7 Bab 4 : Lavergne

Di pos pusat penjagaan desa Lazuarh. Di dalam ruangan Janz Romy Raven.

"Apa! Pukul tujuh pagi tadi sudah terjadi pencurian lagi?" tanya Janz Romy Raven terkejut, dengan adanya berita yang ia terima sepagi ini.

"Betul Janz Romy, padahal aku dan seluruh prajurit desa telah melakukan penjagaan ketat," ucap seorang prajurit tingkat satu yang melaporkan kabar tersebut. "Pencuri itu ciri-cirinya sama seperti pencuri di pasar kemarin—tapi itu baru asumsiku saja, belum tentu benar—dia mencuri di toko makanan, yang baru saja dibuka di bagian wilayah selatan."

"Sial, bagaimana bisa penjagaan tingkat siaga dua dapat kecolongan oleh tikus amatir seperti itu—oh—tidak tikus kelas kakap maksudku," ujarnya dengan senyuman menyeringai. "Ini menambah ujianku, dalam menangani kasus baru yang belum pernah terjadi sebelumnya di desa ini. Aku tak tahu bagaimana aksi pencuri itu, bisa mengelabui prajurit tingkat empat yang sudahku tugaskan untuk berjaga di semua penjuru tempat perekonomian desa." dia menambahkan, memikirkan aksi brilian dari gadis pencuri itu bisa melancarkan aksinya. Padahal desa sedang berada dalam tingkat status siaga dua.

"Hmm... pagi tadi aku mendengar laporan dari penduduk desa yang ada di sekitar tempat lokasi kejadian, bahwa ada beberapa prajurit tingkat empat yang pingsan," ujar prajurit tingkat satu itu. "Mungkin pencuri itu melakukan serangan fisik tak biasa kepada prajurit tingkat empat—kasus tadi pagi masih diusut kronologisnya oleh beberapa prajurit tingkat satu lainnya, yang sekarang sedang mencari informasi kepada pemilik toko dan saksi di tempat tersebut."

"Bagus, lakukan hal itu sampai terungkap hasilnya, dan laporkan kepadaku secepatnya," ucapnya, sebuah senyuman tersungging di bibirnya... senyum itu adalah senyum seringainya lagi. "Aku ingin hari ini salah satu di antara perampok itu tertangkap, dan mendapatkan hukuman setimpal di panggung eksekusi nanti. Karena algojo dari kerajaan sedang dalam perjalanan ke sini." dia menambahkan dengan rasa percaya diri yang amat tinggi. Bahwa prajurit desa Lazuarh dapat mengangkap salah satu dari pelaku tindak kriminal itu.

"Maaf Janz," kata prajurit tingkat satu tersebut seraya menelan ludah. "B-bagaimana Anda bisa seyakin itu? Jikalau, prajurit yang ada di desa ini dapat menangkap salah satu dari perampok tersebut?"

"Entahlah, hatiku mengatakan hal menyenangkan akan terjadi hari ini," katanya cepat... lagi, senyum khas seringai terukir di bibirnya.

                          *      *      *

Di istana kerajaan Gourmoudra tadi malam, ruangan paduka raja.

"Surat dari desa Lazuarh, ya," gumam Raja Gourmoudra, menerima surat dari Janz Romy Raven melalui elang biru pengantar pesan kilat. "Kira-kira apa isinya, ya."

Ia langsung menyobek amplop dan membuka isi surat itu.

Paduka Raja Durnst Lavergne yang terhormat.

Saya, Janz Romy Raven, ingin memberi kabar yang mungkin tidak mengenakkan untuk didengar. Hari ini di desa Lazuarh, saya mendapatkan kabar adanya dua perampokan dalam sehari di dua tempat berbeda, hanya selang beberapa jam. Tetapi, yang membuat saya mengirimkan surat ini kepada Anda adalah... salah satu perampok itu, bukanlah perampok biasa. Dia merampok di bar Quats, tempatku dan anak buahku melepas penat pada malam hari, ketika setelah seharian dalam bekerja. Ini sungguh mengusikku, ditambah lagi pak Zach pemilik bar Quats itu, mengalami luka parah dalam perkelahiannya melawan perampok tersebut, dan perampok itu mengakibatkan jatuhnya korban sebanyak sepuluh orang, empat diantaranya meninggal...

Sontak, Raja Durnst Lavergne berhenti dan terkejut membaca isi suratnya.

"Sungguh, amat keterlaluan perampok itu," ucapnya dalam hati. Ia lalu melanjutkan membaca sisa isi suratnya.

...Dua di antaranya adalah prajurit tingkat empat, yang berhadapan dengan perampok tersebut, dan dua orangnya lagi adalah penduduk desa. Dilihat dari luka yang diterima oleh keempat korban tersebut, mereka semua terkena tusukan di perut bagian kanan, tetapi tusukannya itu sangatlah kecil. Salah satu prajurit tingkat satu menjelaskan padaku, bahwa perampok itu hanya membawa senjata berupa pisau kecil. Mungkin luka tusukan itu disebabkan oleh pisau kecilnya—namun, besar kemungkinan dia mempunyai senjata lain untuk melakukan pembunuhan terhadap keempat korban tersebut. Aku, berjanji akan menangkapnya besok dengan seluruh kemampuanku. Hukuman apa yang tepat diterima untuk perampok itu, atau pencuri satunya lagi? Walaupun ia tidak menyebabkan jatuhnya korban. Namun mereka berdua harus tetap menerima konsekuensinya. Mohon kirimkan algojo dari istana kerajaan besok, paduka raja.

Romy Raven

Janz Desa Lazuarh

Terima kasih

"Tidak salah aku memilihmu, Romy Raven... untuk menempatkan posisi Janz di salah satu desa naunganku, haha," kata Raja Durnst Lavergne seraya tertawa. Kemudian ia melipat suratnya kembali. "Isi surat yang panjang itu adalah ciri khasmu dari Janz lainnya dalam melaporkan suatu kabar kepadaku, dan menjelaskan setiap insiden dengan sedetail mungkin dengan kemampuanmu dalam menganalisa." tambahnya seraya tersenyum.

Raja Durnst Lavergne berdiri dari duduknya, berjalan meninggalkan ruangannya, ke luar, dan di depan ruangannya selalu ada dua prajurit yang berjaga. Ia pun membisikkan sesuatu kepada salah satu prajurit tersebut.

"Siap! Laksanakan paduka raja," ucap prajurit itu seraya memberikan hormat.

Beberapa saat kemudian.

Tokkk!! Tokkk!! Tokkk!!

"Silakan masuk," kata Raja Durnst.

Seseorang itu pun masuk. Melihat raja sedang duduk membelakanginya, lalu raja memutar bangkunya sehingga sekarang mereka sudah saling berhadapan.

"Ada apa paduka raja memanggilku?" ujar seseorang itu.

"Aku ingin membuat nilai buronan terhadap orang yang ada di foto ini," kata raja seraya menunjukkan foto perampok bar Quats tersebut—yang juga dikirimnkan bersamaan dengan surat tadi untuknya.

Seseorang yang dipanggil raja pun maju ke hadapan raja mengambil foto itu, melangkah kembali ke tempat sebelumnya dan memindai foto tersebut, lalu berkata, "Ingin diberikan jumlah nominal berapa, orang yang berada di foto ini, sebagai buronan baru?"

"Aku belum menentukan," katanya cepat.

"Maaf, paduka raja, Anda sudah tahu prosedurnya kan dalam membuat poster dan nilai buronan?" tanya seseorang tersebut.

"Ya, aku sudah tahu, maka dari itu aku memanggilmu ke sini—salah satu pihak dari pemerintah dunia yang ada di kerajaanku," tuturnya tersenyum.

"Baiklah, aku akan memprosesnya, paduka raja," ucapnya, yang ternyata dia adalah orang dari pihak pemerintah dunia yang ditugaskan bekerja di dalam kerajaan Gourmoudra. Yang juga termasuk salah satu aliansi, dari pihak pemerintah dunia. "Aku, permisi dulu paduka raja." Ia menambahkan seraya memberi hormat, lalu ia meninggalkan ruangan raja.

Orang dari pihak pemerintah dunia itu, seorang lelaki tinggi tegap, memakai seragam pihak pemerintah dunia. Pakaianya setelan jas berwarba hitam dan di belakang jas itu bertuliskan World Government.

Kerajaan Gourmoudra adalah salah satu aliansi pihak pemerintah dunia, dari sekian banyaknya kerajaan yang ada di dunia ini. Tak jarang ada kerajaan yang menolak sebagai aliansi dari pihak pemerintah dunia. Entah karena alasan apa, yang pasti karena sebab tertentu.

Ada dua proses dalam memberikan poster buronan kepada tindak kriminal.

Yang pertama adalah, buronan yang diberikan oleh pihak kerajaan yang sudah beraliansi dengan pihak pemerintah dunia. Pihak kerajaan dapat menentukan nilai buronan sesuai tindak kriminal yang dilakukannya, seperti; seberapa besar dampak buruknya untuk kerajaan tersebut dan seberapa banyak korban yang berjatuhan.

Tetapi, pihak kerajaan harus membuat nilai buronan itu, melalui orang dari pihak pemerintah dunia yang berada di kerajaan tersebut, dan poster buronan yang telah jadi di buat itu. Tidak masuk dalam catatan buronan pihak pemerintah dunia.

Kecuali, buronan itu sudah menyebabkan dampak buruk dalam tindak kejahatanya kepada pihak pemerintah dunia—mengancam orang dari pihak pemerintah dunia juga termasuk akan dianggap sebagai buronan dan diberikan nominal buronan.

Sebaliknya, proses kedua adalah kepada pihak pemerintah dunia yang dapat membuat poster buronan. Tanpa perlu adanya persetujuan atau campur tangan, dari pihak kerajaan manapun sebagai aliansinya, dan poster buronan yang dibuatnya akan disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia.

Kecuali, poster buronan yang dibuat pihak kerajaan, hanya disebarkan ke distrik, desa, kota, dll. Yang ada di bawah naungan kerajaan tersebut—tepatnya hanya di seluruh wilayah kerajaan saja. Termasuk bila buronan itu, kabur ke negara tetangga—buronan tersebut, juga berlaku di negara itu.

Beberapa saat kemudian, setelah orang dari pihak pemerintah dunia keluar dari ruangan raja. Masuklah seseorang perempuan ke dalam ruangan itu.

"Kenapa kamu tiba-tiba ada di ruangan, Ayah?" kata paduka raja, kepada seseorang perempuan yang ternyata adalah anaknya.

"Aku hanya ingin bertanya sesuatu," tuturnya cepat. "Aku dengar, Ayah akan mengirimkan algojo besok pagi ke desa Lazuarh, ya?" tambahnya.

"Iya," timpalnya cepat. "Kau tahu dari mana?"

"Aku, tadi tidak sengaja mendengar prajurit yang bertugas di depan ruangan, Ayah. Memanggil orang dari pihak pemerintah dunia—dan prajurit itu menyebutkan nama desa Lazuarh—makanya aku memastikan ucapan prajurit itu, benar atau tidak," ucapnya menjelaskan. "Kalau Ayah izinkan, bolehkah aku ikut berkunjung ke desa Lazuarh bersama prajurit kerajaan yang membawa algojo besok." dia menambahkan sambil berharap.

"Apa yang kau katakan!" teriak Raja Durnst Lavergne, raut wajahnya seketika berubah.

"Sudah delapan tahun yang lalu, sejak aku berkunjung terakhir kalinya ke desa itu, Ayah," ucapnya lirih, dengan wajah penuh belas kasih. Ayahnya yang melihat pun, masih berpikir untuk menyetujui niatnya itu.

"Tetapi, kau adalah anak perempuanku satu-satunya Clementine Lavergne—yang akan meneruskan takhta kerajaan ini kelak—Ayah takut, bila besok atau lusa hukuman yang akan diberikan kepada kriminalis di desa Lazuarh terjadi... teman atau kelompok dari perampok atau pencuri itu muncul... lalu mereka akan mengancam keselamatanmu," kata paduka raja, takut sesuatu yang buruk akan menimpa putrinya, jika ia akan mengambil risiko yang dibilang sangat berani. Mengikutsertakan putrinya dalam rombongan algojo dan prajurit kerajaan untuk melaksanakan hukuman di desa Lazuarh besok.

"Aku mohon, Ayah. Aku bisa menjaga diriku—aku hanya ingin melihat keadaan desa itu lagi—dan mungkin, memastikan hukuman kepada perampok di desa itu berjalan dengan lancar." Clementine berkata penuh harap lagi. Tanpa memikirkan sesuatu yang buruk, seperti yang dipikirkan oleh ayahnya yang mungkin saja akan terjadi.

"Baiklah kalau kau sudah bersikeras seperti itu, Lavergne kecilku," ucapnya pasrah dengan keinginan anaknya. Walau perasaanya sekarang ini masih bimbang. "Ayah juga akan menutupi soal kamu datang ke desa Lazuarh di surat kabar besok pagi." tambahnya, untuk menjaga keselamatan anaknya dari bahaya.

"Terima kasih, Ayah," kata Clementine, berlari dan memeluk erat ayahnya.

Tunggu aku di sana pahlawanku. Clementine membatin. Tanpa terasa, air matanya mengalir di pipi mulusnya.

avataravatar
Next chapter