4 Bab 4 Reuni ( Revisi )

"Apa yang Kakak lakukan?!"

"Karl?"

Kakak beradik itu saling bertukar pandang. Mungkin ingin meresapi dalam - dalam sebuah reuni. Keduanya memang sudah lama tidak bertemu, sekitar satu tahun. Karl yang melaksanakan pelatihan di kota agar mimpinya tergapai yakni menjadi seorang Titlelist[1] terkuat, membuat dirinya harus pergi meninggalkan desa juga sang kakak. Sedangkan Nevtor, yang mengalami sebuah fitnah dan harus diusir dari desa. Hidup yang penuh liku - liku menjadi Titlelist tanpa sepengetahuan sang adik harus ia jalani setiap waktu. Dari berpindah ke kota bahkan Sektor, memberikan banyak pengalaman untuknya. Namun tujuannya tetaplah sama.

Karl menengok pemuda di belakang sejenak lalu kembali berpaling ke sang kakak. "Kenapa Kakak ingin menyerang orang itu?" Tanyanya penasaran.

"Itu bukan urusanmu!" Jawab Nevtor tegas. Mata merah darahnya seakan siap menerkam.

Si pemuda mendadak membatu. Menatap sang kakak sangat lekat. Dirinya baru menyadari bahwa kakaknya telah mengalami perubahan. Bukan secara penampilan, melainkan ….

"Mata itu, lalu … simbol itu. Jangan - jangan …." Dia menatap penuh tidak percaya.

"Pergilah, aku tidak ingin melukaimu!" Nevtor menegaskan sekali lagi.

Karl tertunduk, memandang sedih lalu mulai bercerita, "Dulu, aku kaget dan panik ketika mengetahui Kakak meninggalkan desa. Terlebih, para penduduk mengatakan kalau kau melakukan pencurian. Tapi sulit mempercayainya. Sebab kupercaya bahwa Kakak tidak akan melakukan kejahatan semacam itu.

Nevtor kembali melangkah. Pedang perak di genggaman tangan kanan mengeluarkan kilauan dari pantulan cahaya bulan, mengkilap bak berlian.

"Lalu, aku mendapati informasi bahwa Kakak berada di kota yang sama dengan tempat pelatihanku. Aku pun lantas bertanya - tanya kepada semua orang yang pernah melihat dan sampai mempertemukan diriku pada seorang pandai besi. Dia bilang sangat kenal. Namun sayangnya," kedua tangannya dikepal erat, "dia mengatakan, kalau kau telah meninggalkan kota dan pergi ke Sektor Barat."

Jejakkan kaki terus melaju. Sama sekali tidak mengindahkan perkataan tersebut, bahkan desiran angin malam yang dingin sekali pun.

"Dan sekarang, kita akhirnya bertemu di sini. Tetapi mengapa ... mengapa malah seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi pada Kakak?" Sambungnya, mengangkat wajah, kedua iris biru sapphire berkaca - kaca. Tidak kuasa lagi menahan kepedihan yang mengiris hati.

Langkah Nevtor berhenti, sekitar lima meter dari sang adik. Tatapan tanpa ekspresi nan sinis miliknya, mengingatkan pada gadis berambut ungu di belakang. "Sudah kubilang itu bukan urusanmu. Jadi sekarang minggirlah!" Titahnya.

"Urusan Kakak, urusanku juga. Sebagai keluarga, aku berhak tahu itu!!"

Untuk sesaat, Nevtor tak merespon. Kemudian mendadak seutas senyum terukir di bibir. Momen yang langka telah terjadi. Ini pertama kalinya dia mengungkapkan ekspresi tersebut. Bahkan Karl sampai tersentak kaget. Dia baru tahu jikalau sang kakak bisa tersenyum. Sebab selama sembilan belas tahun hidup bersama, dirinya tak pernah melihat sang kakak menunjukkan mimik apapun selain datar dan cuek.

"Kau bukanlah keluargaku yang sebenarnya. Kau juga bukan adik kandungku. Aku hanya sebatas anak yang tanpa sengaja dipungut oleh seseorang," ungkap Nevtor masih dengan senyuman. "Dan aku tahu itu setahun yang lalu dari pria tua yang tak lain adalah Flade, ayahmu," tuturnya.

Setelah dibuat terkejut oleh ekspresi sang kakak, kali ini mata pemuda berambut ikal itu terbelalak. Mendapat ungkapan mengejutkan tersebut membuatnya kaget bukan kepalang. Kebenaran yang tidak diketahui dirinya sedari kecil hingga saat ini telah terkuak.

"Beliau juga mengatakan bahwa diriku seorang Noble Assassination[2]," imbuh Nevtor. Senyuman telah menghilang berganti tampang khasnya.

Wajah Karl kembali tertunduk sembari bergumam, meyakinkan kalau semua yang dikatakan tidak benar. Dan dalam suasana keterpurukan itu, Nevtor kembali melangkah. Jauh dilubuk hatinya ia sebenarnya tidak ingin mengungkap hal barusan. Tetapi dia terpaksa melakukannya agar sang adik diam dan tidak menghalangi, juga tidak mau melukainya. Meski bukan saudara kandung tetapi dalam hati, Karl merupakan sosok terpenting dalam hidupnya.

"Akan kukatakan sekali lagi. Maukah kau menghilangkan teknik-mu itu!" Sembari jalan, Nevtor meminta kembali kepada Clain di depan sana.

"Tidak akan!"

Langkah demi langkah, si Pemuda berambut hitam semakin mendekat. Berpapasan dengan sang adik yang telah mematung lalu memunggunginya. Kedua netra heterchromia-nya memandang fokus kepada Clain yang bergeming.

Ketika hampir sampai, tiba - tiba ada kehadiran sosok lain yang membungkam langkah Nevtor. Gadis berambut ungu yang sedari diam kini mulai bergerak. Memasang kuda - kuda serta menggengam pedang berbilah kuning dengan kedua tangan. Tatapan tanpa ekspresi disertai iris amethyst yang sinis.

"Oh, ternyata kau Aurora."

"Aku tidak akan membiarkanmu melangkah lebih dari itu. Dan lagi, apa yang terjadi denganmu? Kau menghilangkan begitu saja, padahal misi belumlah selesai."

"Aku tidak punya waktu menjawab pertanyaanmu. Minggirlah!"

"Kalau begitu, aku juga tidak akan beranjak dari sini."

Kedua insan tersebut saling lengket memandang. Aura dingin yang menyeruak keluar dari tubuh mereka berdua pun, seakan - akan bisa membekukan area sekitar.

"Baiklah, kalau begitu." Kedua tangan beralih memegang gagang pedang, kemudian Nevtor pun maju dan melayangkan tebasan mendatar. Disusul oleh Aurora yang juga mengayunkan pedang berbilah kuning secara horizontal.

Cringg!!

Kedua bilah saling bertabrakan, menciptakan gemerincing nyaring membuat pemuda di belakang langsung menutup kedua telinga. Kemudian dengan momentum yang kuat, Nevtor mendorong pedangnya menyebabkan si Gadis berambut ungu lantas terpelanting dan pedang pada genggaman pun tertancap di tanah.

Bersamaan itu, tanpa terduga muncul sihir api dari bawah kaki sang pemuda. Secara reflek, dia pun melompat mundur. Namun rupanya sihir tersebut terus mengikuti, memaksa Nevtor memilih melebarkan jaraknya agak jauh. Setelahnya, sihir api seketika menghilang, nampak tidak berniat menyerang hanya sekedar menjauhkan dirinya. Siapa penggunanya? Clain? Bukan, melainkan si pemuda berambut ikal yang saat ini sudah sadar dari fase terpuruk.

"Walaupun kau bukan Kakakku, atau pun kau seorang Assassination, namun kau tetap keluargaku dan aku akan menghentikan tindakanmu." Dia menatap penuh keseriusan.

Tidak ada waktu lagi. Nevtor secara sengaja menyayat telapak tangan kirinya sendiri menggunakan pedang di genggaman. Bilah pun terbasahi oleh darah dan pedang perak itu hilang seolah terserap di tangan. Tak lama setelah menjentikan jari, muncul bayangan hitam legam dari bawah tanah yang kemudian membentuk menyerupai 'Nevtor' itu sendiri.

"Tahan dia!" Perintah Nevtor kepada sosok tersebut dalam bisikan. Sosok hitam legam lantas melesat cepat dan tanpa terduga telah sampai di depan muka Karl, persis.

Dengan kesigapan dan reflek yang bagus, Karl menangkis tinju demi tinju yang lancarkan sang lawan. Dia bahkan dibuat kewalahan sampai - sampai hilang pengawasan pada sang kakak yang saat ini mencoba mendekati pemuda berzirah.

Sreep!!

Sambil berlari, Nevtor mencabut pedang milik Aurora yang tertancap di tanah. Kemudian dia melesatkan tusukan, menargetkan perut pemuda yang saat ini mungkin sudah pasrah karena luka yang cukup memilukan.

Crank!!

Ujung bilah mendadak terhenti, nyaris mengenai perut. Pedang berbilah kuning itu pun hancur berkeping - keping akibat dampak dari sihir cahaya yang muncul. Bahkan mampu membuat Nevtor dibikin tak berkutik oleh sihir angin dahsyat yang datang selanjutnya. Dia terhempas ke udara dan terjatuh. Namun tidak mengalami luka sedikit pun. Kesigapannya dalam mendarat cukup diacungi jempol.

"Wow hebat! Kau bisa bertahan dari sihirku tanpa luka," puji seseorang dari atas pepohonan sambil tepuk tangan. "Sepertinya ini akan menjadi pertarungan menarik," sambung orang itu. Pria berambut jingga yang memakai bandana hitam dan membawa tongkat besar di punggung.

-----

Keterangan:

[ Sebutan bagi orang yang telah lulus kriteria tes dalam ujian dan menerima simbol Title.

Bangsawan Assassination, yang identik dengan warna mata (iris) berbeda serta kekuatan maha dahsyat ]

avataravatar
Next chapter