13 Bab 13 Si Penjinak dan Menara Fatamorgana ( Revisi )

Pasir - pasir berterbangan. Suara eraman yang keras terdengar, memekakkan telinga.

Fenrir berhasil menjaga jarak tatkala ekor tajam nan beracun menghujam tempat pijakannya. Di waktu yang sama, Nevtor meluncur maju untuk segera menghabisi monster raksasa yang ada di depan mata. Dia melakukan bermacam sayatan pada tubuh bagian atas makhluk tersebut. Namun nihil, tidak serangan yang mampu melukai atau bahkan menggoresnya sedikit pun. Kulit sang monster amat keras.

"Ck," Nevtor kali ini melakukan tusukan tepat ke kepala makhluk itu. Tetapi gagal kembali. Dirinya pun lantas melompat menjauh saat monster itu balas menyerang menggunakan kedua capit besarnya.

Dor... dor

Dua timah panas melesat, menargetkan mata sang makhluk yang lebih dikenal oleh orang banyak sebagai 'Scorpio Mirage' ( Kalajengking Fatamorgana ).

Duar!!

"Berhasil!" Seru Wash yang tampak optimis. Dirinya memutar senapan di tangan lalu meniup asap yang keluar dari lubang senjata tersebut.

Suara eraman keras kembali terdengar. Rupanya satu mata dari makhluk tersebut mampu ditembus. Akibatnya sang kalajengking raksasa itu pun terlihat kesakitan hingga menyerang tak karuan ke segala arah, bahkan hujaman ekornya yang tajam membuat Wash terkejut dan jatuh terduduk. Serangan tersebut hampir saja mengenai 'masa depan' yang bersembunyi di balik celananya.

"Huff ... nyaris saja!" Wash mengelus dada dan bernafas lega.

Pada kesempatan itu, Fenrir dan Nevtor lekas merangsek maju ke arah monster raksasa itu sambil sesekali menghindari kibasan ekor. Setiba di depan musuh, Fenrir lebih dulu melakukan serangan pada mata monster tersebut menggunakan dua knuckle sembari melompat akrobatik, berputar - putar bak gasing. Sementara, Nevtor mengambil jalur di bawah tubuh sang kalajengking.

"Epic Techinque: Twister!"

"Technique: Pierce Slash!"

Serangan brutal yang diberikan Fenrir mampu menghancurkan kedua bola mata, sedangkan tebasan dari Nevtor berhasil merontokkan keenam kaki sekaligus membolongi perut si kalajengking raksasa. Cairan hijau langsung mengalir dari tubuh monster itu yang telah tumbang. Membanjiri pasir keemasan, mengubah medan gersang nan panas saat ini menjadi ...

"Uh, menjijikan!" Wash menatap geli cairan hijau. Dia kemudian menaruh kembali senjatanya di saku belakang.

Masalah saat ini telah selesai. Namun kenyataan mereka harus memikirkan tentang masalah lainnya. Berpikir untuk melewati padang pasir ini tanpa kendaraan. Sebab pertarungan tadi, tenaga ketiganya telah terkuras. Bahkan tidak ada tempat berteduh atau rehat di kawasan yang hanya berisikan pasir sejauh mata memandang. Selain itu, perbekalan baik minum dan makanan yang dibawa juga telah hancur.

"Arggg ... hari yang benar - benar buruk untukku. Terjebak bersama dua orang aneh di tempat dan situasi seperti ini," gerutu Fenrir sambil memandangi terik mentari. Dan lelaki berambut perak pun menghampiri.

"Aku sudah membantumu. Sekarang kau berhutang padaku!" Celetuknya sambil menyodorkan tangan kanan, meminta imbalan.

Fenrir melirik ketus. "Dalam situasi seperti ini, kau masih sempat - sempat bercanda?"

"Huh, bercanda? Aku tidak sedang bercanda saat ini!"

Fenrir menggertak gigi. Tanpa terduga, dia langsung melesatkan serangan ke arah sang lelaki berambut perak. Di susul pula, sebuah senapan mengarah tepat ke dahi dirinya.

"Mau gelud?!"

"Ayo!!"

Cuaca memang panas. Ditambah melihat pertikaian keduanya tampak semakin panas saja. Di samping itu, Nevtor tampak tidak memiliki niatan untuk melerai mereka. Dirinya acuh tak acuh dengan tampang datar.

Tak lama dua lelaki itu bergaduh, tiba - tiba saja sebuah gundukkan pasir di kejauhan meledak dan menghempaskan partikel kecil tersebut ke segala arah. Membuat mereka bertiga kaget dan menatap intens ke sumber tersebut.

Dari balik gundukkan keluar seekor monster yang sama persis dari makhluk yang baru saja dikalahkan. Beberapa detik kemudian, ledakan juga kembali terjadi di beberapa tempat dan monster yang sama pun muncul, berjumlah empat ekor.

"Masalah belum usai, masalah lain malah datang," keluh Fenrir yang melihat kelima kalajengking raksasa penuh jengkel.

"Heh, tidak masalah selama kita sudah tahu kelemahannya," sahut Wash percaya diri.

"Bodoh! Kau pikir bisa mengalahkan mereka sekaligus?"

"Ya, bisa saja. Selama kau tidak banyak bicara." Lelaki berambut perak itu menghunuskan senapannya dan fokus membidik mata salah satu kalajengking.

Dor... dor

Dua peluru perak meluncurkan cepat dari lubang senjata sesaat pelatuk ditarik. Namus sayang, ternyata makhluk raksasa itu cukup cerdik. Dia melindung kedua mata menggunakan capit besarnya.

"Ap--?!"

Fenrir tertawa kecil. "Bagaimana? Sekarang trik-mu tak berguna lagi," ledeknya.

Kalajengking yang tertembak mendatangi pemuda berjubah hitam dengan cepat. Segera, Nevtor menghindari serangan kedua capitnya. Disambung oleh serangan dua kalajengking lain, pemuda berjubah hitam itu pun kali ini dibuat kewalahan.

Di sisi lain, dua makhluk lainnya pun saling berebut menyerang Fenrir dan Wash. Hal itu membuat situasi gurun pasir ini benar - benar kacau. Sampai - sampai beberapa pohon kaktus di sekeliling tergerus oleh pijakkan sang kalajengking.

"Oahh ...." Keberuntungan masih berpihak pada Wash. Hujaman ekor lagi - lagi meleset mengenai 'masa depan' miliknya. "... Harus berapa kali aku harus mengalami ini?!" Komentarnya sambil bertatih - tatih mundur pada posisi duduk. Serangan ekor sang kalajengking tak hentinya menyerang pemuda malang tersebut.

Sementara Wash yang mencoba menghindari situasi krusialnya, Fenrir memberikan beberapa serangan pada satu kalajengking yang ia lawan. Namun rupanya monster itu cukup kuat juga agresif. Dia mampu bertahan sekaligus menyerang balik menggunakan ekor dan capit. Bahkan dua serangan nyaris membunuh dirinya.

"Sial, makhluk itu kuat sekali!" Decak Fenrir yang mundur menjaga jarak. Masker kain di wajahnya telah hilang terterpa angin.

Tanpa disadari, pijakan yang pemuda itu pilih ternyata sebuah pasir hisap. Imbasnya, Fenrir pun terkejut dan berusaha untuk keluar dari kondisinya. Namun sayang, alih - alih bisa keluar pergerakan yang ditimbulkan justru membuat ia malah semakin terjerembab.

"Arckk ..."

Crakkk!!

Sang kalajengking mengeram. Dia lantas melesatkan tusukan ekornya yang runcing, menargetkan si pemuda yang sudah tak bisa berbuat apa - apa.

Prewiiittt!!

Suara siulan terdengar mengalun. Membungkam pergerakan para kawanan kalajengking raksasa. Nevtor dan Wash pun keheranan, namun Fenrir bisa bernafas lega. Hampir saja dirinya benar - benar terbunuh.

Dari sumber siulan tadi muncul sesosok manusia membawa tongkat kayu. Seluruh tubuhnya tertutup jubah coklat serta wajah yang tertutupi masker. Dari proposi badan, nampaknya itu seorang pria.

Pria tersebut berjalan mendekat lalu menjentikkan jari. Walhasil, kelima kalajengking pun berduyun - duyun pergi meninggalkan tiga lelaki yang kebingungan.

"Maaf, kalau peliharaanku membuat kalian susah," kata pria itu saat tiba di tempat mereka bertiga.

"Siapa kau?" Tanya Nevtor.

"Kalian bisa panggil diriku, Si Penjinak!" Jawab pria itu sambil membuka masker.

"Nama macam itu." Wash bergumam.

Si Penjinak menghentakkan tongkatnya. Karena hal tersebut Fenrir yang terjebak pun akhirnya bisa keluar dari pasir hisap yang telah mengubur setengah tubuhnya. Pemuda itu langsung menebak bahwa orang tersebut penyihir. Tentu saja sebab tongkat identik bagi para penyihir.

"Jadi, apakah kalian mau ikut denganku ke suatu tempat?" Ajak si Penjinak.

Cukup mencurigakan. Begitu menurut Nevtor dan Fenrir. Tapi tidak untuk Wash. Dia langsung menyetujui ajakan pria itu tanpa pikir panjang. Mau tidak mau, keduanya pun mengikuti. Dan mereka pun melakukan perjalanan yang menyengat tanpa kendaraan.

-----

Dua jam menyisir padang pasir, akhirnya terlihat samar - samar sebuah bangunan tinggi di kejauhan. Bagi pengalaman orang yang biasa menjelajah berbagai tempat khususnya gurun, hal itu tampak sebuah fatamorgana atau ilusi semata. Namun ternyata bangunan tersebut bukanlah ilusi.

Dari penjelasan si Penjinak, bangunan tersebut bernama 'Menara Fatamorgana'. Digunakan sebagai tempat beristirahat atau pun berlindung bagi orang yang tersesat. Menara putih yang berbentuk seperti tabung panjang. Terdapat tiga pilar besar sebagai menyokong di teras. Di sisi kiri dan kanan juga ada dua patung 'Scorpio Mirage' yang tadi. Ada pun sosok lelaki dan wanita yang berdiri di depan menara sambil memegang tombak.

"Aku tidak menyangka kalau ada tempat seperti ini di sebuah gurun," ucap Fenrir sedikit terpukau memandang menara.

Si Penjinak terkekeh. "Yah, semua orang yang datang ke sini selalu berkata begitu. Itulah mengapa bangunan ini disebut Menara Fatamorgana," jelasnya.

"Jadi apa kau yang membangun menara ini?" Tanya Wash sambil netranya sibuk memperhatikan wanita di depan. Dia berjingkat - jingkat demi menghindari telapak kakinya dari pasir panas.

"Tidak. Aku hanya menemukan saja. Waktu itu ketika diriku tersesat dan berjalan tanpa arah hingga akhirnya aku pun tak sadarkan diri. Setelah sadar, aku terkejut telah tiba di tempat ini."

"Lalu makhluk raksasa tadi?"

"Mereka hanyalah penjaga yang bertugas untuk memantau area sekitar ketika ada seseorang tersesat."

"Lalu kenapa mereka menyerang kami?"

Si Penjinak kembali terkekeh. "Ada kalanya mereka bersikap liar dan menyerang siapa saja. Selain itu, ketika sesama mereka dibunuh itu membuatnya semakin agresif."

"Ohhh ...." Wash melirik Fenrir dengan bibir monyong.

"Satu hal lagi. Jadi siapa namamu?" Tanya Fenrir.

"Bukankah sudah kubilang kalau kau bisa memanggilku, Si Penjinak!"

"Yang kuingin tahu nama aslimu, bukan panggilan."

Perkataan darinya tak lagi digubris. Pria tersebut malah bungkam dan terus berjalan. Sampai tak lama kemudian badai pasir besar pun datang dan menyelimuti sekeliling menara bundar tersebut.

avataravatar
Next chapter