1 SENJA

Di sebuah kursi taman di bawah pohon prem, ada seorang gadis muda yang berusia sekitar 18 tahun menggendong seorang anak bayi yang dibalut dengan sebuah kain bedong dan masih terlihat merah muda dan bersih. Bayi kecil itu mengangkat tangannya, mencoba untuk menyentuh wajah gadis itu.

Gadis muda itu sedang menggoda sang bayi dengan mengusapkan jarinya di sekitar telinga bayi itu dan membuatnya terkekeh dengan gembira saat seorang pria yang berusia sekitar 30 tahun menghampiri mereka.

Rambutnya berterbangan karena tertiup angina, walaupun ia masih terbilang sebagai pria muda, namun rambutnya sudah terlihat berwarna putih. Orang-orang dapat menebaknya dengan mudah dari sosoknya yang kekar dan sebuah pedang yang menggantung di pinggangnya bahwa ia adalah seorang pelatih ilmu bela diri. Dengan langkah yang besar, ia menghampiri gadis dan bayi itu.

"Riana, kau ada disini…" Ye Xiu duduk di kursi itu di sebelahnya.

Riana tersenyum dan melanjutkan untuk menggoda bayi kecil itu.Ye Xiu menatapnya dengan penuh rasa sayang."Sungguh disayangkan, ibunya mati ketika melahirkannya."Ye Xiu berkata dengan lembut.

"Mm."Riana bergumam sambil membelai rambut bayi itu dengan penuh kasih sayang."Jika Tetua Dam tidak keberatan, aku akan dengan senang hati merawatnya.Lagi pula, Nona Rin sudah seperti seorang kakak bagiku."Riana mencubit pipi bayi itu dengan pelan.

"Karena Tetua Dam dan Ketua Wang Yu lebih sering berada jauh di luar rumah, hanya aka nada Nyonya Dam.Kau bisa membantunya merawat bayi ini.Aku akan mengatakan hal ini kepada Tetua Dam."

Riana tersenyum dengan lebar, "Kau akan mendapatkan izin."

"Jangan terlalu bersemangat, Tetua Dam sangat memanjakan cucunya dan merupakan seseorang yang tidak mudah di tebak."

"Tapi kau akan mencobanya.Maka itu aku mencintaimu, Yun."Riana terkekeh dan mengecup bibir Yun dengan singkat. Hanya Riana yang akan menyebutnya dengan 'Yun'.

Ye Xiu dengan tiba-tiba mundur, "Riana." Ia mendengus dengan tegas, namun gadis itu hanya tertawa.

Mereka adalah seorang Guru dan muridnya di Sekte Pedang Gunung Sui ini. Hubungan yang terjalin di antara mereka adalah sebuah tentangan.

"Tidak ada siapapun disini, Guru Ye Xiu."Riana menyebut namanya dengan lengkap sambil meledeknya.

"Aku tidak tahu apa yang aku harus lakukan kepadamu."Yun menjawab dengan ekspresi yang pasrah.

Riana menatap bayi itu lagi dan memanggil namanya dengan lembut. "Senja…"

***8 Tahun kemudian***

Ingatan pertama yang Senja ingat tentang ayahnya adalah ketika ia dibawa ke Gunung Sui, di dekang Kerajaan Xinghe.

Ayahnya sangat jarang berada di rumah karena ia adalah seseorang yang memiliki pangkat tinggi sebagai Perwira Militer, dan Ibu Senja, ia telah meninggal ketika melahirkannya.

Terkadang, Senja merasa ayahnya menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi dengan ibunya, dan tentu saja ayahnya tidak akan mengatakan apapun mengenai hal ini.

Itulah kenapa, perjalanan ke Gunung Sui ketika ia berusia 8 tahun sangat berkesan dan berarti untuknya. Itu adalah perjalanan yang dilakukan hanya oleh mereka berdua.

Senja memandangi punggung kekar ayahnya ketika mereka berjalan di atas jalan setapak di Gunung itu.mereka berjalan dalam keheningan menuju ke sebuah kuil di Gunung.

Senja tahu bahwa ayahnya bukan seseorang yang akan mau membicarakan tentang cuaca, pemandangan di hadapan mata mereka atau berbagai hal sepele lainnya. Senja juga bukanlah seorang anak yang akan menayakan semua yang ia lihat.

Perjalanan itu memakan waktu selama 3 jam. Bagi Senja untuk berjalan dalam waktu sepanjang itu hampir terlihat tidak mungkin, tapi ayahnya bahkan tidak bertanya apakah ia lelah atau ingin beristirahat, ia hanya berjalan terus. Ia tidak menghiraukan putrinya yang tersandung kakinya sendiri berkali-kali dan terengah-engah.

Senja tidak berani untuk mengeluh, ia telah terbiasa dengan perlakuan ini. Senja tetap sangat senang karena ayahnya mengajak dirinya pergi berdua.

Gaun putih Senja terlihat sedikit kotor karena lumpur dan tanah. Senja tahu dengan jelas bahwa ibu tirinya akan menghukumnya ketika ia kembali. Tapi ia tetap saja bahagia karena bisa pergi bersama ayahnya.

Kaki Senja mulai terasa sakit karena perjalanan jauh dan lama.Senja tidak seperti kakak tiri keduanya yang dikaruniakan fisik yang kuat dan bahkan bisa melakukan ilmu bela diri.Dan lagi.Senja tetap bahagia karena bisa pergi bersama ayahnya.

Akhirnya, ketika Senja sangat terengah-engah dan tertinggal jauh di belakang ayahnya, ayah Senja berhenti.Dengan gembira Senja menyeret kakinya yang lelah untuk bergerak lebih cepat.

"Kita sudah sampai."Ayah Senja berkata dengan ekspresi datar tanpa perasaan apapun saat Senja berhasil menyusulnya.

"kita berada di mana, Ayah?" Putri kecilnya bertanya di selah napasnya yang terengah-engah.

"Jangan pernah beritahu Kakek atau siapapun mengenai hal ini.mengerti?"

Senja mengaggukkan kepalanya dengan patuh dan semangat, ia tidak akan pernah mengucapkan sepatah kata pun mengenai hal ini jika itu yang ayahnya inginkan.

Mereka berdua menghampiri kuil itu.Kuil yang mereka hampiri terlihat sangat besar dan kuno dengan hiasan emas yang terlihat sudah rusak di tiap dinding.Keadaan bangunan itu sangat menakutkan di hadapan mata Senja dan membuatnya takut.Tapi Senja tidak mengatakan apapun dan hanya menggigit bibirnya.

Di pintu masuk, ada seorang pria berambut putih sedang menunggu mereka. Sebenarnya ia tidak terlalu tua karena seluruh rambutnya telah memutih. Ia berusia sekitar usia ayahnya.

Senja memperhatikan pria ini dengan rasa tertarik.Seperti ayahnya, pria itu juga merupakan seorang pelatih bela diri.Itu telah terbukti dengan sebuah pedang biru yang menggantung di pinggangnya.

Selain seorang yang memiliki pangkat tinggi sebagai Perwira Militer, ayahnya adalah barisan pertama yang menjadi ketua dari Klan Pedang Hitam setelah Kakeknya Senja. Dan Kakeknya, Tetua Dam, ia selalu sibuk dengan masalah militer atau masalah Klan mereka.Namun Senja selalu terlihat bahagia ketika bersama Kakeknya.Ia sangat menyayangi Kakeknya dengan sepenuh hati. Ia adalah orang yang selalu memberikan Senja pelukan hangat, dan dengan adanya Kakek dirumah, ibu tiri dan saudara-saudara tirinya tidak akan berani mengganggunya.

Ayah Senja membungkukkan sedikit kepalanya ketika ia berada di hadapan pria yang memiliki rambut putih itu, dan pria itu juga melakukan hal yang sama sebagai balasan. Senja telah diajarkan tentang sopan santun oleh Neneknya, jadi ia membungkukkan tubuhnya dengan malu-malu sambil bersembunyi di belakang ayahnya, sayangnya tidak ada yang memperhatikan sikapnya yang sopan.

"Guru Ye Xiu."Ayah Senja menyapanya dengan sopan.

"Ketua Wang Yu." Ye Xiu menjawab, menujukan kepada kedudukan Wang Yu di Klan Pedang Hitam dan bukan di Militer.

"Aku telah membawanya." Wang Yu mendorong bahu Senja jadi ia berdiri di tengah-tengah mereka.

Ye Xiu menatap ke bawah ke arah sosok Senja yang kurus.Ia terlihat sangat kurus untuk ukuran anak seusianya, lebih seperti ia diperlakukan dengan tidak benar oleh ibu barunya. "Selamat untuk pernikahanmu."Ye Xiu mencibir.

8 tahun lalu sebelum skandal bunuh diri Kaisar Zong dan Permaisurinya, mereka berdua adalah Guru di Sekte Pedang Gunung Sui ini.Dan sebagai hasil dari tragedi itu, kedua Negara berada dalam perang dingin beberapa tahun terakhir ini.Bahkan kuil Sekte Pedang tidak dapat terhindar dari kerusakan.

Awalnya, Sekte Pedang Gunung Sui adalah sebuah kerja sama antara dua Kerajaan sejak lama sekali. Ketika mendiang Kaisar Zong dan Permaisurinya terbunuh di wilayah Kerajaan Xinghe, peperangan tidak dapat dihindari.

Sebagian besar pelatih dan guru di Sekte Pedang Gunung Sui berasal dari Kerajaan Xinghe, nemun walaupun Kerajaan Xinghe adalah Negara yang kecil, mereka mampu untuk menjadi bagian depan dengan Kerajaan besar seperti Azura.

Dan sekarang, tidak ada lagi yang berlatih disini, semuanya lenyap.

"Apa yang kau inginkan?"Wang Yu bertanya saat tangannya menggenggam gagang pedang miliknya.

"Aku hanya ingin membawanya." Ye Xiu berkata dengan singkat seperti seakan ia meminta sesuatu yang tidak berharga dibandingkan seorang anak kecil.

Wang Yu tertawa dengan sinis hingga membuat Senja gemetar ketakutan.Senja sangat tidak menyukai suara tawa ayahnya, itu terdengar sangat menakutkan.

"kau meminta anakku?"

"Kau tidak membutuhkan anak itu."Ye Xiu menyatakan sambil menatap tubuh Senja yang menyedihkan."Anak ini hanya merupakan sebuah kesalahan untukmu."Ia melanjutkan.

Ini merupakan sebuah cerita yang tak terungkap. Wang Yu jatuh cinta dengan kakak perempuan Rin, Carye, namun karena ia telah menikah saat itu ketika mereka pertama kali bertemu satu sama lain, tidak mungkin bagi mereka untuk bisa bersama. Tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran Wang Yu hingga ia menikahi Rin.

Mengabaikan status mereka, Wang Yu dan Carye masih saling bertemu secara sembunyi-sembunyi dan ketika Rin telah hamil Senja, secara misterius, suami Carye yang merupakan seorang tentara bayaran diserang ketika berada dalam perjalanan pulang dan menyebabkannya mati.

Beberapa bulan kemudian, Rin mati ketika melahirkan Senja.Hanya orang luar yang tidak tahu tentang cerita rumit yang terjadi di antara mereka yang menimbulkan kecurigaan karena Wang Yu dan Carye menikah.

"Dan kau pikir aku akan memberikannya begitu saja?"

"Ya, Kau akan memberikannya.Jika tidak, kau tidak akan membawanya ke tempat ini."

"Aku tidak menyukai anak ini.Tapi, aku tidak akan memberikannya begitu saja dengan rela tanpa mendapatkan sesuatu yang menguntungkan diriku!"Ia menggeram dan menghunuskan pedangnya, di waktu yang sama ia menarik Senja dan mendorongnya ke samping.

Tubuh kecil Senja terpental beberapa meter hingga tubuhnya membentur sebuah pohon yang berada di dekat mereka. Rasa sakit yang Senja rasakan sangat tak tertahankan hingga membuatnya berteriak kesakitan. Di penglihatan Senja yang buram, ia melihat ayahnya berkelahi dengan pria yang rambutnya berwarna putih itu.

Suara benturan pedang sangat memekakkan telinga. Mereka berdua bergerak dengan cepat, Wang Yu mengangkat pedangnya untuk menangkis serangan Ye Xiu dan menendang tangan kanan Ye Xiu yang memegang pedang sedangkan Ye Xiu menghindar ke arah lain.

Kejadian ini terjadi di depan mata Senja, namun karena rasa sakitnya yang amat tak tertahankan ia tidak memperhatikan mereka dengan serius. Bahkan gerakan kecil dari dadanya saat bernapas pun membuatnya sangat kesakitan.

Wang Yu dan Ye Xiu saling bertengkar sekitar lima menit sebelum mereka berdua sama-sama mundur dan mengatur napas mereka masing-masing.

Wang Yu baik-baik saja, namun sebaliknya, dada Ye Xiu terluka dalam dan berdarah.Warna merah terlihat jelas di jubahnya yang berwarna putih.Ia bahkan batuk mengeluarkan darah saat mencoba untuk menghirup udara lebih.

"Sepertinya kau belum benar-benar pulih dari pertempuran sebelumnya."Wang Yu mencibir.

Ia menujukan ke peperangan sebelumnya yang terjadi di antara Kerajaan Xinghe dan Kerajaan Azura.

"Kau tidak bisa lari dari tepat ini dengan kepalamu yang utuh!"Wang Yu menggertakkan giginya.Ia telah membenci Ye Xiu sejak lama saat mereka pertama kali memiliki masalah di Sekte Pedang Gunung Sui. "Bagaimana Riana? Apakah kau sudah menguburkan tubuhnya yang telah mati?"

Genggaman Ye Xiu di gagang pedangnya semakin erat saat Wang Yu menyebutkan nama Riana. Semua orang berasumsi bahwa Riana telah mati. Hanya ia yang mengetahui kebenarannya.

Melihat ekspresi Ye Xiu yang semakin gelap, Wang Yu tidak berhenti mencibirnya."Tampaknya, bukan hanya aku yang memiliki hubungan terlarang. Seorang Guru yang menggoda muridnya sangatlah menjijikan!"

Wang Yu baru saja menyelesaikan kalimatnya namun Ye Xiu telah berlari menuju Wang Yu dengan tatapan mata yang mengancam."Tapi, ini adalah yang terakhir kalinya."

"Aku tidak membutuhkan itu!"Wang Yu menatapnya dan menendang Ye Xiu dengan keras untuk memaksanya mundur.

Ye Xiu menghindari tendangan itu dan berlari menuju Senja yang masih terbaring di tanah sambil terengah-engah.Ia mengangkat tubuh kecil Senja dengan sangat hati-hati sama seperti apa yang ia lakukan 8 tahun lalu.

Senja tidak bisa melawan pria berambut putih itu karena seluruh tubuhnya sangat terasa sakit.Senja menatap ayahnya dengan rasa takut dan air mata, memohon untuk diselamatkan.Namun, geraman ayahnya terukir sangat dalam di hatinya.

"Aku akan membunuh kalian berdua!!" Wang Yu menggila ketika ia mengarah kepada Ye Xiu yang masih menggendong putrinya. Ia tidak keberatan jika mungkin pedangnya dengan tak sengaja menusuk Senja.

avataravatar
Next chapter