webnovel

Bab 00 : Prolog.

Kejayaan seorang Mutan. Meriah gelar tertinggi dan menjadi seseorang yang menapaki puncak dunia. Di elu-elukan sebagai sang penyelamat. Membawa kedamaian bagi kedua belah pihak. Manusia dan juga Mutan. Hidup rukun saling berdampingan layaknya saudara. Butuh waktu bertahun-tahun kerja keras hingga akhirnya harapan itu terwujud. Dia bahkan masih belum percaya dengan keadaan itu. lMengira jika semua yang dia alami sekarang hanyalah mimpi belaka.

"Dunia damai ini. Aku akan terus melindungi harapanku dan juga harapan mereka."

Begitulah tekad kuatnya. Tidak ada yang bisa meruntuhkan tembok kokoh itu. Dan memang tidak ada seorangpun yang cukup kuat untuk melakukannya. Tidak ada, sampai tantangan itu sendiri datang dari luar bumi.

Makhluk ekstraterestrial berkekuatan absolut. Datang dari dimensi abstrak yang tak bisa dijelaskan. Kekuatannya yang besar mengancam keselamatan orang banyak. Dia melahap semua yang ditemui. Tidak ada yang bisa menghentikannya. Kecuali untuk satu orang. Dialah sang mutan terkuat. Dengan berani menantang si penyusup seorang diri.

Dihadapkan dengan kekuatan besar ternyata tak membuatnya gentar. Itu malah semakin membuatnya tambah bersemangat. Sifat yang terpendam dan tertanam di alam bawah sadarnya dengan sangat lama. Keluar bagai hewan buas yang lepas dari kandang. Wajar baginya, karena tidak ada lawan setara yang cukup kuat untuk sekedar membuat dirinya terpojok.

Pertarungan berlangsung alot. Baik dirinya atau si makhluk ekstraterestrial keduanya mengeluarkan segala yang dipunya. Tetapi hasil sudah sangat jelas. Makhluk ekstraterestrial itu lebih unggul dan berpengalaman dari dirinya. Dia telah mengarungi semesta selama triliunan tahun. Bertarung dengan lawan yang lebih kuat dan lebih tangkas. Tidak ada kesempatan bagi si mutan untuk menang.

Sadar akan perbedaan kekuatan yang semakin besar, si mutan mengeluarkan satu lagi senjata. Itu satu-satunya pilihan yang terpaksa harus dia gunakan sekarang juga. Yaitu meledakkan dirinya sendiri. Tidak percaya orang sepertinya, yang kuat dan berada di puncak segala hal, harus mati dengan cara seperti ini. Tapi Fakta telah berbicara. Tidak ada pilihan lain. Resiko besar harus diambil. Meski itu artinya menyelamatkan semua orang.

Dia memancing makhluk itu menjauh dari bumi. Ledakan yang digunakan mempunyai daya ledak yang melebihi supernova. Itu bisa membuat bumi terkena efeknya. Dia harus menjauh sejauh mungkin. Keluar dari tata surya kalau perlu.

Bergerak dengan kecepatan cahaya, makhluk itu mengikutinya dari belakang. Rencananya berhasil. Makhluk itu terpancing olehnya. Mengikutinya bagai seekor ikan yang terkena umpan. Tanpa di sadarinya, mereka telah keluar dari tata surya dan menuju kebagian jauh galaksi.

Sang Mutan berpikir jika dia bisa berjalan lebih jauh lagi. Tetapi tangan dingin si makhluk ekstraterestrial menangkapnya erat. Menggenggam tubuhnya layaknya anak-anak yang memainkan patung aksi. Berbicara pada Sang Mutan terkuat dengan menggunakan bahasa yang tidak di mengerti. Mungkin lebih ke seperti menghina atau semacamnya.

Berharap Sang Mutan takut, namun justru tertawa terbahak-bahak. Tubuh kecil itu perlahan mengeluarkan semburat cahaya terang menyilaukan. Penghitungan mundur dimulai. Makhluk itu menatap bingung lalu tiba-tiba tersadar akan kesalahannya. Dia melepaskan Sang Mutan dari genggaman tangannya. Mencoba berlari sejauh mungkin dari lelaki itu. Tapi tidak bisa dilakukan lantaran semua sudah terlambat. Mau sejauh apapun dia berlari, mau sejauh apapun dia bersembunyi, dia tidak akan bisa lepas dari serangan terakhir si Mutan.

Dalam senyum yang penuh kedamaian, Mutan itu mengingat semua kenangan. Tentang teman, cinta, dan keluarga. Terutama keluarganya. Keluarga kecilnya yang bahagia. Mungkin dia tidak akan bisa bersama mereka lagi. Bercanda dengan mereka, tertawa, berbagi suka dan duka, dan berbagai hal menyenangkan lainnya yang biasa mereka lakukan bersama. Tapi setidaknya semua orang yang dia sayangi bisa terus melanjutkan hidup mereka. Tentunya tanpa dirinya.

Tetesan air mata melayang pelan di ruang kosong tanpa udara. Setitik cahaya kecil terlihat dari langit biru nan cerah. Seorang wanita menunggu dengan cemas di depan sebuah rumah. Bersama dengan dua orang lelaki dan satu perempuan yang lebih muda dibelakangnya. Memegang bahunya dalam ekspresi wajah yang sama. Mata yang telah renta memandang titik kecil itu. Lelehan air mata menyertai. Jatuh dan mengalir pelan melewati pipi. Menetes ke tanah lembab dan hilang terserap ke bawah sana. Bersamaan dengan hilangnya si titik cahaya kecil di angkasa luas.

Next chapter