2 Bab 1 : The New Era

Di sebuah bar.

Seseorang yang memakai jubah berwarna merah hingga terjuntai ke tanah dan menudungkan kepalanya, dengan tudung jubahnya memasuki bar tersebut, dengan tatapan mata yang amat dingin ke sekeliling bar di dalamnya.

Orang-orang yang berada di dalam bar itu, beberapa saat mengamati penampilannya yang cukup menarik perhatian. Setelah orang itu duduk di sebuah bangku dengan melipat kedua tangannya di atas meja, dan belum memesan apa-apa.

Beberapa orang lainnya di dalam bar pun, masih memindai dengan serius. Termasuk empat orang di sebuah meja bundar, tak jauh dengan orang yang memakai jubah merah itu duduk. Mereka benar-benar menjadi orang yang sangat mengamati kehadiran orang yang memakai jubah merah itu dengan serius.

"Siapa si jubah merah itu?" tanya seseorang seraya memutar-mutarkan pistol di tangan kanannya. Dia mendelik sinis ke orang berjubah merah tersebut.

"Aku tak tahu siapa dia," ucap seseorang lain yang juga sedang mengamatinya, seraya merapikan kartu di tangannya.

"Kenapa kehadiran orang berjubah merah itu membuatku merinding, ya?" sahut seseorang lainnya, di meja itu, yang tiba-tiba memegang tengkuknya.

"Biacara apa kau!" pekik orang yang masih memutar-mutarkan pistolnya, dengan raut bertanya-tanya, kepadanya.

"Dia, tidak membawa tas atau apapun," ucap orang keempat di meja itu, "bagaimana kalau kita rampok dia, mungkin di balik jubah merahnya ada sedikit harta yang berguna untuk kita." Orang itu menambahkan seraya memprovokasi ketiga temannya, di meja tersebut.

"Haha, aku setuju," ujar orang yang masih memutar-mutarkan pistol di tangannya. "Aku akan menembak kepalanya dari sini, dan kalian cepat geledah jubahnya setelah dia mati, ok. Kuharap ada harta yang berguna untuk kita berpesta nanti malam, di balik jubah merahnya itu." Senyum menyeringai, ia tunjukkan kepada teman-temannya di meja bundar tersebut.

"Baiklah." Ketiga temannya mengiyakan serentak.

Lalu, orang yang memegang pistol itu, membidik kepala orang yang memakai jubah merah saat sedang duduk, sembari masih melipat kedua tangannya di atas meja.

Brakkk!

Suara pintu bar tersebut terbuka dengan sangat cepat, sehingga pintu itu berbunyi dengan sangat keras.

Suara bantingan pintunya, membuat kaget seluruh orang yang berada di dalam bar. Terkecuali, ketiga orang di meja bundar bersama orang yang sedang membidik orang yang memakai jubah merah. Juga orang yang memakai jubah merah itu sendiri.

"Sial, siapa dia? Membuatku kaget saja," tanyanya dengan kesal, kepada teman-temannya. Hingga bidikannya terganggu.

"Sepertinya dia seorang informan," ucap orang yang memprovokasi ketiga temannya, tadi.

Informan-orang yang membawa sebuah informasi.

"Lihat di tangannya, ada banyak sekali surat kabar yang dia bawa," kata orang yang sedang memegang kartu.

"SEMUANYA...," teriaknya sampai napasnya terengah-engah. "DI SURAT KABAR INI ... DI SURAT KABAR INI..."

"Ada apa hoi?" tanya seseorang yang memakai topi bundar berwana krem. Tak jauh dari seorang Informan itu berdiri.

"Iya, ada apa?" kata seseorang yang memegang botol bir, dan bajunya basah terkena minumannya sendiri, akibat dikageti oleh informan itu.

"Tiga hari yang lalu—dia—orang yang hampir mengetahui seluruh rahasia-rahasia di dunia ini ... TELAH DI EKSEKUSI MATI DI KOTA MERRATS!" Informan itu berteriak sekencang-kencangnya, dengan mata melotot dan mulut menganga kepada seluruh orang yang berada di dalam bar tersebut.

Akibat informasi yang disampaikannya, semua orang—termasuk keempat orang yang ingin merampok orang berjubah merah, dan orang berjubah merah itu sendiri—berpaling kepadanya.

Terbaca sudah, seluruh raut wajah di dalam bar itu. Mereka semua bertanya-tanya di benaknya. Apakah pesan dari informan itu benar, atau hanya kebohongan belaka.

"Hoooooiiiii! Apa kau yakin dengan perkataanmu itu, INFORMAN!" teriak seseorang, yang tidak percaya dengan pesan yang baru disampaikan si Informan tersebut.

"Jangan bercanda dengan ucapanmu itu, BODOH!" ujar seseorang lainnya, yang berdiri dari duduknya. Karena merasa tak percaya dengan kabar yang dibawakan oleh Informan itu.

Orang bejubah merah hanya memerhatikan beberapa orang yang sangat terkejut, karena mendengar pesan yang baru disampaikan oleh si Informan.

Keempat orang yang ingin merampok si orang berjubah merah, teralihkan perhatiannya oleh Informan itu.

"SUNGGUH, AKU TIDAK BERBOHONG!" teriaknya keras dengan raut wajah sangat panik. "KALAU KALIAN TIDAK PERCAYA, BACA SURAT KABAR YANG AKU BAWA INI!"

Srakkkk!

Surat kabar yang dibawa Informan itu, lalu disebarkan ke seluruh orang-orang di dalam bar tersebut. Termasuk kepada orang berjubah merah dan keempat orang yang punya niat jahat kepadanya.

Semua orang menangkap surat kabar itu, dan mulai membacanya. Sementara si Informan memegangi wajah dengan kedua tangannya seraya jatuh terduduk di dekat pintu masuk bar.

"SANG X", JULUKAN TERHADAP ORANG YANG HAMPIR MENGETAHUI "RAHASIA-RAHASIA" DI DUNIA INI. TELAH DIEKSEKUSI MATI DI KOTA MERRATS, ATAU DISEBUT JUGA, SEBAGAI "KOTA MATI". KOTA YANG EKSISTENSINYA MASIH DIRAHASIAKAN OLEH PIHAK "TERTENTU".

Keputusan yang telah dibuat oleh dewan-dewan dari pihak "tertentu" dan dari beberapa raja serta ratu yang paling "berpengaruh" di seluruh dunia. Telah berhasil menjatuhkan "hukuman mati" kepada "Sang X" sebagai pelaku yang menyatakan "dirinya" hampir mengetahui "rahasia-rahasia" di seluruh dunia ini. Tiga hari yang lalu, di Kota Merrats, atau Kota Mati. "Hukuman mati" terhadap "Sang X" telah dijatuhkan dengan "hukuman mati rahasia". Yang telah disepakati oleh berbagai pihak "tertentu" dan kerajaan-kerajaan paling "berpengaruh" di dunia. Dengan demikian, orang paling "berpengaruh" dalam "potensi" amat menakutkan, di dunia ini telah tiada. Dan "rahasia-rahasia" yang telah diketahuinya tidak bisa di "temukan". Walau "Sang X" telah "tiada", namun "rahasia-rahasia" yang "dia" ketahui masih menghantui dan menjadi momok ancaman kepada seluruh orang di dunia ini.

Orang yang memakai jubah merah telah selesai membaca isi surat kabar pada halaman utama itu.

"HOREEEEEE!" teriak dari sebagian orang di dalam bar itu, bersamaan.

Brakkk! Brakkk! Brakkk!

Beberapa orang lainnya di dalam bar tersebut. Memukul-mukul meja dengan keras. Mengetahui bahwa Sang X telah tiada, dan sudah pasti dalam benak mereka, lambat laun rahasia-rahasia yang hampir Sang X ketahui akan terlupakan. Kendati di benak mereka mengetahui, kalau selama ini rahasia-rahasia itu tetap dicari oleh Guild-guild yang berada di seluruh dunia ini.

"Waw," satu kata terucap, dari mulut orang yang memprovokasi ketiga temannya di meja bundar itu. Setelah ia telah selesai membaca isi surat kabar tersebut.

"Aku ... masih ... meragukan kebenaran berita ini," kata orang yang sedari tadi masih merinding di tempatnya dan masih memegangi tengkuknya.

"Sudahlah," ujar orang yang memegang pistol. "Ini adalah pertanda bahwa kita akan mendapatkan nasib baik dari merampok orang berjubah merah itu." Dia mendelik kepada orang berjubah merah, yang duduknya tak jauh dari tempat duduk mereka.

"Jadi...," gumam terputus dari orang berjubah merah.

"Mengapa ... kepalaku mendadak pusing ... telingaku mendadak pengang ... dan napasku mulai terasa berat, ya," tanya orang yang masih memegang kartu di tangannya, secara tiba-tiba.

"Aku ... jug-ga ... m-m-mulai ... me-merasakan ... h-hal ... ya-yang ... sa-sama ... deng ... an ... mu...," sahut orang yang terus merinding dan masih memegangi tengkuknya, sejak dari orang berjubah merah masuk kedalam bar. Matanya mulai terpejamkan, dan suara yang keluar dari mulutnya pun hilang.

Beberapa saat kemudian di dalam bar tersebut. Setelah seluruh orang membaca surat kabar mengenai berita kematian Sang X. Kondisi aneh mulai terjadi.

"ARRRRRGGGHHHHHH!" teriak beberapa orang di dalam bar tersebut, secara mendadak.

Pranggg!

Beberapa botol bir dan piring makanan di atas meja mulai berjatuhan, akibat beberapa orang kehilangan kendali dan mendadak berteriak-teriak histeris.

"Huuuh ... huuuhh," deru napas cepat terasa dari orang yang memprovokasi ketiga temannya di meja bundar itu. "K-k-kenapa! Kon-kondisiku! Ja-jadi! SEPERTI INI!" pekiknya keras, hingga ia menggelatakkan kepalanya di meja bundar itu bersama ke dua temannya, yang sudah lebih dulu berteriak histeris seperti kebanyakan orang-orang di dalam bar tersebut. Kecuali orang yang masih gemetar memegang pistol dan membidikan pistolnya kepada orang berjubah merah.

"ARRRRRRRRGHHHHH!" Makin lama, semakin kencang teriakan orang-orang di dalam bar tersebut, dan juga makin tak terkendali keadaannya.

Prangg! Brukk! Bughh! Jedukk!

Sebagian orang, banyak yang melemparkan botol-botol bir dan piring-piring ke lantai dan dinding. Sebagian orang lainnya, saling menggebrak meja bundar bar itu hingga patah. Sisanya memukul-mukul dirinya sendiri, tanpa sebab yang jelas, dan membenturkan kepalanya ke lantai, dinding serta bangku.

Hanya ada dua orang tersisa, yang tak berlaku aneh di dalam bar tersebut, yaitu orang yang masih membidikkan pistol ke arah orang berjubah merah. Dia bernapas sangat cepat, hingga tubuhnya gemetaran tak keruan. Namun, orang berjubah merah itu sendiri yang masih duduk tenang, tanpa ada kelakuan aneh terhadap dirinya. Kedua tangannya pada surat kabar itu mulai mencengkeram, hingga surat kabar itu lecek.

"SIAL, PASTI INI SEMUA ULAHMU KAN! HEI ORANG BERJUBAH MERAH!" teriak keras dari orang yang memegang pistol dan sedang berusaha membidik kepala orang berjubah merah itu dengan pistolnya. Akan tetapi, dia tak bisa juga membidiknya dengan tepat, dan terus gemetaran. "AKU PERNAH MENGETAHUI, TENTANG...."

Doorrr! Braakk!

Dengan sekuat tenaga ... orang itu, memaksakan tangan gemetarannya untuk menembak ke arah orang berjubah merah, lalu ia terjatuh karena tidak kuat lagi menahan semacam hal aneh yang terjadi di dalam bar ini yang menimpa kepada semuanya.

Namun, orang berjubah merah itu berhasil menghindari tembakannya. Dengan santai, ia menelengkan kepalanya ke kiri dan tepat peluru itu menembus dinding di depan matanya. Lubang di dinding itu terlihat jelas di hadapan matanya.

Sreekkk!

Dia meremas surat kabar itu, dengan raut wajah datar yang penuh arti.

"Jadi ... era baru telah dimulai, ya...."

______________________________________

TERIMA KASIH KEPADA YANG TELAH MEMBACA CERITA INI. SEMOGA PARA READERS SENANG DAN TERHIBUR. SEBAGAI READERS YANG BAIK PASTI AKAN MEMBERI APRESIASI BERUPA VOMMENT, KRITIK DAN SARAN.

SEKALI LAGI TERIMA KASIH UNTUK PARA READERS DAN SILENT

READERS. SERTA READERS YANG TELAH MEMBERI APRESIASI.

avataravatar
Next chapter