44 I Dive For You

Delilah tertegun menatap mata James yang berdiri tak jauh darinya. Mulutnya tak tau harus berkata apa. Sementara James sudah menyeringai nakal dan berjalan makin ke depan. Delilah yang merasa James makin dekat, ia makin mundur.

Grey dan Lordes yang berdiri di depan pintu kamar sama-sama menaikkan alis lalu berpandangan satu sama lain dan memandang punggung James lagi. Mereka seperti mengantisipasi pergerakan James pada Delilah. Kira-kira apa yang akan dilakukan si gunung es itu kali ini?

Delilah akhirnya harus berhenti karena punggungnya merapat ke dinding salah satu lemari kaca di kamar itu. Sambil menelan ludah, ia semakin menunduk takut.

"Apa yang akan kudapatkan darimu jika aku berhasil menemukan benda itu?" tanya James sekali lagi. Ia sedikit membungkukkan tubuhnya agar Delilah semakin terintimidasi. James sudah membayangkan jika gadis itu akan menyerah dalam pelukannya malam ini. Ia pasti tak punya pilihan dan memilih untuk menyerahkan tubuhnya. Sesungguhnya James memang sangat penasaran, apa benar jika Delilah masih perawan?

"Kenapa tidak menjawab!" tegur James lagi membuyarkan lamunan Delilah yang tampak berpikir keras.

'Apa yang harus aku tukarkan sebagai hadiah?' pikir Delilah sambil sesekali mengigit bibirnya. James sudah merapatkan bibirnya berkali-kali. Gadis itu benar-benar membangkitkan sisi gemasnya. Rasanya ia ingin mencubit, mencium dan menggendongnya ke ranjang.

'Oh Tuhan, Candy... kamu menyiksaku! Cepatlah bicara!' teriak James dalam hatinya. Tapi kepala batunya membuatnya masih mendelik bossy pada Delilah.

"Ahhh... itu..."

"Ayo... katakan saja, aku tidak keberatan sama sekali!" potong James dengan percaya dirinya.

'Yak... sebentar lagi ia pasti menyerah. Tidak ada yang lebih berharga dari kalung itu, bukan? Jadi dia pasti menukar dengan tubuhnya!' James menyengir dengan pikiran kotor di kepalanya.

"Ingat Candy... aku hanya ingin sesuatu yang sama berharganya dengan kalung itu. Atau aku akan menyetop semua pengawal untuk mencari benda itu sekarang!" sambung James mengancam membuat Delilah jadi makin membuka mulutnya terkejut.

Grey membuang muka dan menghela napas kesal. Kali ini ia semakin yakin jika James memang tengah jatuh cinta. Dan James kini tengah mengerjai gadis yang ia sukai.

Delilah menunduk dan berpikir lagi. Sejenak pikirannya sempat buntu tentang apa yang harus ia berikan, sementara James terus menunggu dengan cengiran jahat yang beberapa kali tersungging di bibirnya.

"Karena kamu terlalu lama, bagaimana aku saja yang memberi ide..."

"Tidak. Aku punya sesuatu yang akan kuberikan padamu, Tuan J," potong Delilah pada James yang sebenarnya sangat antusias dalam hatinya. Ia menaikkan alis lalu melipat kedua lengan bersiap mendengar kalimat Delilah untuk hadiah spesial sayembara malam itu.

"Pancake... ya aku akan membuatkanmu pancake buatanku," ujar Delilah menjawab dengan cengiran tanpa rasa bersalah. Seketika kening James mengernyit heran, wajahnya langsung berubah masam. Sementara Grey hampir meledak tertawa melihat Tuannya dikerjai gadis si penjual bunga, Delilah Starley.

"Apa!" sahut James dengan ekspresi super kaget plus kernyitan tanpa ujung. What the hell! Apa-apaan gadis ini!

"Iya, aku bisa membuatkanmu pancake paling enak. Percayalah, semua tetanggaku dulu mengatakan hal yang sama. Malah mereka bilang seharusnya aku membuka kedai pancake saja daripada berjualan bunga," sahut Delilah polos dengan percaya diri. Grey tak bisa menahan diri. Tawanya langsung pecah sampai ia harus membungkuk dan memegangi pinggir pintu. Sedangkan Lordes lebih tenang, ia hanya terkekeh menutup mulutnya.

Begitu mendengar semburan tawa Grey, James spontan berbalik dan mendelik padanya. Wajah Grey benar-benar memerah menahan tawa yang sebenarnya lebih besar dari itu. Delilah ikut menoleh ke arah Grey dan Lordes dan ia memandang mereka heran. Apanya yang lucu?

"Grey!" hardik James setengah membentak. Grey langsung berdiri tegak mendehem dan minta maaf.

"Maaf, Tuan. A-aku tidak b-bermaksud tertawa. Maaf," ujar Grey sambil terus menahan tawa. Ia tau persis apa yang dipikirkan oleh James. James pasti mengira kalau Delilah akan menawarkan tubuhnya untuk kalung itu tapi gadis itu terlalu polos untuk menyadarinya.

James yang kesal karena ternyata Delilah tak sesuai ekspektasinya, lantas kembali berbalik dan bicara sambil menunjuk gadis itu.

"Aku akan kembali dengan kalung itu. Bersiaplah memberiku lebih dari sekedar makanan pembuat gemuk! Mengerti!" Delilah tidak menjawab dan kedua matanya hanya memandang jari telunjuk James yang berada tepat di depan hidungnya.

James lalu berbalik keluar dari kamar itu dengan perasaan kesal sekaligus malu karena ditertawakan oleh Grey. Delilah masih terpaku tak mengerti apa yang dimaksudkan oleh James sama sekali. Tak mau terlalu memikirkan, ia mencoba mengingat lagi kemana ia pergi terakhir kali sambil terus meraba semua sudut untuk menemukan kalung itu.

Sedangkan James terus berjalan turun dan sempat mondar mandir di ruang tengah dengan Grey terus mengikuti. James sebenarnya sedikit kesal tapi tak bisa menyalahkan Grey karena Delilah memang ternyata bukan gadis pintar. Matanya melirik pengawal-pengawalnya yang masih sibuk mencari kalung tersebut ke seluruh sudut mansion.

James mencoba mengingat dimana terakhir kali ia melihat kalung itu. Dengan kening mengernyit, kakinya berjalan sendiri ke ke arah samping mansion. Tangannya lalu membuka pintu teras dan berjalan ke arah kolam renang tempat Delilah jatuh dari lantai dua kemarin.

Grey masih mengikuti James meski kali ini ia tak mengerti mengapa Tuannya itu berjalan ke arah kolam renang. Kening James mengernyit saat mendekat ke bibir kolam. Ia lalu menoleh ke belakang dan menengadah ke arah balkon kamarnya. Ia lalu memandang kolam renang yang tenang itu lagi. James lalu menghela napas dan memanggil Grey.

"Apa kolam renangnya sudah dibersihkan hari ini?" tanya James pada Grey.

"Sepertinya belum, Tuan. Jadwal perawatannya satu minggu sekali. Dan seharusnya jadwal perawatan adalah tiga hari lagi," jawab Grey dan James pun mengangguk. Grey kemudian mengernyitkan kening saat James lalu berbalik ke sebuah kursi kolam dan mulai membuka jas.

"Tuan mau apa?" tanya Grey menghampiri dengan wajah keheranan. James belum menjawab. Ia ikut membuka sepatu, jam tangan, kancing lengan dan kemeja satu-persatu.

"Apa yang Tuan lakukan!" Grey masih ngotot bertanya.

"Aku mau berenang!" jawab James dengan santai dan melepaskan celananya. Sekarang ia hanya memakai boxer dan berjalan ke arah kolam renang.

"Malam-malam begini? Tuan, suhu di dalam air sangat dingin sekarang!" ujar Grey setengah berteriak tapi James seolah biasa saja.

"Suruh orangmu menyalakan lampu sorot di ujung sana, arahkan ke kolam renang!" ujar James memerintahkan dan Grey makin bingung. Bosnya memang manusia aneh tapi kali ini kelakuannya makin tak masuk akal karena berenang di tengah puncak musim gugur. Cuaca di luar saja sudah sangat dingin.

"Tapi untuk apa!" Grey masih protes.

"Lakukan saja Grey!" potong James. Ia lalu melakukan sedikit peregangan sambil menunggu lampu sorot dinyalakan. Grey menghubungi salah satu pengawal untuk menghidupkan beberapa lampu termasuk lampu sorot dari salah satu bangunan mansion. Beberapa pengawal yang mencari kalung Delilah spontan berhenti hendak melihat apa yang terjadi di luar.

Setelah lampu dinyalakan, James menceburkan dirinya ke dalam kolam. Ia menahan napas berenang ke dasar kolam mencari kalung Delilah yang hilang. Tantangannya adalah selain air yang dingin, kedalaman kolam itu hampir 5 meter dengan lebar lebih dari 15 meter.

Tiba di dasar kolam, James menahan napas selama mungkin mencari kalung itu. James yakin jika kalung itu terlepas saat Delilah jatuh ke air. Jika tidak seluruh pengawalnya pasti sudah menemukannya di dalam mansion. James naik ke permukaan mengambil napas lagi lalu menyelam lagi ke dasar kolam.

Setelah beberapa saat James masuk ke kolam, Grey baru mengerti. James pasti menebak jika kalung itu terjatuh di kolam renang. Ia menghela napas berkali-kali dan teringat pembicaraannya dengan Earth sebelum mereka berpisah.

"Dia sedang jatuh cinta, Grey. Aku yakin, Nona Starley sudah membuat hatinya goyah. Jaga dia, ikuti dia kemanapun. Kita tak pernah tau seberapa dekat musuh-musuhnya selama ini," ujar Earth separuh berbisik pada Grey dengan wajah sangat serius.

"Selama ini, aku melindunginya dari berbagai rencana pembunuhan yang dirancang oleh Gabriel Moretti untuk James Harristian. Dia tidak tau seluruhnya. Aku tidak mau dia bertindak gegabah dengan menyerang," tambah Earth lagi.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Grey balik bertanya. Earth menghela napas.

"Tempeli dia. Kita tidak bisa sepenuhnya percaya pada Nona Starley. Aku takut dialah musuh yang sebenarnya. Dan jika itu terjadi..." Earth menggeleng dengan rasa takut.

"Tuan James tidak akan bisa mengantisipasinya dan kita akan kehilangan dia. Keluarga Belgenza akan kehilangan pewarisnya."

Grey menghela napas dan menoleh ke arah kamar Delilah di atas. Ia mengigit bibir bawahnya sambil bicara dalam hatinya.

'Apa yang harus aku lakukan?'

Pekikan beberapa pengawal membuyarkan pikiran Grey saat meluruskan pandangan. Kepalan tangan James muncul di atas permukaan air seiring dengan kepalanya. Di balik kepalan itu terlihat kilauan kalung emas milik Delilah yang hilang.

avataravatar
Next chapter