10 10. Pembunuhan dalam Misi

Anggota tim Lucas yang melihat apa yang terjadi di dalam siaran langsung, sedikit merinding. Mereka tidak percaya hal semenyeramkan itu terliput, bahkan tanpa sensor. Seakan mereka tengah menyaksikan flem box office di bioskop.

Hal yang membuat mereka kebingungan, jika semua berkas yang terlihat dilayar kaca adalah file-file yang mereka sendiri bahkan tidak mengetahuinya. Bagaimana Shadow mengetahui hal itu? Bahkan hal yang paling rahasia diketahui olehnya.

Di ruangannya sang direktur tengah sibuk dengan telepon yang tiap saat berdering karena begitu banyak panggilan.

"Iya, Hallo," sapanya dengan nada kesal, ketika mengetahui siapa yang menghubungi nada bicaranya berubah seketika. "I-iya pak. Aku segera datang," ucapnya hati-hati kemudian menutup telepon.

Wajah kesal serta lelah yang menerima begitu banyak panggilan membuat pria itu kelelahan. Kinerja keamanan negara kini dipertanyaan lagi dan lagi, apalagi seorang pria yang di bunuh di siaran langsung adalah seorang calon presiden yang sangat berpengaruh dalam perekomina.

Ada dua petisi yang mucul setelah itu. Petisi yang menginginkan jika kasus tersebut di usut sampai tuntas, apalagi shadow menayangkan tentang korupsi yang dilakukan oleh pria itu.

Membela keadilan? Shadow jelas-jelas mengatakan jika dia tidak membela keadilan. Sebenarnya, ada dendam untuk pria yang dibunuhnya karena itu ketika mendapatkan misi untuk melenyapkan pria itu ia begitu antusias melakukannya.

Wajah pria paruh baya yang dibunuhnya itu, masih tergambar jelas diingatan Shadow. Pria itu adalah pria yang menjualnya ke organisasi. Balas dendam adalah yang dilakukan oleh Shadow, jika bukan karena pria itu, dia tidak akan menjadi pembunuh yang akan membunuhnya dengan cara tragis. Pria itu adalah yang terakhir yang ingin dia balaskan dendamnya.

"Shadow... misi selanjutnya,"

Di hadapannya terlihat sistem dari perangkat mata android miliknya, ia mendapatkan tugas untuk misi selanjutnya. Ia pun mulai bersiap untuk menjalankan misi selanjutanya.

Apa yang ia lakukan telah menghebohkan dunia, hal ini memicu konspirasi di organisasi agar ia di hukum, karena akan membuat mereka mengetahui tentang organisasi mereka jika dilakukan penyelidikan yang mendalam. Bagi Shadow hal itu sama sekali tidak akan mempengaruhi dirinya. karena dirinya sendiri bahkan tidak terikat dengan organisasi.

Beberapa orang merundingkan apa yang akan mereka lakukan pada Shadow, tetapi tidak ada yang terjadi. Shadow tidak mendapatkan hukuman, karena ia dalam misi menjalankan tugasnya.

Persiapan yang Shadow lakukan cukup baik untuk menjalankan tugas selanjutnya. Baju kaos motif panda, serta jumpsit loly, serta rambut kuncir dua, tidak lupa dengan kacamata bulat membuat kesan culun terlihat tidak lupa ia pun ber-ackting seperti anak-anak di usia seperti itu.

Misinya adalah mengatarkan narkoba ke seorang bos, narkobanya terletak di tempat sampah di sebuah taman, dan Shadow harus mengambil barang itu di sana.

"La... lala... lal... lala..." Shadow bertingkah seperti anak kecil, sambil membawa koper hitam itu, di dalam mulutnya masih terdapat permen. Ia melewati sebuah taman bermain yang cukup sepi, tidak ada satupun orang yang terlihat. Ia berpikir jika jalan yang dia ambil begitu cepat sampai ke tempat klien.

Langkah kakinya terhenti ketika melihat lima orang pria yang tiba-tiba menghalangi jalan, baginya ini sangat menyebalkan karena ia ingin segera menyelesaikan misinya.

"Hei adik kecil... mau main dengan kakak sebentar?" seorang pria berwajah tirus tersenyum ke arahnya, tampan tetapi begitu cabul apalagi ketika menyentuh pipi.

Hal yang paling ia benci adalah menyentuh tubuhnya sedang pria itu mulai menyentuh Shadow, beberapa orang lainnya tengah tertawa, seakan mereka mendapatkan Jackpot seorang gadis yang tidak waras, tapi di dalam hati Shadow mereka sungguh sial bertemu dengannya.

"Mau bermain dengan kakak? Kakak akan membelikanmu banyak permen," kata pria itu lagi sambil memegang dagu milik Shadow.

Bermain? Sepertinya mereka tidak menyandari jika wanita yang saat ini diajak bermain itu adalah seseorang yang harusnya mereka waspadai. Bagi Shadow, aturannya tidak sulit, jika tidak ingin mati jangan menyentuh dirinya atau menjadi target. Itu adalah kesialan yang akan terjadi, tidak akan dia biarkan hidup.

Mendengar apa yang katakan oleh pria yang tengah berada di hadapannya, ia tertawa, tawanya begitu mengerikan.

"Iya, a-ku ingin bermain-main dengan kakak semua," kata Shadow tersenyum sambil melihat ke arah pria yang tengah berada di hadapannya, mereka tidak melihat Shadow telah mengambil sebuah pisau dan menyayat leher pria yang tepat berdiri di hadapannya.

Srett!

Darah seketika terciprat di wajah Shadow mengenai kacamata bulat yang ia kenakan saat itu. Apa yang dilakukan olehnya, membuat semua teman-temannya terkejut. Belum selesai keterkejutan mereka, Shadow lebih dulu menusuk pria yang satunya lagi, kemudian memutar pisau tersebut di dalam perut milik pria itu. Erangan dan rintihan karena pisau kini mengobrak-abrik dalam perutnya, begitu merdu terdengar oleh Shadow.

"Hehehe.." suara cekikikan terdengar. "Aku suka... aku suka..." kata Shadow lagi. "Benar... aku akan bermain dengan kalian. Bagaimana dengan permulaan permain ini? Apa kalian suka bermain seperti ini, yang aku suka," kata Shadow sambil memandang pria yang tersisa dan ketakutan.

"Jangan bunuh aku... jangan bunuh aku..." pintah pria yang lainnya.

Raut wajah pria itu begitu terlihat ketakutan, apalagi ketika melihat wajah Shadow yang telah berlumuran darah, apalagi senyum sang wanita yang begitu menakutkan. Matanya, membulat, tubuhnya gemetar karena wanita yang mereka anggap bodoh, ternyata seorang psikopat.

"Kalian sungguh kurang beruntung, aku tidak ingin membunuh lagi, tapi kalian mengantarkan nyawa kalian sendiri. Aku tidak membunuh kecuali targetku, dan juga pria yang menyentuhku dengan sangat mesum seperti kalian..." kata Shadow berjalan mendekat, dengan pakaian dan wajahnya di penuhi darah.

Senyum serta raut wajah seorang psikopat tergambar jelas di wajah Shadow. DIa paling tidak suka jika seseorang pria mesum menyentuh tubuhnya.

"Jangan bunuh aku... kumohon... jangan bunuh aku..." kata pria itu dengan ketakutan. Celananya telah basah karena kencing, begitu ketakutan dirinya melihat Shadow.

"Preman kecil seperti kalian ingin bermain denganku? Kalian mencari mangsa yang salah..." kata Shadow lagi.

"Uuuuwaaaaa.... Pembunuh.. Tolong..." seorang pria itu berusaha lari dan berteriak meminta pertolongan, tapi langsung di lemparkan pisau oleh Shadow tepat di kepalanya membuat pria itu seketika mati.

Shadow mengambil pisau miliknya, kemudian menyeka darah yang berada di pisau itu.

"Sebenarnya aku tidak ingin melakukan hal ini, tetapi kalian berani menyentuhku. Hal itu paling yang tidak kusukai, seseorang menyentuh tubuhku dan melihatku dengan tatapan cabul. Jangan salahkan aku, aku hanya membela diriku sendiri," ucap Shadow sambil tersenyum.

Semua pria itu telah tewas, ia segera pergi dari sana sebelum mengundang banyak perhatian karena telah membunuh, akan sangat bahaya jika banyak yang melihatnya.

Bersambung …

avataravatar
Next chapter