2 Bab 2 Masa lalu, Bunuh dan Kebangkitan ( Revisi )

Hembusan angin malam begitu dingin dan menusuk kulit. Dedaunan hijau yang berguguran, terbang dan berjatuhan ke tanah yang diterangi oleh cahaya rembulan yang mengintip dari balik celah kecil rimbunnya pepohonan.

Di dalam hutan lebat itu, sesosok orang berambut hitam--dengan satu helai rambut kebiruan dan satu helai kemerahan--bersenjatakan pedang perak yang bercampur darah tengah berjalan pelan. Meninggalkan jejak berdarah tiap langkahnya. Mata biru dan merah yang memantau tajam bagai mata elang, membuat orang lain yang berada di dekatnya pun bergidik ketakutan.

"Kenapa? Kenapa kau melakukan ini?!"

Pemuda berwajah pucat pasi itu terduduk di tanah sembari kedua tangan berupaya mundur perlahan - lahan. Dengan terdapat luka sabetan di leher, dia amat kepayahan. Namun, perkataan ia sama sekali tidak ditanggapi. Sosok di depannya hanya diam seribu bahasa dan terus mendekat berbalut insting memburu.

"Sial!"

Pergerakannya terhenti saat sebuah pohon memblokir di belakang, punggung saling melekat dengan batang pohon.

Langkah sosok berambut hitam terhenti. Berpadu gelapnya malam, sepasang mata yang memancar menyajikan suasana amat mencekam. Membuat kepanikan menjalar, keringat dingin berjatuhan dari pelipis si pemuda.

"A-apa kau benar - benar ingin membunuhku, Nevtor? Hanya karena di masa lalu, aku pernah memfitnahmu?" Ungkap pemuda itu dengan nada terbata - bata. Rambut coklatnya diikat seperti ekor kuda. Pakaian biru yang dikenakkan bersimbah cairan merah pekat yang telah mengering.

"Aku memang pernah berpikir untuk membalas perbuatanmu waktu itu," balas sosok bernama Nevtor itu, "namun sekarang hal itu tidak ada lagi dalam benakku saat ini."

"Lalu kenapa ... kenapa kau sekarang malah ingin membunuhku?"

Nevtor sedikit menaikkan dagu. "Karena kau akan menjadi batu loncatanku," jawabnya dengan nada tegas.

"Batu loncatan?"

"Ya, sebuah pijakkan untuk diriku menyeberang ke sebuah tingkatan yang lebih tinggi. Rantai kehidupan terkuat di dunia ini. Sebuah ras di masa lampau yang telah hilang."

Mata si Pemuda terbelalak. Sebisa mungkin dia ingin segera kabur. Namun sayangnya, dalam kondisinya saat ini itu mustahil. Dirinya sempat berpikir untuk menyerah dan dibunuh oleh sosok yang tak lain adalah sahabatnya sendiri. Itu cukup ironis.

"Rantai terkuat?" Perlahan, dia bangkit dengan tangan kanan bertumpu pada batang pohon dan satu tangan lagi memegangi leher. Meski dengan kaki gemetaran pada akhirnya ia bisa berdiri tegap. "Ras di masa lampau?" Sambungnya.

"Tidak usah terkejut. Bukankah kau sudah tahu sejak dulu bahwa diriku berasal dari suku terlarang, Ras Assassination."

"M-meski begitu ...," kedua kelopak mata tertutup lalu menghela nafas panjang. Kemudian dia membuka mata, "... mengapa kau mencoba membunuhku?!" Teriakan pemuda itu mengalun kencang, menggema di antara rimbunnya pepohonan.

Kedua kaki Nevtor kembali bergerak. Namun baru satu langkah terhenti. Ketika terdengar peringatan di belakang. Suara yang berasal dari lelaki berambut biru dongker belah dua. Mengenakkan zirah perak mengkilap dengan ukiran daun di kedua sisi dada.

"Hentikan semua ini, Nevtor!!" Bujuk lelaki berzirah di kejauhan, berdekatan dengan dua pohon tumbang.

Pandangan Nevtor berpaling, lalu spontan saja sebuah pukulan keras mendarat tepat di pipi walau tubuhnya tidak goyah atau bergeser sedikit pun.

Sang pemukul yang tidak lain adalah pemuda malang tadi. Tatapan yang kali ini nanar. Bertekad kuat untuk melawan dan mempertahankan diri.

"Kau pikir ... aku akan menyerah begitu saja, Penyendiri bod--"

Sebelumnya bisa menyelesaikan kalimatnya, tangan kiri Nevtor lebih cepat mencekik leher si pemuda berkuncir tersebut lalu mengangkatnya tinggi melewati batas kepala. Korban malang itu hanya bisa meronta - ronta kesakitan, mencoba melepaskan belenggu di leher.

"L-le-lepaskan!" Pintanya meraung - raung.

"Tenang saja ... wanita itu akan segera menyusul." Nevtor berbisik. Rontaan pemuda itu pun seketika terhenti. Tatkala sebuah senjata perak telah menanti di depan mata.

Sementara, Lelaki berzirah yang menyaksikan kejadian itu lantas berlari menuju tempat mereka berdua. Akan tetapi, sebelum dia bisa tiba di sana hal telah berkata lain. Kini ia hanya bisa mematung. Memandang darah segar yang menetes bergantian dari tajam sebuah bilah. Senjata yang menembus daging hingga ke ujung. Tubuh yang tercengkeram, tergelantung tak lagi bisa bergerak dan merasakan suhu, dibuang begitu saja dan jatuh di tanah yang terselimuti rerumputan jarang.

Hembusan angin malam kembali menerpa dingin, disertai daun - daun berterbangan dan menyuguhkan aroma khas hutan. Mengibaskan rambut hitam dengan dua helai rambut yang kini telah berubah merah darah.

"Mode: Cruelty!"

Sepasang mata dibuka. Mendadak angin perkasa berhembus kencang nan kuat ke penjuru hutan menyebabkan pepohonan terombang - ambing. Membuat sang lelaki berzirah yang berada di sana tertatih - tatih berusaha agar tak terpental dari fenomena anomali tersebut.

"Apa yang terjadi?" Netra mentarinya membulat saat sebuah simbol belati terbentuk pada leher kiri sosok di depan. "Ti-tidak mungkin? Nevtor ... kau ...."

Nevtor berbalik. Warna matanya kini telah berubah merah darah yang memancarkan aura dingin dan gelap. Serta simbol belati di lehernya, hal itu cukup menjelaskan akan jati dirinya yang merupakan Ras Assassination.

"Tidak ada yang lebih buruk menjadi orang baik, dan tidak ada yang lebih baik menjadi penjahat. Aku akan menghapuskan segala diskriminasi di dunia ini."

Kedua tangan mengepal erat hingga bersuara. Wajah si Lelaki berzirah tertunduk memandang tanah, lalu mengangkat wajahnya seraya menyuguhkan mimik kemarahan. "Apa maksudnya ini, Nevtor?!" Geramnya.

Tidak ada respon. Nevtor hanya memberikan tatapan tanpa ekspresi. Sebab tidak emosi lain dalam dirinya yang bisa ditunjukkan. Sedih, marah, senang, takut, jijik semua tergantikan oleh satu mimik yang sama yakni datar.

"Maaf! Seperti aku harus keluar dari Night's Owl [1]. Dan kepemimpinan serikat kuserahkan padamu, Clain."

Perkataan itu menuai rasa tak percaya di wajah sang lelaki berzirah bernama Clain itu. Ia pun kembali mengepalkan kedua tangan erat lantas berkata lantang, "Maaf, katamu?! Kau meninggalkan kami begitu saja tanpa penjelasan?!"

Bahkan, untuk kedua kalinya bentakkan Clain tak digubris sama sekali. Tidak peduli apa yang dikatakan, Nevtor tetap teguh pada keputusan. Dia melangkah menjauh dari bayang - bayang hutan yang semakin gelap.

"Kau ... benar - benar Penyendiri bodoh!!" Clain berteriak sampai berdesing. Berharap bisa didengar sekaligus memprovokasi. Namun nihil, ucapan tersebut juga tidak mendapat tanggapan.

Ia berlutut lemas dengan ratapan murung. Tampak tidak berniat lagi mencegat si pemuda yang tak lain ketua serta sahabat perserikatan itu. Tetapi jika mengingat satu hal, hal tersebut menuntut dirinya untuk menghentikan, bahkan jika terpaksa membunuhnya. Seperti yang dicetuskan dalam tatanan pemerintahan yang berbunyi, 'Seorang Assassination harus dihentikan. Bahkan jika terpaksa bunuhlah, agar tidak lagi pertumpah darah lagi di dunia ini'.

Kendati perintah itu benar - benar sangat ditegaskan, namun siapa yang tega jika harus melawan atau bahkan membunuh teman sendiri? Hal seperti itulah yang masih diperhitungkan dalam benak Clain saat ini.

"Sial ... apakah ...." gumannya. Ia berupaya untuk menyanggupi keputusannya. Terhimpit dua pilihan memang sangat sulit.

Sementara itu, Nevtor telah sangat jauh. Dirinya menengadah, menatap langit malam yang bertabur bintang - bintang dari balik celah dedauan. Kemudian memejam dan menghembuskan nafas pelan, lalu dia melompat ke dahan pohon yang agak tinggi. Namun mendadak ada sebuah senjata melintas ke tepat arahnya.

Cringg!!

Nevtor menangkis menggunakan pedangnya. Setelahnya dia pun menendang sosok si penyerang hingga terpental ke bawah cukup keras. Mata merah lantas menatap lamat - lamat sosok yang tengah terselubungi debu yang berhamburan, yang rupanya itu Clain.

"Sepertinya aku memang harus mengalahkanmu, Nevtor!"

Nevtor menaikkan dagu. "Apa kau bisa melakukan itu?"

Suasana senyap sesaat. Desiran angin menerpa melewati tubuh mereka yang disusul sebuah daun terjatuh tepat di titik tengah keduanya.

"Technique: Light Step!"

Sekali lagi, Clain berhasil mencapai wilayah Nevtor tanpa terduga dan cepat. Dia lantas mengayunkan tebasan namun kembali ditangkis. Nevtor pun lekas turun dari dahan pohon. Baginya sangat sulit jika bertarung di medan tersebut. Bisa - bisa terpeleset dan jatuh.

Pendar kekuningan kembali menyelimuti kedua kaki si lelaki berzirah, kemudian dengan kecepatan bergaris kuning, dia kembali berpindah di hadapan sang lawan tanpa terprediksi untuk ketiga kali.

Clain kali ini tidak menyerang dengan pedang, melainkan tinju uppercut yang bersiap menghantam dagu sang lawan. Akan tetapi, keinginannya tidak sesuai dengan harapan. Ketika si musuh berhasil menahan. Namun hal itu tidak membuat Clain menyerah. Ia lekas melanjutkan serangan. Pukulan bertubi - tubi tanpa jeda. Sementara Nevtor, dirinya terus berupaya menahan serangan itu menggunakan kedua tangan yang disilangkan. Hingga serangan pun berakhir saat sang lelaki berzirah melayangkan tinju pamungkas menyebabkan jarak keduanya melebar.

"Seperti ini akan lama," batin Clain.

Sulit memang jika melawan kawan sendiri. Apalagi keduanya telah berlatih dan menghadapi bermacam pertarungan bersama - sama selama ini.

Setelah lama bertukar pandang, keduanya pun kembali merangsek maju. Jual beli pukulan serta tebasan demi tebasan yang menyuguhkan bunyi gemerincing logam di larut malam berbintang.

Luka sayatan dan bonyok berbekas jelas di tubuh keduanya. Namun luka yang lebih parah diterima oleh Clain. Kini, dia berdiri lemas sambil tangan kanan memegang pergelangan kiri yang mengalami sayatan sangat lebar sehingga cairan merah terus mengalir. Bahkan sudah sulit menggengam pedang karena getaran hebat. Keadaan yang memilukan. Normalnya mungkin bakal pingsan. Namun ardenalin yang terlanjur berapi - api, mendorong Clain tetap tersadar. Sedangkan Nevtor, dia masih berdiri tegap seakan tidak terjadi apa - apa. Meski wajah babak belur karena tonjokkan pamungkas sang lawan. Tentunya, air muka tanpa ekspresi masihlah terpatri.

"Sepertinya ini akan segera berakhir!" Seru Clain. Nafas sudah tidak beraturan dengan kedua mata yang sayu.

"Ya, untukmu!" Timpal Nevtor. Tatapannya amat dingin dan tajam. Kemudian, pedang yang bersimbah cairan merah di genggaman menghilang seketika seolah terserap oleh tangannya sendiri. "Aku akan akhiri sekarang!" Lanjutnya seraya menjentikan jari.

"Cruel Technique: Doppleganger!"

Tiba - tiba, muncul bayangan hitam dari bawah tanah yang kemudian membentuk sesosok manusia dengan keseluruhan tubuh berwarna hitam legam. Jika dilihat lebih seksama, sosok tersebut benar - benar mirip dengan pemuda bermantel di sampingnya. Bukan, lebih tepatnya itu sebuah tiruan.

"Apa?"

Mata Clain membulat. Sebab kini, ada dua sosok yang memandang dingin nan tajam dirinya.

-----

Keterangan:

[ Perserikatan nomor satu yang beranggotakan sepuluh orang, yang diketuai oleh Nevtor ]

avataravatar
Next chapter