4 Ch 3. Nara lelah dengan Bastian

Nara datang ke kampus bersama Nathan. Nathan menjemput Nara yang disambut oleh Adrian. Adrian menitipkan Nara padanya, meminta tolong untuk menjaga adik semata wayangnya itu. Nathan menerima dengan senang hati, mana mungkin Nathan tidak menjaga gadis yang disukainya?

"Hai, pagi Nara," sapa Bastian di tempat parkir. Kebetulan sekali mereka sampai bersamaan.

Nara meliriknya sebentar lalu pergi meninggalkan Bastian. Nathan sempat melihat penampilan Bastian, Nathan mengakui kalau Bastian tampan. Sekarang Nathan mengerti mengapa ia di idolakan oleh perempuan dan membuat laki-laki merasa iri.

Nathan menyusul Nara dan berkata, "Ra, ngga apa-apa tuh ditinggal gitu aja? Kayanya dia pengen ngomong sama lo."

"Biarin ajalah, ganggu," jawab Nara tak peduli. Sedangkan Bastian hanya memandang Nara menjauh.

"Kita liat sampe kapan lo bisa mengabaikan gue," gumam Bastian.

***

Rasanya Nara mau pindah kelas saja, ah tidak pindah kampus agar tidak bertemu dengan Bastian. Nara tidak mengerti mengapa Bastian selalu mendekatinya. Seperti saat ini, dengan dalih tak mengerti materi yang baru saja dijelaskan oleh dosen.

"Sekarang udah ngerti?" tanya Nara jutek.

"Pastinya dong! Lo hebat juga jelasinnya, cocok jadi guru!" jawab Bastian.

"Nah sekarang pergi sana, gue mau makan," usir Nara beranjak dari tempat duduknya.

"Makan bareng gue aja Ra! Gue traktir sebagai balasan lo udah ngajarin gue," ajak Bastian.

"Ngga usah, gue ngga perlu balasan," tolak Nara cepat.

"Ayolah Ra ... gue ngga mau berhutang sama lo, jadi mau ya?" bujuk Bastian.

Nara menghela napas terlebih dahulu sebelum mengiakan, "ok gue mau, tapi ngga lama."

Senyum merekah terpampang di wajah Bastian, "ok, ayo!" Bastian menarik tangan Nara.

Tidak sedikit orang membicarakan Bastian dan Nara. Mereka penasaran siapa cewek yang ditarik Bastian.

"Bas, bisa lepasin dulu ngga?" tanya Nara jutek.

"Ngga, gue ngga mau lo kabur," jawab Bastian cepat.

"Gue janji ngga kabur, jadi lepasin!" ucapan Nara membuat Bastian menghentikan langkahnya. Ia berbalik melihat Nara untuk memastikan ucapannya.

"Kenapa?" tanya Nara lagi.

"Ngga," Bastian melepaskan tangan Nara. Setelahnya Nara berjalan duluan.

Bastian tersenyum miring, sebelum menyusul Nara.

"Ck, Nara sialan!" umpat Aurel.

***

Bastian mengajak Nara untuk makan soto ayam yang terletak tak jauh dari kampus. Mereka memesan seporsi soto ayam dengan nasi ditemani teh hangat.

"Makannya habisin ya Ra ... kalau lo mau nambah bilang aja, ngga usah malu-malu," ucap Bastian seraya memakan sesendok soto ayam.

Nara memandang Bastian jijik, "nih cowok kenapa sih?" gerutu Nara dalam hati.

Bastian terkejut karena Nara telah menghabiskan soto ayam beserta nasi satu porsi kurang dari 15 menit. Selama Bastian makan bersama seorang perempuan pasti butuh waktu lebih lama untuk menghabiskannya.

"Lo makannya cepat juga ya," celetuk Bastian.

"Ngga usah kaget, emang makan gue cepet," balas Nara ketus.

"Gue baru nemu aja cewek yang makannya cepet," ucap Bastian.

"Berarti mainnya kurang jauh," Nara beranjak dari tempatnya.

"Eh udah mau pergi aja nih?" sahut Bastian.

"Iyalah, mau ngapain lagi? Toh tadi juga udah gue bilang kalau ngga lama," Nara berjalan meninggalkan Bastian.

"Ya kalau ngga susah didapetin ngga seru sih," gumam Bastian sembari membayarnya.

Tanpa Bastian duga, Nara sedang menunggu diluar dengan ponsel ditangannya.

"Gue kira lo udah pergi," ujar Bastian.

"Gue masih tahu diri buat ngucapin terima kasih. Makasih udah traktir gue," kata Nara kembali ketus.

"Santai," ujar Bastian memperlihatkan senyumannya.

"Kalau gitu gue pergi," pamit Nara.

Bastian memperhatikan pinggung Nara. Sepertinya Bastian tertarik dengan Nara.

Nara kembali ke kampus untuk menemui sahabatnya.

"Nathan!" panggil Nara.

"Eh Ra, udah makan belum?"

"Udah barusan. Lo mau makan? Ayo gue temenin!" ajak Nara.

Nathan menyetujuinya, lalu mereka berjalan beriringan.

"Tumben banget lo udah makan," ucap Nathan penasaran.

"Diajak makan sama Bastian, dipaksa itu juga karena gue udah bantuin dia ngejelasin materi," jelas Nara sebal.

"Pantesan aja, ya orang kaya Bastian ngga akan menyerah semudah itu sih ...."

"Maksud lo? Emang dia mau gue apa?"

"Entahlah, yang pasti lo udah narik perhatian Bastian karena tidak terpesona sama wajah tampannya," terang Nathan.

"Sotau lo! Akhh udah jangan ngomongin dia lagi, bete gue!"

Tentu saja Nathan tahu karena dulu dia pernah seperti itu.

***

Nara sudah dibatas kesabarannya. Sudah 3 hari ini Bastian terus mendekati Nara. Lama-lama Nara bisa gila.

"Bastian! Bisa ngga sih lo ngga ikutin gue terus!" bentak Nara di depan kelas membuat semua kaget termasuk Bastian.

Bastian hanya diam ketika Nara membentaknya. Tak disangka cewek yang dikenal pendiam ini bisa marah juga. Memang marahnya orang diam menakutkan.

Nara menghela napas panjang, "gue risi diikutin sama lo terus! Bisa lo hentikan itu?" ucap Nara tenang. Ia berhasil meredam amarahnya.

"Sorry kalau gue ganggu lo," ucap Bastian tidak menyesal, itu hanya perkataan untuk menenangkan Nara saja.

"Ah sudahlah, gue harap lo berhenti ngikutin gue!" ujar Nara pergi, tak lama Alya mengejar Nara.

"Ck, berani sekali dia bentak gue! Ngga tahu diri banget sih, harusnya seneng ada cowok ganteng deketin lo!" batin Bastian kesal.

"Bastian ... lo ngga apa-apa?" tanya Aurel.

Bukannya menjawab, Bastian pergi entah kemana menumbuhkan perasaan benci Aurel pada Nara.

Diwaktu yang sama Alya berhasil mengejar Nara.

"Ra tunggu!" teriak Alya.

Nara langsung berbalik menunggu Alya.

"Bentar Ra, gue cape habis lari," ucap Alya mengatur napasnya terengah-engah.

"Lagian ngapain lari sih?" komentar Nara.

"Ngejar lo Nara sayang ... lo jalannya cepet banget, kalau ngga lari ngga kekejar," kesal Alya.

"Hmm ... sorry," cicit Nara.

"Udah ngga usah minta maaf, sekarang lo jelasin dulu ada apa dengan lo dan Bastian?" kata Alya menuntut penjelasan.

"Duduk dulu aja gimana? Masa ditengah jalan gini?" ucap Nara yang langsung disetujui Alya.

Selama 3 hari, Alya tidak masuk sekolah karena sakit demam. Alya sampai kesal sendiri, belum ada sebulan kuliah udah sakit. Maka dari itu, ia tidak tahu apa yang telah terjadi.

"Oohh gitu, gue kira ada masalah serius," ucap Alya manggut-manggut mengerti.

"Ini tuh masalah serius Alya! Gue ngga suka diikuti Bastian. Lo tau? Gue keluar dari toilet cewek ada dia, gue mau beli batagor ada dia, gimana ngga emosi? Udah kaya penguntit tau ngga!" omel Nara.

"Lo ngga salah juga sih. Tapi coba deh lo berpikir positif, kali aja dia suka sama lo. Cuma ya caranya aja salah."

"Dia suka sama gue?" Nara memperlihatkan ekspresi tidak suka.

"Jangan gitu Ra, nanti suka lho. Udah banyak pasangan yang awalnya benci menjadi cinta," ledek Alya.

"Lebih baik gue ngejomblo daripada jadian sama dia," Nara bergidik ngeri.

"Hmm ... masa depan ngga ada yang tau Ra," sahut Alya.

"Udahlah, mending gue belajar aja buat kuis besok," ujar Nara tak tahan.

"Hah? Besok ada kuis? Kok lo ngga kasih tau sih?" protes Alya.

"Ini gue kasih tau, udah ayo belajar bareng!" ajak Nara yang akhirnya menghabiskan waktu diperpustakaan bersama Alya.

***

avataravatar
Next chapter