Lucas membuat semua anggota tim mengikuti perintahnya.

"Lucass... kau..." geram Direktur. "Apa yang kalian lakukan? Apa kalian tidak mengikuti apa yang aku katakan?" tanya pria itu dengan geram.

Lucas menghela napas dengan kasar, ia tidak tahan lagi dengan apa yang tengah pria tua itu lakukan. "Pak, kau ingin kami mencari pembunuhannya, saat ini kami tengah melakukannya. Bagaimana kami menemukan pelakunya, jika kami tidak mengetahui motif tersangka, seharusnya bapak tahu hal itu. memeriksa dokumen-dokumen ini, setidaknya membuat kami mendapatkan beberapa tersangka yang dapat kami introgasi," ucap Lucas membuat pria itu terdiam.

"Kami menemukan beberapa para profil para korban," kata Alesia. "Tunjukan..." perintah Alesia.

"Kami hanya bisa menemukan ini saja. Anak-anak ini tertangkap dan telah meninggal di dalam penjara," jelas Alesia sambil memperlihatkan beberapa foto. "Penyebab kematian mereka adalah luka lebam di sekujur tubuh mereka," jelas Alesia lagi.

Semua orang saling berpandangan satu sama lain, kemudian kembali menatap layar yang tengah memperlihatkan anak-anak yang telah tertangkap itu.

"Tapi ada satu korban yang masih hidup sampai saat ini. Dia di adopsi oleh seseorang dari riwayat data rumah sakit dia mendapatkan beberapa perawatan psikis, pendiam, dan kesulitan berbicara," kata Alesia.

Mendengar hal itu, Lucas merasa jika mereka mulai menemukan pencerahan dari kasus yang tengah mereka kerjakan.

"Siapa? Katakan," ucap Lucas. Ia tidak sabar mengetahui siapa anak yang selamat itu.

"Namanya Cleo Anathasia Veendra. Saat ini ia berkewarganegaraan Amerika dan tengah kuliah di usianya 27 tahun. Ayah angkatnya seorang pengusaha,"

Bersambung …

avataravatar
Next chapter