3 Bab 2 : The First {Part A}

Suasana pagi ini amat cerah, masih banyak embun dan dapat menghirup udara yang masih segar. Seseorang remaja sederhana hidup seorang diri di sebuah desa kecil, di bawah naungan kerajaan Gourmoudra.

Kerajaan yang cukup mewah dan megah, dengan banyak prajurit kerajaan yang mejaga ketat, dan sebagian prajurit kerajaan ditugaskan untuk menjaga beberapa kota, desa dan distrik di bawah kendali kerajaan Gourmoudra.

Di setiap kota, desa dan distrik terdapat beberapa pos penjagaan, dan satu bangunan pos pusat penjagaan di tempat strategis di kota, desa dan distrik tersebut.

Tujuannya adalah untuk mengatur kedamaian dan ketentraman di setiap wilayah masing-masing itu. Pada setiap bangunan di pos pusat penjagaan, terdapat prajurit dengan julukan Janz atau biasa disebut juga sebagai pemimpin prajurit di setiap kota, desa dan distrik tersebut.

Desa tempat remaja itu tinggal bernama Lazuarh Village. Desa tersebut berada di wilayah bagian timur kerajaan Gourmoudra. Desa Lazuarh tidak terlalu banyak memiliki penduduk, desa ini juga amat tentram dan damai, juga jarang sekali timbul masalah. Sampai pada akhirnya sesuatu baru terjadi....

"Hoi! Tolong kejar perampok itu, yang baru saja merampas tas dari seorang perempuan!" seru seorang prajurit, yang meminta pertolongan dari penduduk desa Lazuarh di sekitar pasar.

"Pencuri! Pencuri! Tolong tangkap pencuri itu!" pekik pengunjung pasar yang baru sadar telah dilewati seorang pencuri, dan ia segera berteriak-teriak juga meminta bantuan serta ikut mengejarnya.

Beberapa pengunjung pasar dan pedagang serta prajurit yang ditempatkan di sekitar pasar mulai mengejar pencuri yang memakai jubah hitam, kepalanya tertutup tudung jubahnya, dan jubahnya menjutai sampai ke tanah.

Pencuri itu berlari sangat cepat, dia menyeruak orang-orang di depannya untuk menjauh dari kejaran. Tak jarang orang-orang yang ditabraknya dan di sekitarnya yang melihat gelagatnya itu, terdiam dan tak mengetahui apa yang sedang terjadi.

Baru sampai para pengejar berteriak-teriak, "Pencuri! Pencuri! Tangkap pencuri yang memakai jubah hitam itu!" Barulah penduduk desa yang tak mengetahui hal tersebut, bersimpati dan ikut mengejar pencuri itu. Si pencuri terus berlari dan tak jarang menoleh ke belakang, melihat banyak sekali orang yang mengejarnya—dia terus berlari dan melihat jalan di depannya kira-kira dua puluh meter lagi—tanpa banyak pikir dia memilih berbelok ke arah kanan.

Gubrakkk!!

Tiba-tiba ia terjatuh dan penglihatannya samar-samar.

Hal terakhir yang ia lihat adalah, seseorang yang memakai jubah merah dan wajahnya tertutup oleh tudung jubahnya—sehingga pencuri itu tak dapat melihat wajahnya—sampai akhirnya, penglihatannya memudar dan pingsan seketika.

                           *      *      *

"Di mana ini?" Pencuri itu bertanya-tanya ketika terbangun, tiba-tiba sudah berada di tepi sungai tak jauh dari desa Lazuarh.

"Sudah bangun rupanya," ucap suara seseorang.

"Siapa itu?" tanya si pencuri panik. "Kenapa aku bisa berada di tepi sungai? Apa yang telah kau lakukan padaku?"

"Tenanglah, kau baru saja pingsan—istirahatkanlah tubuhmu sejenak—aku tahu kau terlalu capek, setelah berlari-lari tanpa arah tujuan dari kejaran masyarakat dan prajurit desa," ujar orang itu, yang hanya terdengar suaranya saja.

"Hei, siapa kau? Dari mana kau tahu aku baru saja habis dikejar-kejar? Apa kau juga prajurit kerajaan yang bertugas di desa ini? Tunjukkan dirimu!" Pertanyaan bertubi-tubi dilontarkan pencuri itu. Terlihat bahwa ia sedang sangat panik dan ketakutan.

"Ketakutanmu sangat berlebihan—suaramu terdengar sangat bodoh kalau kau sedang seperti itu—membuatku ingin tertawa saja," ejek suara misterius itu.

Si pencuri terus berputar-putar mencari asal suara tersebut. Akhirnya orang yang memakai jubah merah yang ia lihat sebelum ia pingsan muncul dari balik pohon, tak jauh dari tepi sungai.

"Kau...," pencuri itu matanya terbelalak dan terpaku melihat seseorang yang baru saja keluar dari balik pohon. "Sial—siapa kau? Membuatku ketakutan seperti ini." Dia menambahkan.

"Haha, apa kau terjekut melihatku? Penampilaku sangat keren dengan jubah ini kan, hahaha," katanya tertawa geli, ketika menunjukkan dirinya.

"Dasar orang aneh," ucap pencuri itu. "Tas ... di mana tas yang sudah aku curi." Pencuri itu baru sadar setelah tas yang tadi digenggamnya sebelum pingsan, sekarang sudah tidak ada dalam pegangannya.

"Ini kan tas yang kau curi itu?" tanya orang berjubah merah tersenyum menyeringai, dan mengacungkan tas serta menunjukkan jari dari tangan lainnya mengarah ke tas tersebut.

"Kembalikan tas itu!" seru si pencuri geram.

Tanpa banyak bicara, pencuri itu berlari ke hadapan orang yang memakai jubah merah tersebut, dengan cepat ia melayangkan pukulan.

Settt!!

Orang berjubah merah itu menghindari pukulan si pencuri, lalu pencuri itu menendangnya.

Settt!!

Lagi-lagi dia bisa menghindarinya.

Tappp!!

Tangan pencuri itu ditangkap dan dipelintir ke belakang badannya oleh orang berjubah merah. Sehingga pencuri itu tak berkutik dan tidak bisa bergerak. akibatnya, ia merintih kesakitan.

"Lepaskan aku! Lepaskan aku!" teriaknya kesakitan karena tubuhnya sudah terkunci, tak bisa melakukan apa-apa lagi.

Orang berjubah merah itu, mencondongkan kepalanya ke telinga si pencuri, "Mencuri itu tidak baik, kau tahu kan," bisiknya. "Aku tak tahu atas dasar apa kau senekat ini mencuri di pasar—tapi aku terkejut, kau dapat bertahan lama dari kejaran para prajurit kerajaan yang sudah terlatih. Kau mungkin sangat hebat dalam hal menghindar seperti tadi. Hanya saja aku tak mau melihat eksekusi keji dari pihak kerajaan, terhadap orang-orang jahat sepertimu—sekarang aku akan melepaskanmu, dan akan kuberikan tas yang sudah susah payah kau curi ini."

Sesaat kemudian tudung jubah orang berjubah merah itu terbuka akibat ia melakukan dorongan pada si pencuri—saat ia melepaskan tangan pencuri itu—dan sebentar lagi pencuri itu akan mengetahui wajah dari orang yang memakai jubah merah tersebut, ketika ia berbalik menghadap ke arahnya.

Lalu si pencuri itu menghadap ke arah orang yang memakai jubah merah. Ia terkejut melihat wajah di balik tudung jubah merah itu—kemudian orang berjubah merah itu melemparkan tas curian si pencuri kembali.

"Apa maksud dari perkataan dan perlakuanmu semua itu barusan?" tanya si pencuri yang kebingungan dengan maksud orang berjubah merah.

"Haha, lupakanlah dasar gadis payah," ejeknya kepada si pencuri, yang ternyata seorang perempuan.

"Berani sekali kau menghinaku seperti itu!" serunya. "Kau sendiri lelaki aneh." Pencuri itu balas mengejek orang yang memakai jubah merah, yang ternyata adalah seorang laki-laki.

"Sampai jumpa lagi," kata lelaki berjubah merah, ia mulai berjalan meninggalkan gadis pencuri tersebut dengan melambai-lambai kan tangannya seraya memunggungi pencuri itu.

"Hei! Tunggu! Tunggu!" seru gadis itu ingin mengucapkan sesuatu. "Dasar lelaki aneh. Kau pikir aku akan mengucapkan kata terima kasih atas semua perbuatan baikmu tadi—setelah apa yang kau katakan membuatku kepikiran dan penasaran dengan ucapanmu tentang 'Kau mungkin sangat hebat dalam hal menghindar seperti tadi. Hanya saja aku tak mau melihat eksekusi keji dari pihak kerajaan, terhadap orang-orang jahat sepertimu'."

Lelaki itu semakin lama semakin mengecil dan menghilang dari pandangan gadis pencuri. Ia merasa terkejut orang di balik jubah merah itu yang telah menyelamatkannya—entah dengan maksud apa—adalah lelaki dengan sikap aneh.

"Sudahlah, toh aku sudah mendapatkan tas ini kembali," katanya dengan raut wajah tersenyum senang melihat tas yang susah payah dicurinya sudah berada di tangannya kembali.

                          *      *      *

Di wilayah hutan, tak jauh dari desa Lazuarh. Gadis pencuri itu memasuki hutan, menyusurinya dan tiba di sebuah perkemahan dengan tiga buah tenda—ada bekas api unggun yang hanya tersisa abunya saja.

"Sudah datang kau rupanya," ucap seseorang yang sedang duduk di atas pohon di dekat gadis pencuri itu, yang berada di bawahnya.

"Ya, aku sudah kembali, Dacx," kata gadis pencuri tersebut, menengadah ke arah seorang yang bernama Dacx.

"Bagaimana hasil curianmu hari ini Sheena?" tanya Dacx.

Tappp!!

Dacx turun dan mendarat di hadapan Sheena.

"Lancar," ujarnya, seraya memberikan tas hasil curiannya.

"Kerja bagus," puji Dacx, langsung mengambil tas hasil curian itu dari tangan Sheena.

"Aku, ingin ke tendaku dulu mau istirahat," kata Sheena, wajah dan badannya terlihat lesu.

"Ya, silakan," ucap Dacx, seraya mengecek tas hasil curian Sheena.

Sheena masuk ke dalam tendanya dan membuka jubahnya, menaruhnya, serta menghempaskan tubuhnya di kasur kecil. Ia menengadah ke langit-langit tenda, membayangkan tentang kejadian tadi.

"Siapa lelaki berjubah merah tadi yang telah menolongku?" Sheena berucap dalam hati. "Dan apa maksud perkataan dia, soal hukuman keji bagi seorang penjahat sepertiku." Dia menambahkan, dengan pikiran yang kacau akan rasa penasarannya atas omongan lelaki berjubah merah tersebut.

"SHEENA!" teriak Dacx kencang.

Seketika pikiran Sheena akan rasa penasarannya buyar, karena teriakkan Dacx. Ia lalu bangun dan keluar dari tendanya.

"Ada apa Dacx?" tanya Sheena, yang melihat raut wajah Dacx memerah.

"Apa-apaan kau mencuri uang yang sedikit seperti ini?" tanyanya seraya membentak.

"Tunggu—apa maksudmu?" Sheena balik bertanya kebingungan.

"Lihat hasil curianmu ini, kau hanya mendapatkan uang empat puluh ribu gli. Tidak ada barang berharga sekali pun di dalam tas ini untuk dijual, dan menghasilkan uang," ujar Dacx, yang langsung menunjukkan uangnya kepada Sheena. Ia lalu membuang tas curian itu yang tak ada barang berharganya sedikit pun, selain uang.

Gli—adalah nama mata uang dunia ini.

"Maafkan aku Dacx, aku tak tahu kalau orang yang aku curi uangnya hanya segitu. Terlebih lagi tak ada satu pun, barang berharganya yang dapat dijual—aku mencurinya dari seorang perempuan, ia memakai tas yang kelihatanya mewah. Ketika ia berada di pasar—tak mungkin aku sempat memeriksanya, karena di sana ramai sekali," jelasnya cepat. "Lagi pula, banyak sekali orang dan prajurit kerajaan di desa Lazuarh yang mengejarku—sudah untung aku masih bisa lolos dan selamat. Kalau bukan karena dia ... mungkin aku sudah...."

"Dia? Siapa? Apa maksudmu sudah?" potong Dacx kebingungan dengan perkataan Sheena barusan. "Tolong jelaskan lebih detail lagi Sheena, apa maksud perkataanmu tadi? Apa yang sebenarnya telah terjadi padamu?"

Sheena lalu menghela napas panjang dan mulai menjelaskan, "Tadi aku sudah tidak kuat berlari dan melihat ada pertigaan di depan jalanku. Sontak tanpa banyak pikir, aku mengambil jalan kanan yang belum aku ketahui, kukira di situ ada tempat untuk bersembunyi—yang aku pikirkan saat itu hanya lolos dari kejaran—seketika, setelah aku berbelok, aku langsung terjatuh dan pingsan. Setelah aku bangun, aku sudah berada di tepi sungai, kupikir aku sudah ditangkap dan akan menerima hukuman, tapi ternyata ada seorang laki-laki yang telah menyelamatkanku dari kejaran penduduk dan prajurit desa." Sheena lalu ingin mengatakan apa yang membuat kepalanya pusing dengan perkataan lelaki itu kepadanya tadi. "Dia ... mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti dan membuatku penasaran sampai sekarang..."

"Apa yang dia katakan?" Dacx membelalak dan ingin tahu.

"'Kau mungkin sangat hebat dalam hal menghindar seperti tadi. Hanya saja aku tak mau melihat eksekusi keji dari pihak kerajaan terhadap orang-orang jahat sepertimu' dia mengatakan seperti itu." Sheena telah menjelaskan dengan raut wajah datar yang penuh arti.

"Cih," Dacx meludah dengan raut wajah kesal, setelah mendengar ucapan Sheena yang menjelaskan perkataan dari lelaki berjubah merah. "Sudah kuduga ... negeri ini sangat ketat dan tak main-main dalam menghukum orang-orang seperti kita."

"Apa maksudmu bicara seperti itu, Dacx?" tanya Sheena semakin penasaran dan bingung akan perkataan Dacx barusan.

"Sudahlah Sheena, kau nanti akan tahu sendiri—sekarang belum waktunya—sebaiknya kau kembali istirahat—oh—maafkan aku tadi sudah memarahimu," kata Dacx menyesal telah membentak Sheena, kalau Dacx tahu alasannya seperti itu.

Tanpa banyak pikir karena kepalanya semakin pusing dan rasa penasarannya semakin kuat, Sheena memutuskan untuk kembali ke tendanya.

"Aku jadi khawatir dengan Szlai. Dia belum kembali juga sampai sekarang ini dari mencurinya ... apa dia juga ... oh ... tidak-tidak, aku harus optimis bahwa Szlai akan selamat, dan nanti aku harus membuat rencana baru, setelah Szlai tiba." Dacx membantin cemas.

avataravatar
Next chapter