19 Undangan Pesta Ulang Tahun

Bela menarik napas dalam dan membuang perlahan, menghentikan pekerjaannya yang sudah selesai. Sejak tadi dia hanya sibuk dengan pekerjananya, mengabaikan sekitar dan juga jam makan siang. Selain itu, perutnya juga terasa tidak lapar sama sekali. Entah kenapa, hari ini dia ingin terus mengerjakan tugas tanpa berhenti, membuatnya larut dalam tumpukan berkas yang perlahan berkurang.

"Akhirnya laporanku selesai," gumam Bela dengan senyum penuh kelegaan. Manik matanya mengalihkan pandangan, menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul empat sore, menandakan jika jam kerjanya sudah habis.

Bela yang melihat langsung mengemasi barang bawaannya, merapikan meja kerja dan siap pergi. Dia tidak ingin membuat Naga menunggu di bawah terlalu lama. Dia tahu, pria tersebut tidak akan sabari jika menunggu lama dan jika itu sampai terjad, bisa dipastikan Naga akan kembali memarahinya. Bela yang tidak ingin hal tersbeut terjadi memilih mengalah. Setidaknya selama menikah dia akan menjadi istri ynag baik untuk pria tersebut.

Namun, baru saja Bela memasukkan ponsel ke tas, ponselnya berdering, membuat Bela mengambil ponsel dan menatap layar ponsel. Keningnya berkerut dalam ketika melihat nomor yang tidak dia kenal tertera di layar. Dengan ragu, dia mulai mengangkat panggilan dan meletakan ponsel di telinga.

"Halo," sapa Bela dengan lembut.

"Halo, Bela. Ini aku kak Chitra. Kakak Naga," ucap Chitra dari seberang, membuat Bela mengulas senyum lebar.

"Astaga, Kak Chitra. Bela pikir siapa," sahut Bela, merasa lega karena kali ini Chitra yang menghubunginya.

"Maafkan kakak, ya. Kakak pikir kalau pesan kamu bisa saja gak buka. Itu sebabnya kakak langsung saja telfon kamu. Maaf kalau malah membuat kamu terkejut dan maaf karena sudah mengganggu kerjaan kamu," jelas Chitra.

"Iya, Kak. Gak apa. Kakak gak ganggu kok. Kerjaan Bela juga sudah selesai," ujar Bela, menjadi tidak enak hati. "Oh iya, kakak ada apa menghubungi Bela?" tanya Bela.

"Astaga, kakak sampai lupa," kata Chitra. "Kakak mau mengundang kamu dan Naga ke rumah. Papa dan mama hari ini harus terbang ke luar negeri untuk beberapa hari dan hari ini anak kakak ulang tahun. Jadi, kakak berniat mengadakan pesta dengan keluarga saja. Kamu bisa datang, kan?"

Seketika, Bela yang mendengar hanya diam dengan raut wajha berpikir. Jika dia yang ditanya, jelas dia akan menerimanya karena dia juga ingin dekat dengan keluarga Naga. Namun, melihat tingkah Naga yang jelas melarangnya untuk dekat dengan keluarganya, membuat Bela kembali bingung. Dia takut jika menerima dan datang malah akan membuat Naga menjadi kesal, tetapi jika menolak dia juga merasa tidak enak hati.

Astaga, kenapa kak Chitra harus menghubungiku, batin Bela.

"Bela, kenapa diam? Kamu banyak pekerjaan, ya?" tanya Chitra karena Bela yang tidak juga menjawabnya.

"Tidak Kak," sahut Bela cepat. "Kalau mengenai hal itu, aku akan bicarakan dengan Naga dulu, Kak. Aku takutnya Naga yang masih banyak pekerjaan dan tidak bisa datang," tambah Bela secepatnya dan terdengar helaan dari seberang.

"Baiklah kalau begitu. Kamu bisa tanyakan dulu dengan Naga, Bela. Tapi kakak benar-benar berharap kalian bisa datang. Meski kalian masih pengantin baru dan hanya ingin berduaan, tetapi kakak harap kalian tidak melewatkan untuk datang. Kakak juga akan membuat acaranya berjalan dengan cepat supaya kalian bisa kembali berduaan lagi," putus Chitra sembari menggoda adik iparnya.

Bela yang mendengar hanya mengulas senyum tipis dan bergumam pelan. Hingga panggilan berakhir, membuatnya mendesah kasar. "Bukan karena kami yang mau berduaan, kak. Hanya saja adikmu tidak membiarkan aku dekat dengan kalian karena kalau aku terlalu dekat dengan kalian, akan susah untuk kak Jessica masuk menjadi keluarga kalian nantinya," gumam Bela dengan tatapan sendu.

Reno yang tidak sengaja mendengar hal tersebut hanya diam dan mendesah pelan. Ternyata dia hanya akan menjadi istri Naga sampai Jessica kemblai, batin Reno, tanpa sadar mengulas senyum lebar.

***

Hening. Naga hanya diam, duduk di dalam mobil dan sibuk dengan ponsel. Sudah lima menit dia berada di depan gedung perusahaan Bela, menunggu wanita tersebut keluar. Meski sebenarnya dia eggan pulang bersama, tetapi mengingat jika Bela adalah istrinya, Naga memilih mengalah dari pada harus mendapat ceramah dan introgasi dari keluarganya.

Naga menghentikan kegiatannya yang sejak tadi membaca laporan dari anak buahnya mengenai keberadaan Jessica yang belum juga terdeteksi. Dia mulai mengalihkan pandangan, menatap ke arah gedung di sebelahnya. Dari kejuhan, dia melihat Bela yang tengah keluar dengan seorang pria. Melihat senyum merekah yang istrinya tunjukkan, Naga menaikan sbeleha bibir.

"Dasar wanita penggoda. Sudah punya suami tetap saja ganjen dengan pria lain," gumam Naga, benar-benar tidak sadar dengan apa yang sudah dia lakukan.

Bela yang melihat mobil Naga menunggunya di depan gedung langsung menghentikan langkah dan menatap ke arah Reno.

"Aku pulang dulu, Reno. Suamiku sudah datang," ucap Bela, membuat Reno refleks menatap ke arah mobil Naga.

Reno hanya diam, mengabaikan Bela yang sudah berpamitan dengannya. Manik matanya mengamati Naga, pria yang sudah menjadi suami sahabat sekaligus orang yang dia sayang karena memang sebelumnya dia tidak pernah bertemu dengan Naga.

Jadi, itu pria yang sudah menjadi suami sementar Bela. Sepertinya dia tidak menyukai Bela, batin Reno.

Sedangkan Bela yang sudah masu ke mobil langsung mendapat dengusan sinis dari arah Naga, membuatnya langsung mengalihkan pandangan. Rasanya bingung karena dia yang tidak melakukan kesalahan apa pun hari.

"Jadi, ini yang kamu lakukan di belakang suami kamu, Bela? Jalan dengan pria lain dan membuatku menunggu lama?" tanya Naga dengan nada menyindir.

Seketika, Bela yang mendengar langsung mengerutkan kening dalam. Dia yang sempat menatap ke arah jalanan langsung mengalihkan pandangan, menatap ke arah Naga dengan tatapan menyelidik. Ada perasaan kesal dengan tuduhan yang diberikan Naga untuknya.

"Kenapa, gak suka aku bilang begitu?" tanya Naga, menatap ke arah Bela sekilas dan kembali menatap jalanan.

Bela yang enggan untuk berdebat memilih diam, mengalihkan pandangan dan menatap ke arah jalanan. Berbicara dengan Naga memang tidak ada habisnya sama sekali dan berujung dengan dia yang merasa kesal sendiri. Hingga dia teringat sesuatu, membuatnya kembali menatap ke arah Naga yang terlihat tenang.

"Kenapa?" tanya Naga dengan nada sinis.

"Tadi kaka Chitra menelfon. Katanya kita di suruh ke rumahnya karena anaknya berulang tahun," jawab Bela dengan tenang.

Naga yang baru mengingatnya langsung berdecak kecil dan mengumpat. "Kita beli hadiah untuk Alzam," ucap Naga setelahnya.

Seketika, Bela yang mendengar bergumam pelan dan menganggukkan kepala. Dia kembali menatap ke arah jalanan dengan bibir tersenyum lebar, merasa senang karena ternyata Naga yang mau menerima undangan dari sang kakak.

***

avataravatar
Next chapter