1 Bayi di depan pintu

Sonya berlari di kegelapan malam, dirinya yang masih berusia 18 tahun, harus menanggung aib dimana dirinya melahirkan seorang putri tanpa ayah, dirinya yang sedari kecil dibesarkan oleh kakek neneknya tidak tahu bahwa hubungan nya dengan pria bermarga Wu akan berakhir seperti ini. Saat ini rumah kakek dan neneknya sedang dilahap si jago merah, dirinya beruntung sempat berlari keluar dengan menggendong putrinya yang belum genap berusia satu bulan.

Sonya tidak tahu bagaimana nasib kakek dan neneknya, air mata mengaburkan padangan nya, saat ini dia harus menyelamatkan putrinya terlebih dahulu dari kejaran sekelompok pria bertopeng, mereka tidak ingin menangkapnya namun ingin membunuhnya. Maka saat ini Sonya hanya biasa berlari sekuat tenaga tanpa melihat kebelakang, dirinya hanya memeluk erat putrinya dan sambil berdoa memohon perlindungan yang di Atas.

Sejak dirinya melahirkan putrinya, berbagai teror telah menghampirinya, namun dirinya tidak menyangka akan seburuk ini.

Sonya berlari tanpa arah, saat ini dirinya sampai di daerah pemukiman, namun karena sudah tengah malam jalanan sepi. Sonya berlari masuk ke perkarangan rumah yang tidak di kunci, melihat sekeliling rumah mencoba mencari petunjuk dan merekam dalam memorinya, jika dia dapat melewati malam ini dan masih bernyawa maka dirinya akan menjemput putri tercintanya.

Air mata masih bercucuran di wajahnya, Sonya meletakkan putrinya yang dibungkus selimut tebal di depan pintu rumah, mata putrinya sangat mirip dengan mata ayahnya, andaikan waktu bisa berputar maka Sonya tidak ingin hal ini terjadi. Mencium putri kecilnya, lalu membuka kalung dari lehernya dan memasukkan ke dalam selimut beserta sepucuk surat yang sudah di persiapkan nya jika hal hal menjadi tidak terkendali.

"mama sangat mencintaimu, jangan ribut sayang, jika mama bisa melewati malam ini, maka mama akan datang menjemputmu" ucap Sonya dengan suara bergetar dan masih bercucuran air mata.

Sonya dapat mendengar suara langkah kaki mendekat, dirinya tahu itu sekelompok orang yang mengejarnya, maka Sonya segera berlari meninggalkan putrinya dan terus berlari tanpa arah tujuan. Sekelompok orang itu melihat Sonya dan terus mengejarnya. Sampai Sonya kelelahan dan terpojok di sisi sungai dengan aliran deras.

Saat ini Sonya berhadap hadapan dengan sekelompok pria bertopeng, salah satu pria berkata "kamu seharusnya tidak melahirkan anak itu, katakan dimana anak itu? dia harus mati bersamamu".

Ini adalah kesalahan yang dibuatnya, bagaimana pun dirinya yang harus bertanggung jawab, dengan suara bergetar Sonya berkata "anakku .. anakku ada di rumah.. kalian bajingan, bagiamana kalian bisa membakar rumah ku".

Salah satu pria mendekatinya hendak menangkapnya, Sonya tahu dirinya harus mati saat ini jika tidak maka putri kecilnya juga tidak dapat hidup di dunia ini. Sebelum pria itu menangkapnya, Sonya berlari kearah sungai dan melompat ke dalam arus yang deras, dirinya tidak bisa berenang, namun saat ini dirinya hanya perlu memastikan dirinya mati untuk melindungi putrinya.

"sialan, ayo.. kalian semua pastikan menemukan mayat wanita itu, jika tidak maka kita semua yang akan menjadi mayat" ucap salah seorang pria bertopeng, dan mereka semua berlari mengikuti arus sungai.

Luna wanita berusia 20 tahun, berjalan sempoyongan menuju rumah kontrakan kecilnya, tubuhnya belum sepenuhnya pulih dari keguguran yang dialaminya. Dirinya sungguh naif, percaya akan janji pria yang ternyata telah beristri. Hidup sebagai wanita penghibur, membuatnya buta akan janji seorang pria yang katanya ingin membebaskannya dari jerat kehidupan keras wanita penghibur, dirinya dijual oleh keluarganya untuk melunasi hutang saat berusia 15 tahun, masa kelam mulai dijalaninya, dirinya mempercayai pria itu dan harapan tumbuh dalam hatinya. Dirinya hamil anak pria tersebut, saat usia kandungan 7 bulan, istri pria itu datang melabraknya, dirinya dipukul hingga babak belur, Luna berhasil melarikan diri ke kota sebelah dan sementara bersembunyi di sana, sialnya dirinya keguguran saat itu. Sudah hampir sebulan dirinya bersembunyi, saat tubuhnya perlahan pulih, dirinya kembali ke kota asalnya dan sudah memastikan bahwa dirinya tidak akan dapat hamil lagi di masa depan. Dirinya sudah menyelesaikan segala urusan dengan pria itu, dan untuk melanjutkan hidup, dirinya harus kembali menjalani profesinya.

Saat berjalan mendekati rumahnya, Luna mendengar suara tangisan bayi, awalnya dia mengira itu adalah halusinasinya karena keguguran yang baru dialaminya, namun semakin dekat suara tangisan bayi semakin jelas.

Luna masuk ke perkarangan rumah kontrakannya dan melihat ada gumpalan benda di depan pintu rumahnya. Jantungnya berdegup kencang, dirinya perlahan berjalan mendekati gumpalan itu dan melihat ada seorang bayi yang menangis sampai wajah memerah. Luna langsung mengangkat bayi itu kedalam pelukannya, dan membawa masuk ke dalam rumahnya.

Bayi masih terus menangis, Luna mencoba mengayun gendongannya, sama masih menangis, apakah bayi ini lapar? pikirnya dalam hati. Ah.. payudaranya membasahi pakaiannya, ya dirinya masih memiliki air susu, maka Luna mencoba menyusui bayi tersebut. Bayi mulai mengisap lahap, setelah beberapa saat bayi pun tertidur. Luna duduk terdiam masih dengan bayi itu dalam gendongannya. Apakah ini takdir? bayinya meninggal dan saat ini Tuhan menitipkan bayi lain untuknya? dirinya tidak tahu apakah ini keberuntungan atau malah sebaliknya, bagaimana dirinya yang berprofesi sebagai wanita penghibur bisa merawat bayi mungil ini?.

Berbagai pertimbangan muncul di kepalanya. sebagian dirinya ingin merawat bayi ini, namun sebagian kewarasannya melarangnya. Jika dirinya tidak merawat bayi ini, siapa yang akan merawatnya?. Setelah merenung sekian lama, akhirnya Luna meneguhkan hatinya akan merawat bayi ini, bagaimanapun perasaan bersalah akan keguguran yang dialaminya sedikit terobati saat dirinya memutuskan merawat bayi ini.

"aku berjanji, akan memberikan masa depan yang berbeda untukmu, dirimu tidak akan berakhir sama dengan saya" ucap Luna perlahan sambil menatap bayi yang sudah terlelap di pelukannya.

Luna meletakkan bayi itu di kasur dan mulai membuka selimut yang membungkusnya. Bayi perempuan, di dalam selimut ada sepucuk surat dengan tulisan "berikan pada Suri saat berusia 21 tahun" dan sebuah leontin batu giok berbentuk bulan sabit.

Luna menatap bayi itu dan tahu nama bayi itu adalah Suri, Luna mengelus kepala Suri dan mengecupnya. "walaupun bukan kehidupan yang baik yang akan kamu lalui, tapi saya berjanji akan menjadi ibu yang baik untukmu" janji Luna kepada Suri dan kepada dirinya sendiri.

Keesokan harinya, kota gempar akan penemuan mayat seorang wanita di sungai, belum selesai kegemparan itu, para penduduk kota juga gempar akan kepulangan Luna dengan seorang bayi, sebagian orang mengutuknya karena keegoisan, bagaimana bisa memiliki bayi dengan profesinya saat ini, bukankah masa depan kelam yang akan dihadapi bayi itu, dan mereka yakin bayi itu juga akan berakhir sebagai wanita penghibur saat dewasa nanti.

Luna sudah harus mulai bekerja, kehidupan yang keras dijalaninya saat dirinya dijual ke salah satu rumah bordil terkenal di kota, dengan kecantikannya Luna sedikit beruntung dibandingkan dengan wanita lain yang berprofesi sama dengan dirinya.

Suri dititipkan ke wanita tua yang tinggal di sebelah rumah kontrakan nya. Wanita tua itu sangat bahagia, bagaimanapun dirinya yang sebatang kara melihat seorang bayi cantik membuat hatinya bahagia dan berjanji pada Luna akan merawat Suri seperti cucunya sendiri. Luna mulai bekerja saat matahari mulai tenggelam, dan pulang saat matahari telah terbit, siang dirinya akan tidur dan malam bangun untuk bekerja, sebagian besar urusan merawat Suri dilimpahkan ke wanita tua itu, beruntung wanita tua itu memiliki sifat penyayang.

avataravatar
Next chapter