8 Hutan Sesat

Wilayah timur benua Eaiis banyak ditutupi oleh kabut. Hutan didaerah sana ditumbuhi oleh tanaman yang mampu menahan uap air diudara lebih lama. Wilayah timur memiliki kondisi geografis berbahaya. Selain karena kontur yang terjal bergelombang, banyak lembah curam, krater gas beracun, hingga aktifnya pergerakan binatang buas. Meski demikian, tanahnya banyak mengandung mineral dan bahan tambang. Pihak kerajaan menjadikan banyak titik lokasi penggalian tambang.

Hutan sesat adalah bagian dari lokasi dengan sumber daya yang unik. Hanya ditempat ini lah jamur konsumsi langka dapat tumbuh berkembang. Jamur tersebut dihargai mahal sebab rasa dan khasiat yang mampu memperkuat sistem imunitas tubuh, menambah nafsu makan, dan mempercepat regenerasi sel. Bahan penting dalam pembuatan Potion. Jamur Mira namanya, disamakan dengan nama desa didekatnya. Jamur mira hanya mau tumbuh dilokasi tertutup kabut dalam jangka waktu yang lama, tersembunyi didalam batang pohon beringin tua yang melapuk oleh bakteri khusus secara alami.

Para penduduk Desa Mira tidak mengenal rasa takut karena kabut atau binatang buas. Lebih tepatnya karena mereka telah lama beradaptasi dengan lingkungan itu, semua keadaan bahaya sudah menjadi bagian dari hidup mereka, Tetapi baru-baru ini terdapat bahaya yang dibawa oleh makhluk dari luar membawa musibah. Penduduk mira berkata makhluk tersebut berbadan besar, berwajah sangar, bersayap lebar, tubuhnya adalah campuran hewan yang menyatu dengan menjijikan. Masyarakat meyakini penampakan sosok makhluk ini merupakan siluman mitos yang dinamakan Ahol.

Ahol dalam cerita rakyat mira digambarkan sebagai makhluk jadi-jadian bersayap kelelawar, berwajah kera raksasa, tubuh monster ini adalah gabungan dari hewan-hewan lain. Ahol adalah monster rakus pemakan manusia, rasa laparnya konon tidak akan pernah terpuaskan.

Kepala Desa Mira menulis surat meminta bantuan yang ditujukan untuk pihak kerajaan. Selain itu dengan bantuan penduduknya, ia menyebarkan poster buruan berhadiah bagi yang mampu menumpas monster sumber masalah ini. dan karena informasi itulah, aku tidak butuh lama untuk sampai di lokasi.

"Dimana pintu masuk menuju hutan sesat?" tanya ku kepada salah-satu warga desa

"Saat ini hutan sesat jadi area berbahaya, anda perlu izin dari tetua desa untuk memasukinya" jawab warga tersebut

"Kalau begitu dimana saya bisa menemui tetua desa?"

"Disana, lihatlah bangunan yang paling besar dengan kerangka kepala kerbau dipintu masuk. Bangunan itu adalah bangunan tetua sekaligus kepala desa berada"

"Terimakasih banyak" aku menghampiri bangunan besar tua yang berada diujung jalan utama desa. Kerangka kepala kerbau menjadi penanda khas tampak dengan jelas.

"Permisi, maaf. Apakah ada orang didalam?" kata ku memanggil dari halaman luar.

"Ya tunggu sebentar. Ada urusan apa?" ucap seorang pria paruh baya yang baru saja keluar rumah

"Menurut warga desa jika ingin memasuki Hutan Sesat saya perlu izin tetua desa. Saya kemari karena poster yang tersebar"

"Hmmm… pemburu hadiah rupanya. Sudah banyak yang kemari namun tak ada satu pun yang kembali pulang membawa kabar gembira. Kami sudah hampir menyerah, setiap harinya terdapat korban. Pemuda tanpa pengalaman seperti dirimu bisa apa?"

"Terimakasih banyak atas perhatiannya. Namun alangkah baiknya jika kakek tidak memandang kemampuan dari sampulnya saja" sanggah ku dengan lirikan mata tajam.

Kepala desa juga membalas tajam, untuk beberapa saat suasana menjadi sunyi. "Ho..ho.. betapa percaya dirinya. Aku yang telah renta begini tak bisa dibohongi. Aku paham aura dari tatapan kepercayaan diri itu. Baiklah. Aku izinkan kau memasukinya. Mari aku antarkan hingga pintu masuk hutan"

Kabut tak pernah menunjukan tanda-tanda memudar. Dingin, lembab, pandangan terbatas, bunyi hutan yang aneh mewarnai setiap langkah kaki memasuki lebih dalam. Tak sedikit pula aku hampir tergelincir kedalam jurang dalam. Saat ini aku mengikuti naluri menjelajahi hutan kabut tak bertepi. Suara tangisan, tertawa, jeritan minta tolong manusia kerap terdengar. Suara-suara itu kadang terdengar jauh, kadang terdengar dekat. Pada beberapa waktu kau juga akan rasakan suara itu percis berbisik ke daun telinga kita.

Didalam hutan kau akan dapati penampakan arwah berupa sosok bayangan berlari, pawai kereta kuda, terbang, atau sekedar berdiri kaku melihat mu. Mereka adalah arwah-arwah gentangan yang mati secara tidak wajar, mati dengan rasa dendam, sesal dan amarah. Manusia normal akan kehilangan akal sehatnya dalam sekejap saja lalu mati membusuk diserap kabut dan hutan.

Setelah penjelajahan yang cukup lama, bau busuk mulai sayup-sayup tercium. Mata memandangi tulang-tulang berserakan di atas tanah. Tulang belulang manusia. Angin berhembus lebih kencang dari pada biasanya, bayangan besar muncul terbang rendah tepat diatas kepala.

"Akhirnya aku menemukanmu!". Aku berlari menyusul penampakan bayangan tersebut hingga ia turun kepermukaan. Kupandangi ia bertengger pada dahan pohon besar. Semua ciri-cirinya sesuai dengan apa yang dikatakan didalam cerita rakyat. Siluman buas Ahol melipat sayapnya, memandang rendah diri ini yang berdiri dihadapannya sekarang.

"Jadi engkaulah manusia yang telah membunuh ketiga siluman buas lainnya." Ahol memulai percakapan.

"Aku jadi tidak perlu repot-repot memperkenalkan diri" ucap ku sembari mengacungkan armblade. "tapi sayang sekali, satu hal yang kau lewatkan bahwa kuyang bukan aku yang membunuhnya. Rencana kalian gagal!. Kau akan mati sekarang juga!"

"Sungguh naif!. Rencana kami tetap berjalan. Kami hanya berperan sebagai pelengkap saja. Tidak akan berakhir mudah seperti yang kau pikirkan sekarang" ahol menjawab tenang.

"Apa sebenarnya yang ingin kau katakan?"

"Jika waktunya telah tiba kau akan mengetahuinya!. Hahaha, Itu pun kalau bisa keluar dari sini hidup-hidup!. Tugas ku disini telah usai, akan ku persembahkan diri ini kejayaan Setan" Ahol mengaum keras menandakan awal dari pertempuran.

"Saatnya berburu!. Bangkitlah… Soul Control!!" ucap ku diiringi pembacaan mantera pemanggilan.

Soul control adalah kemampuan terbaru yang aku dapatkan setelah armblade sedikit terbangun dari tidur nya. Arwah gentangan disekitar lokasi pembacaan mantra akan terpanggil membentuk tubuh tiruan dari aslinya. Semua arwah dalam hutan sesat berada dalam kendali armblade, berjejer membentuk semacam pasukan serbu.

Ahol mengepakan kedua sayap kelelawarnya menimbulkan hembusan angin kuat membuka area hutan, menghilangkan kabut tebal yang menutupi. Wajah keranya yang mengerikan pun tersingkap. Ahol melesat terbang turun mengarahkan badannya, pukulan kuat ia hantamkan. Kedua tangan ku menyilang menahan serangan. Tanah yang kupijak sampai dibuatnya hancur sangking kuatnya. Ahol menendang keras, aku terpental cukup jauh ke belakang.

Setelah melewati masa-masa sulit sebelumnya, tubuh ini akhirnya mampu menyesuaikan dengan kekuatan armblade. Kekuatan, ketangkasan, kecepatan, hingga fleksibilitas telah aku kuasai.

Aku dan ahol saling berbalas serangan. Ayunan tinju ahol terasa berat namun berhasil aku kurangi dampaknya, disisi lain setiap serangan tebasan udara yang aku lancarkan dengan mudahnya ia tangkis. Badan siluman buas ini benar-benar sangat padat. Instingnya yang tajam membantu ia menghindar secara spontan pada serangan kejutan.

"Soul Barrier!" aku mengucap mantera perintah pelindung. Arwah-arwah kini akan otomatis menahan setiap serangan yang datang dari lawan. Meski mendapatkan serangan telak, arwah tidak akan mati, mereka abadi. Hanya perintah tuannya yang membuat mereka menghilang.

"Sihir yang menarik, tetapi badan ku ini lebih keras dari pelindung yang kau buat!. Tidak ada senjata yang mampu melukai ku" kata ahol sedikit memuji karena mampu menahan laju pukulannya.

"Terlalu percaya diri mendatangkan karma. Senjata ku ini mampu menembus apa yang kau banggakan itu! Soul Enchant!". Mantera ketiga mulai aku dengungkan. Soul enchant adalah kemampuan penggabungan arwah, saat ini arwah gentayangan menyatu dengan armblade. Armblade terselimuti oleh aura berwarna biru sarat akan kebencian yang timbul dari emosi para arwah. Bilah tajam armblade memanjang. Jarak dan kekuatan serangan kini meningkat seiring jumlah arwah yang diserap.

Aku berlari mendekat memulai serangan balasan. Ahol tidak berdiam diri, ia melesatkan tinjunya kembali secara beruntun namun terhalang oleh pelindung yang aku buat. Dengan sigap aku berada dihadapannya kemudian mengayunkan kuat armblade mencoba mengarahkan langsung ke arah dadanya. Insting ahol bereaksi, ia spontan mundur menghindar, alhasil serangan tadi hanya membuat luka goresan.

"Serangan apa itu tadi?" ucap ahol sembaru mundur beberapa langkah menjauh.

"Sekarang barulah terbukti bahwa armblade mampu menembus tubuh keras mu siluman. Sayang sekali tapi ajal mu telah tiba!" aku menyeringai merasakan kepuasan mengintimidasi lawan, merasakan rasa ketakutan dari kebanggaan yang terpatahkan begitu saja.

Serangan tertubi-tubi melukai tubuh ahol, sayatan disekeliling tubuhnya membuat ia terpaksa terus terpukul mundur. Melalui kedua sayapnya ia mencoba terbang rendah, asap hitam muncul dari mulut ahol membuat medan pertempuran tertutup. Pandangan kini benar-benar sangat terbatas, lebih terbatas dari pada kabut sebelumnya. Rupanya asap hitam ini juga mengandung racun pelumpuh.

Ahol melalui kekuatan khusus kelelawar mampu melihat mangsa nya melalui frekuensi gelombang yang ia keluarkan. Didalam kepungan asap hitam tebal ahol menyerang titik buta kemudian bersembunyi kembali, begitu seterusnya. Aku dibuat kerepotan karena serangan yang muncul dari arah yang sulit diprediksi. Soul barrier nampaknya tidak lagi efektif. Racun pelumpuh memasuki badan hingga dibuat kaku.

"Sekarang aku ingat, senjata terkutuk yang kau pegang manusia. Senjata laknat yang telah membunuh bangsa kami. Aku sempat terkecoh karena berbeda. Pantas saja, seharusnya tidak begini…" ucap ahol dibalik bayang-bayang.

"Berbeda katamu? Apa yang berbeda?" balas ku dengan nada tinggi

"Senjata suci, pusaka, mustika, senjata biologi, senjata kuno, senjata legenda, lalu senjata terkutuk. Diantara semua senjata mematikan, senjata terkutuk adalah senjata yang dianugerahi kegelapan. Engkau yang sekarang tidak berbeda dengan kami para siluman"

"Bicaralah sesuka mu! Entah itu kegelapan, kematian, kehancuran. Aku tidak peduli" jawab ku sembari memalingkan ke segala arah berusaha menemukan sumber suara.

Aku menutup kedua mata, meningkatkan semua panca indera. Arwah aku sebar disetiap arah, melalui mereka aku akan mampu merasakan arah serangan. Dalam keheningan, aku fokus membacakan mantera enchant dan barrier. Melakukan serangan efektif secepat kilat penghabisan.

"Sslasshh…." suara tebasan membelah asap dari jarak jauh. Asap pekat lambat laun memudar. Ahol meraung kesakitan karena salah-satu kaki nya telah terpotong. Ia mencoba terbang kembali. Aku melemparkan kedua armblade secara bergantian, memotong kedua sayap ahol. Ia jatuh kepermukaan.

"Ada kalimat terakhir yang ingin kau ucapkan siluman?" kata ku yang sekarang memandang rendah ahol.

"Hahaha... bangsa ku tidak akan tinggal diam. Tunggu pembalasan dari kami!" jawab ahol dengan sisa-sisa kekuatannya

"Panggil saja mereka, aku akan tumpas semuanya" Pertempuran berakhir cepat dengan kepala ahol yang terpenggal. Jantung siluman buas terakhir aku persembahkan kepada armblade. Aura hitam pekat muncul menyelubungi tubuh. Rasa sakitnya selalu saja sulit aku tahan setiap kali membangkitkan kekuatan armblade.

Keesokan harinya aku meninggalkan potongan kepala Ahol didepan rumah tetua desa. Para arwah gentangan telah menuntun ke arah jalan keluar lebih cepat dari pada yang aku duga. Aku meninggalkan Desa Mira, berpulang menuju Desa Itam. Banyak hal yang perlu aku tanyakan dan pastikan kepada sang pustakawan. Kemana perjalanan ku ini akan berujung?.

avataravatar
Next chapter