8 Ch 7. Keserakahan Aurel

Pilihan yang tepat bagi Aurel untuk mencegah Bastian menyusul Nara. Aurel tahu betul bahwa Bastian tidak akan melepaskannya, bagaimana pun juga Nara kalah cantik dengan Aurel.

Saat ini mereka sedang makan di sebuah Restaurant di pusat Kota. Sudah bukan hal aneh lagi bagi mereka jika menjadi pusat perhatian. Aurel menyempatkan diri mengabadikan moment di sosmednya. Baru 1 menit update, sudah banyak komentar yang masuk bahwa mereka terlihat serasi. Aurel mengembangkan senyumnya, menjadi pusat perhatian dan dipuji seperti ini adalah keinginan Aurel.

"Bas, habis ini anterin gue beli sepatu heels ya ... masa kemarin haknya copot, untung pas di depan pager," ucap Aurel tak lupa memperlihatkan senyum menawannya.

"Ayo aja," balas Bastian menyetujuinya, lagipula ia tidak ada acara atau kegiatan yang menanti dirinya.

Setelah itu mereka berbincang satu sama lain sampai minuman mereka habis. Aurel merasa nyambung selama berbincang, ia semakin yakin kalau Bastian hanya cocok dengannya. Ia tidak akan membiarkan Bastian dimiliki oleh orang lain.

Sesuai permintaan Aurel, kini mereka telah sampai di toko sepatu yang terletak di dalam Mall. Bastian membantu memilihkan sepatu mana yang cocok dengannya. Tidak jarang pegawai maupun pengunjung terpesona akan visual keduanya. Tidak sedikit pula yang mengira kalau mereka adalah sepasang kekasih.

"Bas, gimana? Cocok ngga?" tanya Aurel memperlihatkan sepatu heelsnya.

Bastian melihat dengan seksama, lalu menjawab tanpa ada maksud memuji. "Kalau lo yang pake cocok cocok aja sih, lo pake ini aja cocok," Bastian menunjuk asal sepatu heels didekatnya.

Aurel mengambil sepatu heels yang ditunjuk Bastian, tanpa diduga sepatu heels tersebut lebih cocok dibandingkan yang sebelumnya. Heels tidak begitu tinggi, warna cokelat susu yang bisa dipadupadankan dengan banyak warna membuatnya mendapatkan nilai lebih dimata Aurel. Maka dari itu, ia memilih sepatu heels tersebut.

"Gue pilih ini, thanks ya Bas!" ucapnya sebelum meminta memanggil seorang pegawai.

Sesudah membayar sepatunya, Aurel mengajak Bastian untuk membeli minuman. Bastian sama sekali tidak mempersalahkannya. Mereka memilih untuk meminumnya di tempat. Baru saja duduk, Aurel sudah mengeluarkan ponsel untuk mengabadikan momentnya, kali ini ia update di snepgram.

"Bas, lo ngga mau repost apa?" ucap Aurel sembari menyeruput minumannya.

"Hmm? Oh, nanti gue repost," balas Bastian tidak fokus karena Bastian merasa tidak sengaja melihat Nara bersama Nathan.

Aurel hanya mengangguk saja sebagai tanggapan dari ucapan Bastian.

Hanya menghabiskan waktu selama 20 menit untuk menikmati minuman seraya berbincang diselingi candaan.

Saat mereka berdiri, Bastian dan Nara saling bertatapan muka.

"Kebetulan yang menyenangkan," batin Bastian.

"Kenapa gue ketemu dia disini sih?" gerutu Nara dalam hati.

Mereka saling menatap dengan pikiran masing-masing. Hal ini membuat suasana hati Aurel jelek. Dengan cepat Aurel menggenggam tangan Bastian.

"Bas, pulang yuk! Gue agak pusing nih," ajaknya disertai alasan yang dibuat-buat.

Sebenarnya Bastian ingin menyapa Nara, namun ia tidak ingin dipandang lelaki yang tidak bertanggung jawab mengantarkan perempuan pulang ke rumahnya ditambah kepalanya yang pusing.

"Kita jalan pelan-pelan ya," ucap Bastian lembut membiarkan Aurel menggandeng lengannya.

Nara menyaksikan itu semua, harus Nara akui jika mereka cocok bersama.

"Nara!" panggil Nathan baru datang sehabis ke toilet, "sorry ya gue lama," sambungnya.

"Ngga masalah, nih minuman lo," Nara menyodorkan minuman pesanan Nathan.

"Lho kok lo ngga duduk? Itu ada yang kosong," ucap Nathan berjalan ke tempat duduk yang sebelumnya ditempati oleh Aurel dan Bastian.

***

Bastian mengantarkan Aurel sampai rumah dengan selamat. Ia juga menuntun Aurel sampai depan pintu.

"Makasih ya Bas, sorry gue ngerepotin lo," ucap Aurel.

"Ngga masalah. Lo masuk sana, jangan lupa istirahat," balas Bastian lembut.

Aurel mengangguk. "Lo hati-hati ya."

"Iya, gue pergi ya," pamit Bastian.

"Iya," ucap Aurel sebelum masukk rumah.

Bastian menjalankan mobilnya menuju rumah yang enggan ia datangi. Ia tidak ingin melihat wanita simpanan papanya dan keributan yang akan terjadi saat ibunya pulang. Lalu, Bastian menepikan mobilnya ke samping guna menenangkan pikirannya.

Selagi Bastian menenangkan pikirannya ia mengingat snepgram yang masuk dari Aurel, berkat itu pula followersnya bertambah. Bastian pun merepostnya, tidak butuh waktu lama, pesan masuk di igenya sudah ramai dihujani pujian, rasa iri, ejekan dari temannnya.

"Oh lihatlah, memang pada dasarnya visual adalah segalanya," komentar Bastian sembari melihat ponselnya yang ramai dengan notifikasi dari ige.

Disamping itu, Nara tidak sengaja melihat postingan Aurel. Nara begitu takjub dengan jumlah like dan komentar yang sebanding dengan selebgram. Nara juga tidak menyangka Aurel akan mengikutinya. Nara sama sekali tidak terpikirkan untuk mengikutinya kembali.

"Ra, ayo habisin minum lo. Kita pulang, takut hujan gue soalnya tadi udah mendung," ucap Nathan yang segera mendapatkan anggukan dari Nara.

Setelah itu, mereka pergi ke parkiran motor. Seperti yang ditakuti Nathan, hujan pun turun saat mereka sudah berada di jalan. Mereka sempat menepi untuk memakai jas hujan.

"Ra, lo ngga apa-apa?" tanya Nathan khawatir sebelum menaiki motor.

"Udah lo ngga usah khawatir, toh ini bukan pertama kalinya gue menerjang hujan," balas Nara yang sebenarnya teringat kejadian itu, kejadian saat kecelakaan pesawat terjadi.

"Lagi-lagi lo mengeluarkan ekspresi itu lagi," batin Nathan ikut sedih melihat ekspresi sendu Nara.

Saat itu, Nara sedang duduk di bangku kelas 3 SMP. Ia tengah mempersiapkan diri untuk Ujian Nasional. Hari itu Nara sudah pulang les dan hujan turun membasahi bumi.

"Sebel banget payung ketinggalan," gerutunya berdiri di depan tempat les dan ponsel Nara mati sehingga ia tidak dapat memanggil siapapun.

Nara menunggu sekitar 20 menit sampai hujannya reda. Ada perasaan lega pada diri Nara ketika ia dapat pulang. Namun perasaan lega itu sirna saat sang kakak memberitahui jika kedua orang tuanya meninggalkan akibat kecelakaan sejam yang lalu. Nara diam terpaku, ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan ka Adrian.

Dengan keadaan panik, Nara berlari keluar rumah. Hujan kembali turun membasahi bumi. Kali ini Nara membiarkan dirinya basah sampai terjatuh, ia menangis meraung-raung. Ka Adrian langsung memeluk Nara. Membiarkan adiknya menangis dibawah guyuran hujan.

Setelah Nara cukup tenang, ka Adrian menjelaskan semuanya dan mereka harus menunggu sampai jenazah kedua orang tuanya tiba.

Sejak saat itu, ketika hujan turun, Nara merasa kesedihannya datang kembali. Bohong jika kini Nara baik-baik saja.

Nathan mengendarai motor dengan sangat hati-hati, sesekali ia menepuk punggung tangan Nara agar ia tenang. Nathan tahu bagaimana pedihnya kehilangan orang tersayang.

"Gue janji, gue ngga akan pernah membiarkan lo sendiri!" pikir Nathan dalam hati.

"Hah ... rasanya lambat laun gue membenci hujan. Ah bukan, sedari awal gue membenci hujan," batin Nara.

***

avataravatar