2 The Beginning Of Despair part 2

'ugh... gelap!! semuanya gelap!! kenapa aku ada di tempat seperti ini?!! apa yang terjadi kepada ku? hah?!!'

Nathan tidak tahu berada dimana dan apa yang terjadi pada diri nya sekarang, saat ini dia merasa dirinya tenggelam dalam kegelapan dan melihat bayangan ibu nya yg menjauh dari nya membuat nya semakin sulit untuk bernafas.

"ugh.. ibu!!! aku tidak mau sendirian, kumohon jangan tinggal kan aku disini..!!! jangan pergi..!!!"

Melihat bayangan ibu nya yg semakin manjauh, tubuh Nathan menggigil ketakutan karena di selimuti oleh kegelapan seakan ditelan hidup - hidup di dalamnya.

"KENAPA...!!?? KENAPA..!!?? Kenapa kau juga meninggalkanku ibu..!!? Kau sudah berjanji untuk bersamaku selamanya, tapi kenapa kau tidak menepatinya!!!???

Melihat ibunya yg hanya terdiam tersenyum kepada Nathan dan semakin memudar, pikirannya menjadi kacau. Air mata nya yang mengalir deras langsung berhenti, seketika itu digantikan dengan ekspresi wajah nya frustasi dan menggila.

"aghhhh!!!! bohong!!! semuanya bohong!!! aku tidak terima ini, aku tidak akan pernah menerima kenyataan ini!!"

Nathan sudah tenggelam dan ditelan oleh kegelapan sepenuhnya, diri nya yang sekarang saat ini di selimuti oleh rasa depresi, keputusasaan, dan penyesalan secara bersamaan menjadi satu membuat kondisi tubuh nya seolah tak bernyawa dengan wajah tak menunjukkan ekspresi apapun.

-

-

-

-

Di sebuah rumah villa besar di ujung perkotaan terdapat rumah elite yang memiliki halaman teras dan taman yg luas dengan hamparan rumput yg terlihat seluas lapangan sepak bola, Rumah itu biasanya di miliki oleh keluarga bangsawan atau pengusaha kaya raya. Namun rumah villa yang seharusnya elegan dan megah itu terlihat tidak menampilkan kemegahannya, karena saat itu banyak mobil hitam parkir di depan dan orang berkumpul dengan pakaian serba hitamnya.

"Tuan Alfread, terimakasih telah menyambut kami dengan keadaan mu yang sekarang ini, aku turut menyampaikan bela sungkawa atas apa yg telah menimpa nyonya Hamilton".

"Dengan senang hati Tuan Robert Westker, saya hanya melakukan apa yg seharusnya saya lakukan sebagai kepala Butler di rumah tuan saya ini, saya harap keluarga Westker masih bisa melakukan kerjasama dengan perusahaan Payne Industri tanpa kehadiran tuan muda disini." Sambil tersenyum Alfread berjabat tangan menyambut tamu yg hadir.

"hahahahaha... Kau tidak perlu bersikap formal tuan Alfread, keluarga kita sudah puluhan tahun menjalin hubungan kerja sama ini, tidak mungkin aku memutusnya hanya karena masalah ini."

"Terimakasih atas pengertiannya Tuan Robert"

Alfread membungkukkan badannya dan berterimakasih dengan sepenuh hati.

"Alfread, aku tahu betul dengan kemampuan mu sebagai butler dan sebagai tangan kanan master Payne, dia adalah orang yang paling aku segani dan hormati, tapi bukan berarti aku membiarkan masalah ini terus berlanjut dan menjadi beban mu saja, aku akan membantu semaksimal mungkin untuk membuat tuan muda Nathan menjadi pemegang utama saham Payne Industri." Sambil menepuk pundak Alfread, Robert memastikan untuk memberi dukungan nya.

"Saya tidak bisa meminta lebih dari itu Tuan Robert, tapi pintu rumah ini selalu terbuka lebar untuk menerima orang seperti anda." Alfread memberikan hormatnya sekali lagi, dan memberi tanda bahwa dia dengan senang hati menerima bantuannya.

"Hahahaha... bagus kalau begitu, ahh.. ngomong - ngomong bagaimana dengan kondisi Tuan muda Nathan sekarang ini? , sudah hampir 3 bulan lamanya dia belum sadar dari kondisi komanya."

"Mohon maaf Tuan Robert, saat ini kondisi tuan muda masih belum sadar, walaupun tubuhnya semakin membaik, namun berdasarkan diagnosis dokter kondisi mentalnya masih memburuk akibat peristiwa itu." Alfread tidak bisa menyembunyikan rasa sedihnya dan hanya bisa berharap kondisi tuan muda untuk cepat membaik.

"Aku tidak pernah menyangka bahwa keluarga sahabatku akan menerima musibah seperti ini suatu saat, namun setidaknya dia masih meninggalkan keturunannya disaat terakhir mereka."

Alfread hanya terdiam, dia mencoba tidak memperkeruh suasana dengan meneruskan topik pembicaraan ke yang lain, dan mempersilahkan tamu yang lain untuk duduk, sebelum memulai acara utama nya.

avataravatar
Next chapter