1 Buah Jatuh Tidak Jauh dari Pohonnya

Glosarium

Ben wang: sebutan yang digunakan wang untuk menyebut diri mereka sendiri saat berbicara dengan orang yang derajatnya sama atau lebih rendah.

Cefei: selir/istri kedua, posisinya satu tingkat di bawah istri sah.

Fuwang: ayah (digunakan oleh anak-anak wang untuk memanggil ayah mereka).

Hou: marquis, gelar bangsawan setelah wang (pangeran) dan gong (duke 'adipati').

Houye: panggilan untuk hou.

Junzhu: putri (gelar bangsawan untuk anak perempuan wang yang lahir dari istri sah).

Mama: pelayan (wanita) senior.

Wang: pangeran (gelar bangsawan untuk anak laki-laki dan saudara laki-laki kaisar atau orang yang berjasa besar untuk negara).

Wangfu: kediaman wang.

Wangye: panggilan untuk wang.

.

Dimanakah angin yang bertiup?

Dimanakah kesejukan yang kurindukan itu?

Di tengah teriknya matahari, rasanya gerah sepanjang hari.

"Xiao San, kenapa kau bernyanyi aneh terus dari tadi?" Seorang gadis kecil berbaju hijau menatap malas gadis kecil berbaju biru muda yang baru saja bernyanyi.

"Aku hanya meluapkan isi hatiku, dan nyanyianku tidak aneh, lho. Kau bisa dengar betapa merdunya suaraku."

"Itu benar. Suara Xiao San memang merdu." Seorang gadis kecil lain ikut menimpali.

Ketiga gadis kecil itu adalah anak perempuan dari keluarga terpandang di Shengcheng, ibu kota Longjiang.

Gadis kecil yang bernyanyi tadi adalah anak perempuan dari istri sah Duan wang, Xiang Xueyue. Dia dipanggil Xiao San karena berada di urutan ketiga dalam keluarganya. Sebagai anak perempuan seorang pangeran, dia dianugerahi gelar Mingxia junzhu oleh kaisar.

Xiang Xueyue memiliki wajah cantik dengan kulit putih mulus yang menawan. Mata beningnya tampak berbinar dengan tatapan polos tanpa dosa. Hidungnya proporsional dan bibirnya semerah ceri. Pipi tembamnya juga tampak menggemaskan. Di antara kedua alisnya terdapat tanda merah kecil yang tampak samar. Tanda itu sama seperti yang dimiliki ayahnya. Sayang, tidak semua orang bisa melihat tanda itu karena tersembunyi di balik poni rambutnya.

Gadis kecil berbaju hijau yang duduk di hadapan Xiang Xueyue adalah anak perempuan Xia hou, Luo Yanli. Meskipun baru berusia tujuh tahun dan berwajah imut, tidak ada yang berani main-main dengannya. Banyak yang bilang karakternya sangat mirip ayahnya, berapi-api, terus terang, berani dan lumayan galak kalau sedang marah.

Gadis kecil ketiga adalah cucu perempuan Perdana Menteri Liu, Liu Lizhi. Dia tampak anggun dan kalem, benar-benar pantas menjadi anak keluarga pelajar. Tempramennya sangat berbeda dengan Luo Yanli, tapi mereka bisa berteman baik.

Ketiga gadis kecil itu sedang mendinginkan badan di paviliun air yang terletak di tengah danau teratai milik keluarga Liu Lizhi. Mereka kerap mendinginkan badan dengan cara seperti itu saat musim panas.

"Xiao San, aku dengar ayahmu baru pulang dari Juncheng. Apa ayahmu memeriksa pasukan di sana? Aku sangat ingin pergi ke sana. Setiap kali ayahku bercerita tentang Juncheng, hal yang terbersit dalam benakku adalah ratusan ribu tentara berkuda yang gagah dan berbagai senjata yang digunakan saat pertempuran. Itu pasti keren sekali."

Sejak kecil Luo Yanli memang sudah akrab dengan militer. Tentu itu tidak lepas dari peran ayahnya yang seorang jenderal. Gadis kecil itu sudah mampu menggunakan berbagai senjata seperti panah dan pedang. Mungkin suatu saat nanti Longjiang akan memiliki seorang jenderal wanita.

Juncheng, tempat yang ingin dikunjungi Luo Yanli adalah kota yang dijadikan markas besar kedua tentara klan Xiang. Lokasinya ada di Provinsi Hongying, tenggara Shengcheng. Jarak Juncheng lebih dekat daripada Zhaicheng yang merupakan markas besar utama tentara klan Xiang bila ditempuh dari Shengcheng.

"Hmm. Fuwang baru saja kembali hari ini, tapi aku belum sempat bertemu dengannya. Sepertinya memang ada beberapa hal yang dia periksa di sana dan mungkin itu hal penting. Dia di sana cukup lama."

"Benarkah? Apa akan terjadi perang?" Luo Yanli tampak terkejut. Matanya membulat dengan mulut menganga.

"Mana aku tahu. Fuwang tidak mengatakan apa pun tentang itu. Dua bulan yang lalu saat berangkat ke Juncheng dia hanya mengatakan akan berada di sana agak lama."

"Kemungkinan tidak akan terjadi perang." Liu Lizhi akhirnya bersuara.

"Bagaimana kau bisa tahu? Informasi dari perbatasan tidak mudah masuk ke dalam ibu kota kecuali untuk orang-orang tertentu. Orang awam tidak akan tahu bagaimana situasi di perbatasan." Luo Yanli tampak berapi-apa saat membahas hal semacam ini. Dia menatap Liu Lizhi seolah-olah minta penjelasan atas ucapannya tadi.

"Meskipun tanpa informasi dari perbatasan, bukankah kau tetap bisa tahu apakah akan terjadi perang atau tidak?"

"Bagaimana bisa?"

"Bukankah sudah jelas."

"Apanya yang jelas?"

"Tentu saja ayah Xiao San."

"Hah? Apa maksudmu? Aku tidak mengerti."

"Kakekku pernah bilang, sekalipun situasi di perbatasan memanas, Duan wang tidak akan membiarkan perang pecah begitu saja. Kau bisa lihat, wangye kembali ke Shengcheng. Kalau memang akan terjadi perang, dia pasti pergi ke Zhaicheng lalu melakukan perjalanan panjang ke perbatasan."

Luo Yanli merenung sejenak sebelum akhirnya dia mengangguk-angguk setuju dengan pendapat Liu Lizhi.

Xiang Xueyue hanya tersenyum saat melihat kedua sahabatnya itu berargumen. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Peribahasa itu memang benar. Luo Yanli mewarisi karakter ayahnya yang berapi-api dan sedikit gegabah, sedangkan Liu Lizhi mewarisi sifat yang dimiliki sebagian besar anggota keluarga Liu, tenang dan cermat.

.

"Ah Yun, apa fuwang masih ada di ruang kerja?" Xiang Xueyue bertanya kepada gadis pelayan yang sedang memijat kakinya.

"Wangye masih ada di ruang kerja, tuan putri. Sejak datang beliau belum keluar dari sana." Ah Yun adalah salah satu gadis pelayan yang melayani Xiang Xueyue.

"Apa dia tahu aku sudah pulang dari rumah Ah Li?"

"Sepertinya sudah, tuan putri."

Xiang Xueyue merasa ayahnya menjadi super sibuk sejak pergi ke Juncheng. Biasanya, Xiang Xiuwei masih sempat mengunjungi Xiang Xueyue tidak peduli sesibuk apa pun dia. Jujur saja Xiang Xueyue merindukan ayahnya. Sebagai "anak papa", dia banyak menghabiskan waktu dan bermanja-manja dengan sang ayah.

Xiang Xueyue tampak merenung sejenak. "Bagaimana dengan makan malam? Apa makan malamnya sudah disiapkan? Untuk menu makan malam hari ini lebih baik menghidangkan makanan kesukaan fuwang."

Nada bicara Xiang Xueyue tampak seperti orang dewasa, tapi mata beningnya membulat imut, begitu polos tanpa dosa sehingga dia tampak menggemaskan layaknya anak kecil yang menirukan orang dewasa.

"Ah, kau ambil ini. Berikan ini kepada juru masak Sun." Xiang Xueyue memberikan selembar kertas kepada Ah Yun.

"Baiklah. Saya nanti akan pergi ke dapur utama dan meminta mereka melakukan seperti yang tuan putri katakan."

Setelah Ah Yun selesai memijat dan pergi ke dapur, Xiang Xueyue minta disiapkan air untuk mandi. Setelah mandi dia berganti pakaian. Pakaian yang dia gunakan bernuansa ungu dan merah muda. Rok setinggi dada berwarna ungu, sedangkan atasannya merah muda.

Xiang Xueyue pun meminta Ah Qing menata rambutnya. Gadis pelayan yang satu ini memang ahli dalam menata rambut. Seperti biasa, Ah Qing mengepang rambut Xiang Xueyue, lalu menggelungnya melingkar di kedua sisi. Dia juga menata poninya agar tetap rapi. Tidak lupa dia menambahkan pita sebagai pemanis. Tatanan rambut seperti itu membuat Xiang tampak lebih imut.

"Apa buah pirnya sudah disiapkan?"

"Sudah, tuan putri." Ah Qing menunjukkan sekeranjang buah pir kepada Xiang Xueyue. Buah itu dia dapatkan dari Luo Yanli saat berkunjung ke rumah Liu Lizhi tadi siang.

"Baiklah kalau begitu, ayo pergi ke ruang kerja ayah."

Xiang Xueyue mengambil alih keranjang pir yang semula dibawa Ah Qing. Meskipun sedikit berat, dia tetap membawanya.

.

"Wangye, tuan putri ingin bertemu dengan Anda."

Pelayan Mo yang bertugas di ruang kerja memberitahukan kehadiran Xiang Xueyue kepada Xiang Xiuwei. Gerakan pena Xiang Xiuwei terhenti. Dia mengalihkan pandangannya dan menatap pelayan Mo, "Biarkan dia masuk." Setelah mendapat jawaban dari tuannya, pelayan Mo bergegas menghampiri Xiang Xueyue yang ada di luar ruang kerja.

"Fuwang~"

Suara merdu Xiang Xueyue sudah terdengar meskipun orangnya belum kelihatan. Xiang Xiuwei berdiri dari tempat duduknya untuk menyambut anak kesayangannya itu.

"Fuwang."

Xiang Xiuwei melihat gadis kecilnya tersenyum ceria ke arahnya. Gadis itu membawa sebuah keranjang. Xiang Xueyue langsung menghampiri ayahnya. Dia meletakkann keranjangnya di lantai lalu minta gendong.

Xiang Xiuwei tentu tidak akan menolak permintaannya. Begitu posisi mereka sejajar, Xiang Xueyue mengalungkan lengan pendeknya pada leher Xiang Xiuwei lalu mengecup kedua pipinya. Itu adalah kebiasaan yang dia lakukan di kehidupan sebelumnya. Meskipun norma yang berlaku di kehidupannya saat ini berbeda, dia tetap melakukan hal itu. Apalagi, ayahnya juga tidak mempermasalahkan hal itu. Terbukti, ayahnya juga balik mengecup kedua pipi tembamnya.

"Xiao San jadi anak baik selama ben wang tidak ada di rumah, kan?" Xiang Xueyue mengangguk-angguk seperti ayam yang mematuk beras.

"Bagus. Itu baru namanya anak ben wang." Xiang Xiuwei mencubit kedua pipi tembam Xiang Xueyue. Xiang Xueyue tersenyum semakin lebar. Matanya berbinar dan tampak semakin menggemaskan.

"Apa fuwang sibuk?"

"Hmm." Xiang Xiuwei mengangguk-angguk.

"Oh, pantas saja fuwang tidak mengunjungi paviliun Xiao San." Xiang Xueyue mengatakan itu dengan sedikit cemberut.

"Hahaha. Apa Xiao San merindukanku?" Xiang Xiuwei kembali mengecup pipi Xiang Xueyue dengan gemas.

"Tentu saja." Xiang Xueyue mengatakan itu dengan mengangguk-angguk. Xiang Xiuwei tertawa lagi saat melihat anaknya mengangguk-angguk seperti ayam yang mematuk beras.

"Aku dengar hari ini kau pergi ke kediaman Perdana Menteri Liu."

"Hmm. Xiao San hari ini bermain dengan Ah Li dan Ah Zhi. Kami memetik lotus lalu mendinginkan badan di paviliun air. Ah Li hari ini membawa banyak buah pir. Dia bilang houye mendapatkan itu dari temannya. Karena terlalu banyak, dia membawakannya untukku dan Ah Zhi." Xiang Xueyue mengatakan itu sambil menunjuk keranjang berisi buah pir yang ada di lantai.

"Oh, begitu. Jadi kau mau memberikan beberapa untukku juga?" Xiang Xiuwei mengambil keranjang itu. Di dalamnya ada beberapa buah pir segar.

"Hmm. Fuwang dan Xiao San sama-sama suka makan buah pir saat musim panas seperti ini, jadi kita bisa makan bersama." Mata Xiang Xueyue berbinar dan itu membuat Xiang Xiuwei tak kuasa menolak permintaannya meskipun dia sedang sibuk.

Xiang Xiuwei membawa tubuh mungil Xiang Xueyue ke pangkuannya saat dia memotong buah pir. Setelah memotongnya menjadi beberapa bagian, mereka makan buah itu bersama-sama. Ayah dan anak itu tampak menikmati kebersamaan mereka sehingga para pelayan yang ada tidak berani menyela sekalipun mereka hanya ingin memotongkan buah pir untuk tuannya. Apa boleh buat, mereka hanya bisa pura-pura tidak melihat sang tuan memotong buah pir untuk anak perempuannya dengan tangannya sendiri.

Xiang Xueyue sangat senang bisa menghabiskan waktu dengan ayahnya. Dia bisa memandang wajah tampan ayahnya itu dari jarak dekat. Inilah salah satu hal yang dia syukuri karena terlahir kembali ke dunia ini, bertemu dengan banyak laki-laki tampan. Salah satunya adalah ayahnya sendiri, Xiang Xiuwei. Memang di kehidupan sebelumnya dia menyukai laki-laki berparas rupawan. Bukan berarti dia melihat buku dari sampulnya saja, tapi dia hanya suka melihat pria tampan untuk cuci mata. Dia tidak pernah memikirkan hal yang macam-macam tentang pria-pria tampan itu, apalagi terhadap Xiang Xiuwei.

"Fuwang, Xiao San sudah menyiapkan makan malam hari ini. Semua hidangan makan malam kita adalah makanan kesukaan fuwang." Xiang Xueyue mengatakan itu dengan ceria.

"Hahaha. Xiao San, kau ini bisa saja. Bukankah makanan kesukaanku juga makanan kesukaanmu? Karena itukah kau senang?"

Pipi Xiang Xueyue tampak memerah. Dia tidak menyangka ayahnya akan terang-terang mengatakan hal itu. Memang benar, selera makanan mereka sama sehingga saat makanan kesukaan ayahnya disajikan, saat itu juga dia bisa menyantap makanan kesukaannya.

"Kalau begitu kita bertemu lagi saat makan malam, ya."

Xiang Xueyue keluar dari ruang kerja ayahnya dan kembali ke paviliunnya.

.

"Saya memberi salam kepada tuan putri."

"Ah Yun, bagaimana persiapan makan malamnya?" Xiang Xueyue yang sedang membaca langsung bertanya begitu melihat Ah Yun.

"Semua sudah siap tuan putri." Ah Yun mengacungkan ibu jarinya sebagai tanda semua sudah beres.

"Baguslah."

Xiang Xueyue kembali membaca buku sambil dikipasi Ah Qing. Ah Yun pun mengambil kipas lalu ikut mengipasinya. Para pelayan sudah tahu kalau Xiang Xueyue tidak tahan panas. Dia akan uring-uringan saat musim panas tiba. Jadi, sudah menjadi tugas bagi para pelayan untuk mengipasinya setiap saat.

"Apa tuan putri membuat menu baru?"

Ah Qing yang sedang mengipasi Xiang Xueyue bertanya karena biasanya Xiang Xueyue membuat beberapa resep masakan yang unik untuk ayahnya. Entah bagaimana tuan putrinya yang belum genap berusia enam tahun bisa membuat berbagai makanan baru yang belum pernah dia temui.

"Hmm." Xiang Xueyue mengangguk-angguk tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

"Apa yang tuan putri buat?" Ah Qing selalu penasaran dengan menu baru yang dibuat Xiang Xueyue.

"Namanya ayam saus jeruk." Tanpa diduga, Ah Yun yang menjawabnya. Dia tadi sepintas membaca kertas yang diberikan Xiang Xueyue.

"Ayam saus jeruk? Makanan apa itu?" Hal yang terpikir dalam benak Ah Qing hanya ayam dan buah jeruk bulat. Dia sama sekali tidak bisa membayangkan perpaduan kedua bahan utama itu.

Xiang Xueyue hanya cekikikan melihat ekspresi bingung Ah Qing. Ayam saus jeruk adalah salah satu makanan favorit Xiang Xueyue di kehidupan sebelumnya. Tentu saja menu itu tidak ada pada masa ini.

"Nanti kau akan tahu kalau sudah melihatnya."

Xiang Xueyue meneruskan membaca sedangkan Ah Qing masih memikirkan ayam saus jeruk tadi. Mungkin dia membayangkan hidangan itu lezat sehingga air liurnya hampir menetes. Ah Yun hanya menghela napas melihat tingkah temannya yang suka makan itu.

"Tuan putri, ini gawat!" Seorang gadis pelayan muncul dengan napas terengah-engah.

"Ah Ming, di mana sopan santunmu? Kau belum memberi salam." Ah Qing mengingatkan Ah Ming.

"Oh, salam kepada tuan putri. Maafkan saya tuan putri. Saya terburu-buru." Ah Ming bersujud di hadapan Xiang Xueyue.

"Berdirilah." Xiang Xueyue sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan sikap Ah Ming.

"Ah Ming, kenapa kau di sini? Bukankah seharusnya kau ada di dapur?" Ah Yun tadi pergi ke dapur dengan mengajak Ah Ming. Setelah semua beres, Ah Yun kembali ke Paviliun Youya, paviliun yang ditempati Xiang Xueyue. Dia meninggalkan Ah Ming di dapur untuk memastikan hidangan yang akan disajikan malam ini sesuai permintaan Xiang Xueyue.

"Kedua cefei bertengkar di dapur, tuan putri." Ah Ming tidak sempat menjawab pertanyaan Ah Yun. Dia langsung menyampaikan hal gawat yang dia katakan sebelumnya.

"Apa?! Wang cefei dan Li cefei bertengkar lagi?" Xiang Xueyue benar-benar tidak habis pikir dengan kedua selir ayahnya itu. Ini bukan pertama kalinya mereka bertengkar, dan tentu juga bukan yang terakhir kalinya.

"Apa lagi masalahnya?"

"Itu... mereka bertengkar karena makanan yang akan disajikan malam ini."

Alis Xiang Xueyue terangkat. Dia tidak habis pikir kenapa makanan untuk makan malam hari ini bisa membuat kedua wanita itu bertengkar lagi.

"Wang cefei dan Li cefei ternyata juga ingin menyiapkan beberapa hidangan untuk wangye, meskipun tuan putri telah menyiapkannya. Keduanya datang ke dapur pada saat bersamaan dan mereka ingin memasak sendiri. Awalnya tidak ada masalah, tapi setelah kedua masakan mereka selesai dibuat, pelayan Wang cefei, Wei mama terjatuh dan menubruk gadis pelayan yang membawa nampan masakan yang dibuat Wang cefei. Piring yang digunakan pecah dan masakannya berserakan di lantai dapur. Wang cefei langsung murka. Wei mama mengatakan dia jatuh karena ujung pakaiannya seperti diinjak saat berjalan. Saat itu, orang yang ada di dekat Wei mama adalah gadis pelayan kedua cefei. Tanpa aba-aba, Wang cefei langsung menampar gadis pelayan Li cefei. Li cefei menghampiri mereka dan menanyakan apa yang terjadi. Wang cefei yang melihat Li cefei semakin murka. Dia memarahi Li cefei karena tidak becus dalam mendisiplinkan pelayannya. Li cefei menampik tuduhan Wang cefei. Dia yakin kalau bukan gadis pelayannya yang menyebabkan Wei mama terjatuh. Wang cefei semakin murka dan membuat Li cefei ketakutan. Tanpa sengaja Li cefei menubruk gadis pelayan yang ada di belakangnya. Gadis pelayan itu membawa sup yang dibuat Li cefei. Sup yang masih panas itu tumpah dan mengenai lengan Li cefei. Dia menjerit kesakitan dan menangis."

Ah Ming menghela napas setelah menjelaskan kronologi insiden yang terjadi di dapur. Dia sendiri juga ketakutan melihat insiden itu. Dia sangat takut saat melihat Wang cefei murka. Bahkan, ekspresi dan ucapan Wang cefei masih terbayang di benaknya.

Xiang Xueyue menghela napas. Bibir mungilnya tampak cemberut. Sedikit banyak dia bisa membayangkan apa yang terjadi di dapur. Kedua selir ayahnya itu memang memiliki tempramen yang berbeda. Wang cefei sebenarnya tidak mudah marah, tapi pada saat-saat tertentu ketika ada hal yang benar-benar kelewat batas, dia bisa sangat murka. Berbeda dengan Li cefei yang lemah lembut, bahkan terpaan angin saja bisa menumbangkannya.

Insiden yang terjadi di dapur tadi pasti menarik perhatian seisi wangfu yang biasanya damai tanpa "hujan badai". Mungkin ayahnya yang sedang sibuk di ruang kerja juga akan keluar.

"Kalau begitu kita pergi ke dapur dan melihat situasinya."

avataravatar
Next chapter