21 Mulai Goyah

"Kalian sudah datang?"

Bela yang tengah asyik bermain dengan Alzam langsung menghentikan aktivitasnya, menatap ke arah Chitra yang baru saja datang dari dapur. Wanita dengan wajah ayu tersebut masih mengenakan pakaian rumah dan sepertinya baru saja selesai memasak. Terlihat dari wajah yang penuh dengan keringat dan juga baru bumbu dapur.

"Maaf ya, Bela. Kakak tadi gak tau kalau kalian datang. Kakak malah sibuk sendiri di dapur," ucap Chitra ketika sudah duduk di sebelah Bela.

"Gak masalah, Kak. Aku juga baru sampai. Lagian Kakak juga masih sibuk," sahut Bela. Bibirnya masih dihiasi senyum manis yang langsung menular dengan Chitra.

Naga yang sejak tadi berada di sofa hanya diam, memperhatikan keduanya dengan sebelah bibir terangkat. Melihat Bela yang begitu akur dan baik dengan kakaknya membuat Naga menggelengkan kepala pelan, tidak percaya jika akting Bela benar-benar sempurna. Bahkan tidak terlihat jika saat ini wanita tersebut tengah berpura-pura.

Pantas saja selama ini orang tua Jessica membelanya. Ternyata memang sudah mahir, batin Naga dengan raut wajah sinis.

"Naga, kamu cuma mau diam di situ?" tegur Chitra ketika melihat Naga yang hanya sibuk dengan ponsel.

Namun, Naga mengabaikan panggilan sang kakak. Dia hanya melirik sekilas dan kembali menatap ke arah layar ponsel. Rasanya jauh lebih menyenangkan menatap ponselnya, memperhatikan foto dirinya dengan Jessica. Setidaknya hal itu yang bisa membuatnya menghilangan rindu dengan sang kekasih.

Chitra yang melihat kelakuan Naga berdecak kecil dan menatap ke arah Bela. "Kamu harus terbiasa dengan dia, Bela. Kakak harap kamu sabar menghadapi tingkah dia yang suka kekanak-kanakan," kata Chitra, menatap Bela dengan raut wajah bersalah.

"Kakak tenang saja. Aku gak masalah sama sekali," sahut Bela. Bibirnya masih mengulas senyum manis, berusaha meyakinkan wanita di depannya. Dia tidak mau karena rasa benci dan kesal Naga, Chitra harus ikut menanggung dan merasa bersalah. Masalahnya dan sang suami tidak ada hubungannya dengan Chitra. Jadi, biarkan semua orang tidak ikut masuk ke dalam masalahnya.

"Kakak sudah selesai memasak? Kalau belum, aku bisa membantu." Bela mengalihkan pembicaraan ketika melihat Chitra yang masih terlihat tidak enak hati karena kelakuan Naga.

"Gak perlu, Bela. Ada Bi Sinta yang memasak di dapur. Lagi pula sebentar lagi juga sudah selesai," ucap Chitra dengan tenang.

"Mendingan Aunty Bela ikut Alzam ke kamar. Nyimpan mainan dari Aunty. Sekalian Alzam mau kasih tahu mainan Al yang banyak sama Aunty." Alzam yang sejak tadi diam langsung membuka suara, membuat Chitra dan Naga menatap ke arah bocah kecil tersebut. Pasalnya, Alzam tidak mudah dekat dengan orang yang baru saja dikenal. Bahkan beberapa kali Jessica datang bersama dengan Naga, bocah tersebut tidak mau dekat sama sekali. Jangankan deket, melihat saja Alzam enggan.

Bela yang diajak hanya diam, memperhatikan ke arah Naga dan Chitra secara bergantian. Rasanya bingung harus menjawab apa. Dia takut jika nantinya Naga akan kembali marah karena dia yang menerima ajakan Alzam.

Namun, bukannya menjawab, Naga hanya diam dengan raut wajah bingung. Berulang kali juga Bela memberikan isyarat, meminta pendapat sang suami, tetapi Naga seakan tidak mengerti dengan isyarat yang dia berikan. Terbukti dengan Naga yang hanya diam dan tidak memberikan respon. Hingga Alzam menarik tangannya, membuat Bela mau tidak mau ikut bangkit. Rasanya kasihan jika harus menolak bocah kecil tersebut.

Naga yang melihat hal tersebut masih saja bungkam, mengamati Bela dan Alzam yang mulai melangkah ke arah tangga. Kenapa Alzam bisa sedekat itu dengan Bela? Padahal dia baru saja bertemu, batin Naga dengan raut wajah berpikir.

"Aku rasa Alzam yang masih kecil pun tahu mana orang yang baik dan mana yang tidak, Naga. Jadi, kakak harap kamu tidak kalah dengan anak kecil," celetuk Chitra sembari bangkit dan melangkah ke arah lain.

Sedangkan Naga yang mendengar masih memikirkan ucapan Chitra. Apa benar Bela sebaik itu sampai Alzam sendiri bisa merasakannya, batin Naga dengan raut wajah berpikir.

***

"Aku rasa kalian lebih baik menginap di sini saja," ucap Abrisam—kakak ipar Naga dan sering dipanggil Abri.

Seketika, Naga dan Bela yang tengah asyik menyantap makanan terdiam. Keduanya menatap ke arah Abri yang masih memperhatikan keduanya. Terlihat begitu tenang dan tanpa beban sama sekali.

"Aku rasa benar. Kalian menginap saja di sini. Lagian setelah menikah kalian belum pernah menginap di sini sama sekali, kan?" Chitra mulai membuka suara, mendukung ide sang suami.

"Anggap saja sebagai hadiah ulang tahun Alzam, Naga," sela Abri ketika Naga akan menyahut.

Naga yang mendengar hanya diam. Melihat sang kakak yang sudah menatapnya lekat dan mengulas senyum ke arahnya membuat Naga dilema. Bukannya tidak berani, tetapi pandangan kakaknya saat ini seakan memberikan ancaman untuknya. Naga tidak tahu apa yang akan dilakukan sang kakak, tetapi dia yakin jika kakaknya akan melakukan hal yang pasti merugikannya. Hingga dia mendesah kasar dan menganggukkan kepala.

Dia serius, batin Bela ketika melihat anggukan sang suami. Pasalnya, jika mereka menginap di rumah sang kakak, itu artinya dia akan berada di satu kamar dengan Naga dan hal tersebut benar-benar bukan harapan Bela. Berada satu malam di kamar yang sama dengan Naga sudah membuatnya lelah. Bukan hanya fisik, tetapi juga batin karena Naga yang selalu mengungkit masalah statusnya sebagai istri yang tidak diharapkan.

Dan sekarang aku harus dengannya lagi? Astaga, Tuhan. Padahal dari tadi aku memikirkan akan tidur nyaman malam ini, keluh Bela dalam hati. Selama di kantor dia sudah memikirkan semuanya dan membuat keputusan jika dia akan menjaga jarak dengan Naga. Bukannya tidak ingin dekat, tetapi Bela hanya menjaga hatinya agar tidak terus merasakan luka. Selain itu, pernikahan yang mereka jalani juga bukanlah sebuah pernikahan yang diimpikan. Jadi, Bela memilih memberikan batas agar saat Jessica kembali, hatinya tidak hancur dan dia tetap biasa.

"Bela, kamu ada masalah?" tegur Chitra ketika melihat Bela hanya diam.

Bela yang ditegur langsung tersentak kaget dan menatap ke arah Chitra. Namun, sedetik kemudian dia mengulas senyum manis dan menggelengkan kepala. Naga sudah menentukan. Jadi, dia tidak ada alasan untuk menolak, kan?

"Nah, bagus. Nanti kakak suruh Bi Sinta untuk merapikan kamar tamu," ucap Chitra dengan senyum penuh kebahagiaan.

"Jadi, Aunty Bela tidur di rumah kita, Ma?" tanya Alzam yang sejak tadi memperhatikan dan mendapat anggukan dari arah Chitra.

"Yee. Nanti Alzam mau tidur sama Aunty," celetuk Alzam tiba-tiba.

"Eh gak boleh. Alzam tetap harus tidur sendiri. Nanti kalau Alzam tidur sama Aunty Bela, Alzam lama dapat teman bermainnya," ucap Chitra dengan senyum manis dan menatap ke arah pasangan baru di depannya.

Namun, ucapan Chitra mampu membuat Naga dan Bela terkejut. Naga yang sempat tersedak langsung menatap ke arah sang kakak penuh dendam.

Awas saja kamu, Kak, batin Naga.

***

avataravatar
Next chapter