webnovel

Gadis penjual bunga

Arga sibuk memperhatikan handphonenya saat dia tidak sengaja menabrak seorang gadis penjual bunga.

"Maaf" katanya sambil membereskan bunga-bunga yang berserakan. Namun gadis itu hanya diam, "Maafkan aku" kata lelaki tampan itu sambil menjulurkan tangannya, namun sekali lagi gadis itu hanya diam, "apa aku tidak termaafkan?"

Entah mengapa gadis itu tetap diam dan meninggalkan Arga sendirian sambil menundukkan pandangannya.

Rasa penasaran Arga terhadap gadis itu tidak terbendung lagi, tatapan matanya yang penuh dengan kesedihan dan mulutnya yang bungkam tanpa kata membuat Arga ingin sekali mengetahui apa yang terjadi padanya, "apakah dia bisu?" pikirnya dalam hati sambil terus memperhatikan gadis itu berjalan meninggalkannya.

Disisi lain gadis itu terisak, dia melihat gedung tua yang megah dipinggir jalan kota Jakarta yang penuh dengan hingar bingar. Gedung itu tampak kumuh, seram, cat didindingnya mulai memudar, dan dihalamannya ditumbuhi dengan ilalang yang panjang. Matanya tertuju pada sebuah air mancur yang mengering dihalaman gedung tersebut. Air matanya menetes, lama kelamaan mengucur deras hingga membuatnya sesenggukan.

"Almira, mari kita pulang" seorang wanita tua menghampiri dan memegang pergelangan tangan gadis itu. Gadis itu hanya diam dan menuruti wanita tua itu berjalan.

"Apa kau baik-baik saja? Kalau disini hanya mengingatkanmu tentang kejadian 20 tahun yang lalu, lebih baik kita kembali ke desa. Kita lanjutkan hidup kita dengan damai dan bahagia" kata wanita tua itu, namun gadis itu hanya diam dan menggelengkan kepalanya dengan lemah.

"Aku tau perasaanmu, Nak... Aku tau kau merindukan mereka." kata wanita tua itu sambil sesekali mengusap rambut sang gadis dan turut meneteskan air mata.

Almira menatap keluar jendela, menyenderkan kepalanya pada bahu wanita tua yang sangat disayanginya itu. Pandangannya kosong, air matanya menetes tak mau berhenti. Hanya wanita tua itu yang tahu bahwa hati gadis itu hancur berkeping-keping.

Next chapter