1 0.1

Seorang anak tengah memainkan bonekanya. Gadis itu memberikan sebuah nama pada bonekanya, Cry. Ia sangat menyayangi bonekanya.

Dia gadis yang baik. Dia tumbuh dengan berjiwa tangguh, dan juga mempunyai wajah yang amat cantik. Gadis Itu berasal Dari keluarga yang terbilang berkecukupan.

"Capella Ayo Makan Nak"

Diaa adalah ibu dari Gadis tersebut. Athena adalah ibu yang baik ia sangat menyayangi anaknya dan selalu memanjakannya.

"Baik Bu"

Gadis itu beranjak dari duduknya menaruh bonekanya lalu berlari untuk menghampiri kedua orang tuanya. Namun tepat di ambang pintu entah, kakinya tersandung mengakibatkan ia terjatuh lalu mengenai meja yang tepat di depan pintu kamar Gadis tersebut.

Gadis itu membuka matanya, samar samar ia melihat dinding yang di penuhi dengan pigura foto ia dan kedua orang tuanya.

Namun entah begaimana pas bunga yang berada di atas meja terjatuh dan mengenai kepala gadis tersebut. Gadis itu kini ambruk bersamaan dengan pas bunga yang pecah.

"Bu dimana Capella?"

Itu adalah ayah dari gadis tersebut. Dia adalah seorang buruh, sebagai tulang punggung keluarga ia harus giat dalam bekerja dan menafkahi keluarganya. Williyam sangat baik dan selalu memanjakan anaknya.

"Sebentar ibu akan memanggilnya"

Athena melangkah kan kakinya, tiap tiap tangga yang ada ia lewati. Namun kakinya tiba tiba saja melemas melihat anaknya tengah tak sadarkan diri dengan luka yang ada di kepalanya-Aaaa astaga apa yang terjadi pada anakku? Tidak. harusnya ia tidak berdiri diam seperti ini. Ia harus menghampiri anaknya dan membawanya ke rumah sakit-Benar. Tolong apa yang kau pikirkan, cepat sadar dari lamunanmu jangan biarkan anakmu terus seperti ini.

Athena berlari cepat namun tidak bertenaga

"CAPELLA. ASTAGA APA YANG TERJADI PADAMU"

Di bawah seorang lelaki kini menunggu kedua orang yang ia sayang, namun entah kenapa mereka tak kunjung datang. apa ada yang terjadi? pikirnya

namun ia tepis, berpikir negatif di larang bukan?- Benar. Ia harus berpikir dengan jernih.

"CAPELLA. ASTAGA APA YANG TERJADI PADAMU"

Suara Athena terdengar ke seluruh penjuru.

Williyam berlari menaiki tiap tiap tangga, kini matanya menatap orang yang ia sayangi menangis dan anak yang ia sayangi terbaring tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir dari kepalanya

Williyam berjalan lunglai menghampiri keduanya

terduduk, menatap sang putri yang kini sudah tak berdaya. Apa ia sudah gagal menjaga sang putri?-Tidak tolong jangan berpikir seperti itu, ini hanyalah sebuah kecelakaan.

"Cepat Williyam, panggil ambulanc"

kalimat itu berhasil menyadarkannya dari gelapnya lamunan yang terus saja sedari tadi ia alami.

Williyam Mengambil Handpone lalu menelpon pihak rumah sakit.

Kedua orang yang telah berstatus suami istri kini terduduk menunggu sang anak yang kini tengah terbaring di ruang UGD dengan sang dokter yang tengah memeriksak keadaannya.

Pintu yang tertutup kini telah terbuka menampakkan seorang pemuda dengan gelar sang dokter.

Williyam dan Athena menghampiri orang yang kini telah menutup pintu itu kembali.

"Bagaimana keadaannya dokter?"

"Luka yang ada di kepalanya Capella cukup parah. kita harus melakukan pemeriksaan lanjutan. bagaimana apa kalian setujuh?"

Dokter mengalihkan matanya pada orang yang kini bertanya padanya, melihat sang pemuda dengan raut wajah yang tidak menentu

"Lanjutkan. tolong lakukan yang terbaik untuk putriku."

"Kami seorang dokter, sudah sepatutnya saya melakukan yang terbaik untuk anak anda nona. baik kalau begitu, saya harus menyiapkan pemeriksaan lanjutan."

Sang dokter melangkahkan kaki menjauhi kedua orang tua anak tersebut setelah Athena mengucapkan terimakasih padanya

<○•°•○>

Pemeriksaan kini tengah di lakukan

sang suster menghampiri williyam dan Athena

"Dokter kini sudah berada di ruangannya, ia meminta saya untuk memanggil kalian dan melihat hasil dari pemeriksaannya"

"Sebelah mana ruangannya?"

"Mari saya antar" ajak sang suster

"Sepertinya anak anda mengindap autisme. Sebelah otak kirinya Bergeser, ini akan mengakibatkan anak anda susah menakap penjelasan Dan pastinya mengganggu anak anda untuk sekolah. Muungkin juga sikapnya akan sedikit seperti anak kecil. Otak sebelah kanannya sedikit- mungkin kongslet? mengakibatkannya ia berganti sipat sipat. Tapi untuk penjelaskan yang terakhir hanya baru dugaannya saja"

"Apa ini untuk selamanya?"

Mata Williyam bergulir melihat sang istri yang telah bertanya seperti itu

"Benar nona."

"Apaa benar benar tidak bisa di sembuhkan?"

Kini Williyam yang bertanya

"Tidak bisa. Saya tidak bisa melakukan apa apa untuk ini, dan ya. Nanti jika ada perubahan pada sikapnya tolong periksa kembali."

Pernyataan itu membuat keduanya lemas

"Baik dokter, terimakasih"

avataravatar
Next chapter